Operasional Administrasi Sekolah

THE OPERATIONAL FOCUS OF SCHOOLING: LEARNING AND TEACHING
 (Fokus Operasional Sekolah: Pembelajaran dan Pengajaran)


A.    Operasional Sekolah
1.      Pengertian Operasional Sekolah
Menurut Rhonda Abrams & Alice Laplante dalam Setiawan (2015)  Operasional merupakan faktor yang paling penting lantaran tanpa adanya operasional, maka tidak ada yang dapat dikerjakan.
Definisi Kegiatan Operasional dalam pengertianmenurutparaahli.net (2016) merupakan aktivitas inti dari suatu bisnis ataupun organisasi untuk menciptakan pendapatan serta untuk tetap terus menjalankan acara bisnisnya.
Pengertian sekolah merupakan suatu forum yang memang dirancang khusus untuk pengajaran para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Sedangkan sekolah selaku bentuk organisasi menurut Kurniawan (2012) diartikan selaku wadah dari kumpulan insan yang melakukan pekerjaan sama untuk meraih tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan, dengan  mempergunakan insan itu sendiri selaku sumber daya, di samping yang ada di luar dirinya, menyerupai uang, material, dan waktu.
Berdasarkan uraian di atas sanggup ditarik kesimpulan operasional sekolah merupakan aktivitas inti suatu organisasi untuk menciptakan sumber daya/lulusan yang bermutu untuk tujuan pendidikan.

B.     Pembelajaran dan Pengajaran
1.      Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran
Belajar merupakan proses pergantian sikap berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan aktivitas merupakan pergantian tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, kemampuan maupun sikap, bahkan meliputi segenap faktor organisme atau pribadi. (Djamarah dan Aswan Zain, 2006, hlm. 10-11).
Menurut Witherington dalam Sukmadinata (2003, hlm. 155) mencar ilmu merupakan pergantian dalam kepribadian, yang dimanifestasikan selaku pola-pola respon yang gres berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, wawasan dan kecakapan.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 ihwal Sisdiknas, pembelajaran merupakan proses interaksi akseptor didik dengan pendidik dan sumber mencar ilmu pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Komalasari (2010, hlm. 3) Pembelajaran sanggup didefinisikan selaku suatu tata cara atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang dijadwalkan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis biar subjek didik/pembelajar sanggup meraih tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Menurut Istiqomah (2011) Pembelajaran merupakan membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori mencar ilmu merupakan penentu utama kesuksesan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru selaku pendidik, sedangkan mencar ilmu dilakukan oleh akseptor didik atau murid.
Menurut Istiqomah (2011) pengajaran sama artinya dengan aktivitas mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyodorkan wawasan terhadap siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif bahkan sungguh menonjol dan bersifat menegaskan segalanya. Pengajaran sama artinya dengan tindakan mengajar. Sedangkan pengajaran selaku suatu sistem. Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan cuma selaku suatu proses atau mekanisme belaka. Pengajaran merupakan suatu tata cara yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh banyak sekali dimensi, yakni :
a.       Profesi guru,
b.      Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik,
c.       Tujuan pendidikan dan pengajaran,
d.      Program pendidikan dan kurikulum,
e.       Perencanaan pengajaran,
f.       Strategi mencar ilmu mengajar,
g.      Media pengajaran,
h.      Bimbingan belajar,
i.        Hubungan antara sekolah dan masyarakat, dan
j.        Manajemen pendidikan/kelas.
Menurut Purwadinata (1967, hlm 22) perumpamaan “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan tindakan mencar ilmu (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru).
Sedangkan menurut Daryanto (1997) menerangkan bahwa pengajaran merupakan proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, perayaan (tentang pengalaman, insiden yang dialami atau dilihatnya).
Berdasarkan beberapa pengertian sanggup disimpukan Pembelajaran merupakan suatu proses mengajar yang disampaikan oleh pengajar lewat tata cara yang dijadwalkan dan didesain untuk meyampaikan anggapan atau persepsi gres terhadap pembelajar biar tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Sedangkan pengajaran adalah cara proses kegiatan mengajar yang dilakukan guru.
2.      Perbedaan Antara Pembelajaran dan Pengajaran
Menurut Siregar dan Nara (2010, hlm. 13-14) perbedaan antara perumpamaan “pembelajaran” (instruction) dan “pengajaran” (teaching) sanggup diamati pada tabel berikut ini.
No.
Pengajaran
Pembelajaran
1.
Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi selaku pengajar
Dilaksanakan oleh mereka yang sanggup bikin orang belajar
2.
Tujuannya menyodorkan keterangan terhadap si belajar
Tujuannya biar terjadi mencar ilmu pada siswa/siswi belajar
3.
Merupakan salah satu penerapan taktik pembelajaran
Merupakan cara untuk menyebarkan planning yang teroganisir untuk keperluan belajar
4.
Kegiatan mencar ilmu berjalan kalau adaa guru/pengajar
Kegiatan mencar ilmu sanggup berjalan dengan atau tanpa datangnya guru
Dari pengertian serta tabel diatas maka sanggup dibilang bahwa perumpamaan “pembelajaran” (instruction) lebih luas dari pada “pengajaran” (teaching). Pembelajaran mesti menciptakan mencar ilmu pada akseptor didik dan mesti dilakukan suatu penyusunan rencana yang sistematis, sedangkan mengajar cuma salah satu penerapan taktik pembelajaran diantara strategi-strategi pembelajaran yang lain dengan tujuan utamanya menyodorkan keterangan terhadap akseptor didik. Jika diperhatikan, perbedaan kedua perumpamaan ini bukanlah hal yang sepele, tetapi sudah memindah paradigma pendidikan, dari yang semula (teacher centered) terhadap (student centered). Kegiatan pendidikan yang semula lebih berorientasi pada “mengajar” (guru yang lebih banyak berperan) sudah berpindah terhadap konsep “pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan yang orientasinya terhadap siswa biar terjadi mencar ilmu dalam dirinya).

3.      Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Pada pelaksanaan pembelajaran, agar sanggup meraih hasil yang optimal perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang diambil dari teori psikologi khususnya teori mencar ilmu dan hasil-hasil observasi dalam proses pembelajaran. Prinsip pembelajaran kalau dipraktekkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan proses pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang optimal. Selain itu sanggup memajukan mutu pembelajaran dengan cara menyediakan dasar-dasar teori untuk membangun tata cara intruksional yang bermutu tinggi.


Menurut Gagne dalam buku Condition of Learning dalam Kustandi (2015) mengemukakan sembilan prinsip yang sanggup dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, selaku berikut:
1)      Menarik perhatian (gaining attention): hal yang memunculkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2)      Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): mengumumkan kesanggupan yang mesti dikuasai siswa sehabis selesai mengikuti pelajaran.
3)      Mengingatkan konsep/prinsip yang sudah dipelajari (stimulating recall or prior learning): merangsang kenangan ihwal wawasan yang sudah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4)      Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyodorkan materi-materi pembelajaran yang sudah direncanakan.
5)      Memberikan panduan mencar ilmu (providing learner guidance): menyediakan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa biar memiliki pengertian yang lebih baik.
6)      Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance): siswa diminta untuk menampilkan apa yang sudah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7)      Memberikan balikan (providing feedback): menginformasikan seberapa jauh ketepatan performance siswa.
8)      Menilai hasil mencar ilmu (assessing performance): mengumumkan tes/tugas untuk mengenali seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9)      Memperkuat retensi dan transfer mencar ilmu (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan menyediakan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang sudah dipelajari.
Sedangkan prinsip pembelajaran yang dikemukakan Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck dalam Kustandi (2015), selaku berikut:
1)      Respon-respon gres (new responses) diulang selaku jawaban dari respon yang terjadi sebelumnya. Implikasinya merupakan perlunya pemberian umpan balik positif dengan secepatnya atas kesuksesan atau respon yang benar dari siswa, siswa mesti aktif bikin respon, tidak cuma duduk membisu dan menyimak saja.
2)      Perilaku tidak cuma dikontrol oleh jawaban dari respons, tetapi juga dibawah efek kondisi atau gejala di lingkungan siswa. Implikasinya merupakan perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara terang terhadap siswa sebelum pelajaran dimulai biar siswa bersedia mencar ilmu lebih giat. Juga penggunaan banyak sekali metode dan media biar sanggup mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar.
3)      Perilaku yang ditimbulkan oleh gejala tertentu akan hilang atau menyusut frekuensinya kalau tidak diperkuat dengan jawaban yang mengasyikkan implikasinya merupakan pemberian isi pembelajaran yang mempunyai faedah pada siswa di dunia luar ruangan kelas dan menyediakan balikan (feedback) berupa penghargaan terhadap kesuksesan mahasiswa. Juga siswa sering diberikan latihan dan tes biar pengetahuan, kemampuan dan sikap yang gres di kuasainya sering di munculkan pula.
4)      Belajar yang berupa respon terhadap gejala yang terbatas akan di transfer terhadap suasana lain yang terbatas pula. Implikasinya merupakan pemberian aktivitas mencar ilmu terhadap siswa yang melibatkan gejala atau kondisi yang menyerupai dengan kondisi dunia nyata. Juga penyuguhan isi pembelajaran perlu diperkaya dengan penggunaan banyak sekali contoh penerapan apa yang sudah dipelajarinya. Penyajian isi pembelajaran perlu menggunakan banyak sekali media pembelajaran menyerupai gambar, diagram, film, rekaman audio/ video, computer, serta banyak sekali metode pembelajaran menyerupai stimulasi, dramatisasi dan lain sebagainya.
5)      Belajar menggeneralisasikan dan membedakan merupakan dasar untuk mencar ilmu sesuatu yang kompleks menyerupai yang berkenaan dengan pemecahan masalah. Implikasinya merupakan perlu dipakai secara luas bukan saja contoh-contoh yang positif, tetapi juga yang negatif.
6)      Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mensugesti perhatian dan keteguhan siswa selama proses siswa belajar. Implikasinya merupakan pentingnya memukau perhatian siswa untuk mempelajari isi pembelajaran, antara lain dengan menampilkan apa yang akan dikuasai siswa sehabis selesai proses belajar, bagaimana menggunakan apa yang dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana mekanisme yang mesti dibarengi atau aktivitas yang mesti dilakukan siswa biar meraih tujuan pembelajaran dan sebagainya.
7)      Kegiatan mencar ilmu yang di bagi menjadi tindakan kecil dan di sertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan menolong siswa. Implikasinya merupakan guru mesti menganalisis pengalaman mencar ilmu siswa menjadi kegiatan-kegiatan kecil, disetai latihan dan balikan terhadap hasilnya.
8)      Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil sanggup dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model. Implikasinya merupakan penggunaan media dan metode pembelajaran yang sanggup menggambarkan materi yang kompleks terhadap siswa menyerupai model, realias, film, jadwal video, komputer, drama, demonstrasi dan lain-lain.
9)      Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari kemampuan dasar yang lebih sederhana. Implikasinya merupakan tujuan pembelajaran mesti dirumuskan dalam bentuk hasil mencar ilmu yang operasional. Demonstrasi atau model yang dipakai mesti di rancang biar sanggup menggambarkan dengan terang komponen-komponen yang tergolong dalam perilaku/keterampilan yang kompleks itu.
10)  Belajar akan lebih cepat, efisien dan mengasyikkan kalau siswa diberi keterangan ihwal mutu penampilannya dan cara meningkatkannya. Urutan pembelajaran mesti dimulai dari yang sederhana secara sedikit demi sedikit menuju terhadap yang lebih kompleks perkembangan siswa alam menyelesaikan pembelajaran mesti di informasikan kepadanya.
11)  Perkembangan dan kecepatan siswa sungguh bervariasi, ada yang maju dengan segera ada yang lebih lambat. Implikasinya merupakan pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasyarat sebelum mempelajari materi pembelajaran selanjutnya, siswa memperoleh peluang maju menurut kecepatannya masing-masing.
12)  Dengan persiapan, siswa sanggup menyebarkan kesanggupan mengorganisasi kegiatannya sendiri dan memunculkan umpan balik bagi dirinya untuk bikin respon yang benar. Implikasinya merupakan pemberian kemungkinan bagi siswa untuk menegaskan waktu, cara dan sumber-sumber disamping yang sudah ditentukan, biar sanggup bikin dirinya meraih tujuan pembelajaraan.






A.    Manajemen Operasional Sekolah
1.      Pengertian Manajemen Operasional Sekolah
Pengertian tata kelola operasional sekolah pasti tidak terlepas dari tata kelola pada umumnya, yakni mengandung unsur adanya aktivitas yang dilakukan dengan mengkoordinasikan banyak sekali aktivitas dan sumber daya untuk tercapainya tujuan tertentu. Manajemen operasional pendidikan merupakan proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi–fungsi tata kelola untuk mengintegrasikan banyak sekali sumber daya sekolah secara efisien dalam rangka meraih tujuan.
Unsur pokok dalam pengertian tersebut di atas sanggup diterangkan selaku berikut:
Pertama, Kontinyu, artinya tata kelola operasional sekolah bukan suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Keputusan tata kelola bukan cuma tindakan sesaat, melainkan tindakan yang berkesinambungan atau merupakan suatu proses yang kontinyu.
Kedua, Efesien, artinya tata kelola operasional sekolah merupakan suatu aktivitas yang menekanankan pemanfaatan sumber daya semaksimal mungkin (high utilization). Sumber daya dalam menajemen operasional meliputi insan (man) dengan motivasinya, modal (money), metoda (method), mesin (machine), manajerial, keterangan (management information system-MIS), mutu, serta kesanggupan organisasi dengan menyaksikan peluang pasar (market). Hasil simpulan mutu pengelolaan forum pendidikan bisa dilihat pada keuntungan  yang  diperoleh pengurus lembaga. Manajer dituntut untuk memiliki kesanggupan melakukan pekerjaan efisien agar sanggup menaikkan penggunaan sumber daya, sehingga aktivitas tata kelola operasi mesti memiliki tujuan, yakni menciptakan suatu keluaran sesuai dengan yang direncanakan, yakni barang atau jasa.
Ketiga, Efektif, artinya segala pekerjaan mesti dilakukan secara sempurna dan sebaik–baiknya, serta meraih hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan tata kelola operasional sekolah diharapkan wawasan luas lantaran meliputi banyak sekali fungsi menejemen menyerupai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian. Dalam pelaksanaannya semua sumber daya menyerupai manusia, modal, material, mesin, tata kelola atau metoda, energi dan keterangan diintegrasikan untuk menciptakan barang atau jasa. Namun produk utama sekolah merupakan pelayanan jasa pendidikan. Integrasi tersebut menggabungkan  dua atau lebih sumber daya dari kombinasi yang terbaik.

2.      Fungsi Manajemen
Agar menciptakan jasa pendidikan yang diharapkan maka pengelolaan sumber daya dan aktivitas dalam tata kelola operasional sekolah meliputi penggunaan fungsi manajemen.
a.       Perencanaan
Dalam penyusunan rencana (planning), manajer dalam hal ini Kepala Sekolah menegaskan tujuan dari subsistem operasi dari organisasi dan menyebarkan program, kebijakan dan mekanisme yang diharapkan untuk meraih tujuan. Tahapan ini meliputi penentuan peranan dan fokus dari operasi. Pihak pengurus mesti sanggup melaksanakan penyusunan rencana dengan matang dan baik.
b.      Pengorganisasian
Dalam pengorganisasian (organizing) manajer/kepala sekolah menegaskan struktur individu, grup, seksi, bagian, divisi atau departemen dalam subsistem operasi untuk meraih tujuan organisasi. Manajer operasi juga menegaskan keperluan sumber daya yang diharapkan dalam meraih tujuan operasi serta mengendalikan wewenang serta tanggung jawab yang diharapkan dalam melaksanakannya.
c.       Penggerakan
Fungsi penggerakan (directing/actuating) dilakukan dengan memimpin, mengawasi, memotivasi guru untuk melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan transformasi sumber daya sungguh diharapkan efektifitas dan efisiensi penggerakkan. Pengelola sekolah mesti menerapkan fungsi penggerakan pada seluruh  aktivitas dan aktifitas dengan sebaik-baiknya.
d.      Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian (evaluating/controling) dilaksanakan dengan menyebarkan patokan dan jaringan komunikasi yang diharapkan agar pengorganisasian serta penggerakan sesuai dengan apa yang dijadwalkan sanggup meraih tujuan.
e.       Proses Transformasi
Kegiatan operasional merupakan belahan dari aktivitas organisasi yang melaksanakan proses transformasi dari masukan (input) menjadi keluaran (output), masukan berupa semua sumber daya yang diperlukan. Proses menyerupai ini biasanya dilengkapi dengan aktivitas umpan balik untuk menegaskan bahwa keluaran yang diperoleh sesuai dengan yang dikehendaki.

3.      Sumber  Input
Sumber input yakni lokasi dimana sumber daya input suatu forum dibutuhkan. Contoh lokasi sumber daya untuk jenis insan menyerupai guru lazimnya berasal dari fakultas keguruan di universitas. Sedangkan sumber input keuangan sanggup diperoleh dari derma pemerintah, investor, bank Syariah atau bank konvensional lainnya. Keadaan input sungguh dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara umum, perkembangan teknologi, pengetahuan, penduduk dan kondisi sosial politik.

4.      Bahan Input  
Seluruh aktivitas pada tata kelola operasi membutuhkan suatu input dari sumber di luar sekolah. Sumber daya yang diharapkan selaku input sanggup berupa:
a.       Manusia, yakni meliputi: siswa, guru, pihak manajemen, pegawai tata kelola dll
b.      Kurikulum atau manhaj tarbiyah, yakni meliputi kurikulum dan seperangkat peraturan ihwal kurikulum baik dari sekolah mapun berasal dari luar sekolah.
c.       Media pendidikan, yakni media menyerupai papan tulis, overhead projector, papan tulis dll
d.      Metode mengajar, yakni taktik proses mencar ilmu mengajar yang sudah dikembangkan sehinga sanggup dipakai oleh guru.
e.       Material, yakni meliputi buku, pulpen, spidol, penggaris dll
f.       Modal, yakni segala yang berafiliasi dengan modal dan keuangan yang diperlukan untuk mengoperasikan sekolah.
g.      Informasi, yakni segala bentuk keterangan yang dipakai untuk menjalankan sekolah sehingga sanggup menciptakan output yang dapat   bikin puas pelanggan.
Karena materi input dari sumber tidak pribadi sanggup dipakai dalam proses transformasi, maka kerap kali dilaksanakan proses modifikasi (konversi), sehingga organisasi mesti melaksanakan seleksi untuk menyakinkan input dari sumber bermutu baik dan siap untuk digunakan. Contoh perlunya modifikasi input dari sumbernya, yakni tidak semua lulusan perguruan tinggi tingi pribadi diterima. Berarti organisasi sekolah mesti bisa bikin filter dan tata cara seleksi input yang baik.
Kegiatan umpan balik dilaksanakan dengan pengecekan pada beberapa titik kunci dan membandingkannya dengan patokan atau pola yang sudah ditetapkan apabila terjadi ada perbedaan antara hasil (keluaran) dan standar, maka diharapkan tindakan koreksi, sanggup berupa perbaikan dalam komponen masukan atau penyempurnaan dalam proses bikinan sehingga outputnya sanggup sesuai dengan yang diharapkan.    

5.      Komponen Sistem Organisasi
Untuk melaksanakan proses transformasi, organisasi membutuhkan tata cara yang organisasi meliputi:
a.       Tujuan, yakni tujuan yang ingin dihasilkan dalam teknologi transformasi mesti jelas. Organisasi mesti menetapkan hasil apakah yang diharapan, kemudian mentukan jenis input apakah yang akan digunakan. Untuk variasi jenis input sanggup dari dua atau lebih jenis sumber input. Semakin banyak materi yang diperlukan dalam proses transformasi maka makin rumit sistemnya.
b.      Disetiap organisasi memiliki arah pendidikan yang berbeda. Ada sekolah yang menekankan faktor agama, kesenian dan ilmu pengetahuan. Atau suatu sekolah didesain untuk kelompok menengah ke atas. Semua adalah    tergantung segmentasi organisasi dalam memperoleh pasar yang lebih luas.
c.       Kultur, yakni budaya dan kondisi yang dianut dalam organisasi. Setiap organisi memiliki budaya yang berlainan dan unik, setiap insan yang masuk dalam suatu sekolah niscaya akan menyesuaikan diri dengan budaya dan kebiasaan organisasi yang sudah ada.
d.      Struktur, yakni struktur organisasi yang dipakai untuk mengurus sekolah tersebut. Ada organisasi yang menekankan pada fungsi dan ada organisasi yang menekankan pada hirarki. Desain organisasi sungguh dipengaruhi oleh kultur dan paradigma yang dimiliki oleh pengurus lembaga.
e.       Sistem, yakni seperangkat peraturan, pedoman, kebijakan dan prosedur   yang dipakai untuk mengendalikan bagaimana sekolah mesti dijalankan.
f.       Proses, yakni tahapan tata cara pengelolaan yang akan dilalui oleh input sehingga menjadi output yang diharapkan. 
Keenam komponen tata cara tersebut dipakai untuk mengolah input menjadi output, sehingga menjadi jasa pendidikan yang diperlukan masyarakat.

6.      Output Transformasi
Dalam suatu organisasi sekolah, output utamanya berupa jasa pendidikan. Sedangkan output yang bersifat barang menyerupai media yang dibentuk oleh guru, tetapi itu bukanlah output utama.  Karena yang dicicipi oleh pengguna merupakan penggunaan medianya.
Jadi output paling utama sekolah yakni sejauhmana kompetensi murid yang sudah lulus ketimbang tujuan kurikulum yang sudah ditetapkan. Indikator yang paling gampang untuk mengukur output adalah:
a.       Jumlah siswa yang lulus
b.      Jumlah siswa yang naik kelas
c.       Nilai rata-rata sekolah
d.      Nilai tertinggi sekolah
e.       Nilai dari hasil kejuaraan suatu kopetisi yang diperoleh sekolah atau murid  dalam suatu regional atau nasional
f.       Jumlah murid yang sanggup menghafal quran atau berapa banyak ayat Al Alquran yang sudah di hafal oleh siswa pada simpulan jadwal (pada sekolah yang menekankan agama)
g.      Output dari proses transformasi ini kerap kali juga tidak sanggup pribadi dipakai oleh pengguna, sehingga diharapkan modifikasi pada lingkungan pengguna (interface).
                                                                                              
7.      Pengguna (customer)
Pada hasilnya penggunalah dan stakeholder yang menganggap apakah sekolah sudah sukses atau belum. Pengguna menganggap kesuksesan tata cara pendidikan dengan cara membandingkan hasil tersebut dengan patokan yang terdapat pada:
a.       Nilai-nilai yang dianut masyarakat
b.      Nilai-nilai yang dianut individu
c.       Nilai-nilai organisasi professional
d.      Kondisi lingkungan teknologi, politik dan ekonomi.
Setelah pengguna mencicipi hasil keluaran sekolah, kemudian menyediakan umpan balik ke sekolah atau ke sumber input yang mensugesti input sekolah.

8.      Aktifitas Administrasi Manajemen Sekolah
Dengan memperhatikan proses dan fungsi tata kelola tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan tata kelola sekolah merupakan proses tata kelola dari semua komponen yang dilaksanakan di sekolah. Manajemen sekolah tidak terlepas dari kedudukan tata kelola pendidikan dalam tata cara pendidikan di sekolah.
Arah aktivitas organisasi dalam melaksanakan kegiatannya, maka sekolah  mesti berfikir jauh kedepan untuk menyanggupi arah keperluan pengguna. Sementara organisasi bertindak dari yang hal terkecil menuju yang besar. Dalam kaidah tata kelola disebut dengan berfikir besar dan mengawali dari yang kecil-kecil dan mulai kini juga (big think, start small, act now).
Tugas dan keharusan administratif mengenai bidang–bidang operasional di sekolah sanggup dikelompokkan jadi beberapa komponen dalam sekolahalam-amani.blogspot.co.id (2011), yaitu:
a.       Kegitan Umum
Sebagai komponen yang biasa dalam tata kelola sekolah, salah satu kiprah garapannya terletak pada para pejabat dan kepala sekolah. Kegiatan perkantoran  atau tata kelola manajemen pada setiap organisasi sekolah, yakni untuk mengkoordinasikan perjuangan orang–orang kearah tercapainya tujuan pendidikan pengajaran di sekolah dengan efektif dan efisien. Tujuan ini berafiliasi dengan aktivitas mencar ilmu mengajar. Struktur organisasi sekolah diadaptasi sesuai dengan keperluan sekolah dan daya dukung staf, kelembagaan, pekerjaan yang ada.
b.      Kurikulum
Sekolah pada semua tingkatannya sudah menyusun jadwal pendidikan yang dibangun diatas bidang-bidang wawasan yang berdiri sendiri. Segi kurikulum dari jadwal itu meliputi hal-hal seperti: mata pelajaran mana yang mau dihidangkan dan untuk maksud instruksional khusus apa, dan wawasan lain yang pribadi berafiliasi dengan pengajaran. Penyusunan suatu jadwal pendidikan di sekolah tergantung pada asas, pertimbangan, nilai dan teori yang berafiliasi dengan:
1)      Tujuan pendidikan secara umum
2)      Sifat dan penggunaan pengetahuan
3)      Konsep dan teknologi ihwal belajar
4)      Ketenagaan
c.       Administrasi
Tugas bidang garapan tata kelola ketenagaan:
1)      Memperlancar jadwal supervisi pendidikan
2)      Membantu pengisian identitas kepegawaian
3)      Memperlancar kebijaksanaan dalam kepegawaian seperti: peningkatan pangkat dan lain-lain.
d.      Kesiswaan
Tugas dan keharusan Pengadministrasian kesiswaan meliputi :
1)      Mengatur  proses mencar ilmu mengajar (PMB)
2)      Mempertimbangkan syarat peningkatan kelas atau kelulusan
3)      Menyusun tata tertib sekolah
4)      Mengawasi dan membimbing organisasi siswa
5)      Pelaksanaan aktivitas upacara sekolah
e.       Ketatausahaan sekolah
Tugas belahan ketatausahaan ini meliputi:
1)      Perencanaan penggunaan ruang belajar
2)      Menyusun kalender pendidikan
3)      Notulen rapat sekolah
4)      Pengelolaan perpustakaan sekolah
5)      Kegiatan persuratan
6)      Program kemakmuran personil
7)      Sarana dan prasarana pendidikan
8)      Inventarisasi alat-alat peraga, Olah raga, kesenian, PKK, dll.
9)      Merencanakan dan mengusahakan buku pegangan untuk guru dan siswa.
10)  Pengaturan penggunaan laboratorium
11)  Kegiatan/penertiban lingkungan
f.       Keuangan dan pembiayaan sekolah
Tugas lazim belahan keuangan dan pembiayaan merupakan selaku berikut:
1)      Penyusunan planning anggran pendapatan dan belanja
2)      Pengaturan segala dana/biaya berkala ataupun SPP,dll
g.      Hubungan sekolah dan masyarakat
Fungsi kekerabatan sekolah dengan penduduk adalah:
1)      Adanya koordinasi
2)      Pengabdian pada masyarakat
3)      Ikut ikut serta dalam kegiatan/gerakan kebersihan, keindahan, dll
4)      Pertemuan dengan BP3 atau orang bau tanah murid.
h.      Pengawasan dan evaluasi
Tugas dan fungsi belahan pengawasan dan penilaian adalah:
1)      Pembinaan dari seluruh aktivitas PBM
2)      Pembinaan dan peningkatan profesi mengajar
3)      Pengawasan melekat
4)      Penilaian yang kontinu dari segala aktivitas (edukatif dan non edukatif)

B.     Fokus Operasional Sekolah dalam Pembelajaran dan Pengajaran
Pembelajaran dan pengajaran di sekolah merupakan salah satu fokus operasional sekolah. Sekolah selaku lingkungan pendidikan yang sanggup menciptakan lulusan dengan beraneka ragam tingkat kemampuan, wawasan serta nilai atau sikap yang memungkinkan untuk menjadi warga penduduk dan warga negara yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, beriman dan berbudi pekerti luhur. Tujuan tersebut tidak akan sukses tanpa adanya bantuan dari tenaga kependidikan yang professional yakni guru dalam menyediakan pembelajaran dan pengajaran selaku fokus operasional sekolah dalam menciptakan lulusan yang bermutu.
            Tingkat mutu guru dalam membelajarkan akseptor didik inilah yang memunculkan tingginya mutu pembelajaran, sehingga berefek terhadap tingginya mutu forum pendidikan di sekolah. Proses aktivitas mencar ilmu yang dilaksanakan sekolah bersifat formal disengaja, direncanakan, dengan panduan guru, serta pendidik lainnya. Kegiatan mencar ilmu tersebut sungguh diperlukan, menyaksikan kondisi ketika ini, makin banyaknya dan semakin tingginya permintaan hidup masyarakat. Semakin tinggi taraf perkembangan penduduk maka makin tinggi dan banyak permintaan yang mesti dipenuhi dan bertambah banyak waktu mencar ilmu yang mesti ditempuh.
Menurut Sukmadinata (2003, hlm. 178) pelaksanaan pengajaran dengan pemfokusan terhadap mencar ilmu proses dilatarbelakangi oleh konsep-konsep mencar ilmu menurut teori Naturalisme-Romantisme dan teori Kognitif-Gestalt. Naturalisme-Romantisme lebih menekankan terhadap aktifitas siswa sedangkan kosep teori kognitif-gestalt menekanan pengertian dan kesatupaduan yang menyeluruh.
Dalam pelaksanaan pengajaran yang menekankan proses menurut Sukmadinata (2003, hlm. 178-179) kini dipahami pula dengan kemampuan proses, guru bikin bentuk pengajaran yang bervariasi biar siswa terlibat dalam banyak sekali pengalaman. Siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan dan menganggap sendiri hasil suatu kegiatan. Siswa melaksanakan pengamatan, percobaan, pengukuran, perkiraan dan bikin kesimpulan sendiri. Dalam mencar ilmu model ini, siswa tidak cuma mencar ilmu dari guru, tetapi juga dari sesama temannya dari manusia-manusia sumber diluar sekolah
Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu, baik dari sisi fisik maupun psikis. Dalam proses mencar ilmu disekolah, sasaran mencar ilmu menyerupai ini sering dirumuskan selaku tujuan pelajaran atau tujuan instruksional. (Aniyah, 2012, hlm. 1).
Tujuan mencar ilmu menurut sasaran mencar ilmu sudah dikontrol dalam TAP MPR Nomor II tahun 1988, tujuan tersebut adalah: ’’Pendidikan nasional berdasaran pancasila, berencana untuk meningkatan mutu insan Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, disiplin, melakukan pekerjaan keras, tangguh, beranggung jawab, mandiri, pandai cekatan serta sehat jasmani dan rohani. Disamping itu, pendidikan nasional juga mesti bisa menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan sosial. (Sukmadinata, 2003, hlm. 179)
Sejalan dengan hal tersebut, dikembangkan iklim mencar ilmu mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta memiliki sikap dan sikap inovatif dan kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan bisa merealisasikan sumber daya pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta gotong royong bertanggung jawab pada pembangunan bangsa.
Sekolah merupakan forum pendidikan daerah berlangsungnya aktivitas mencar ilmu mesti bisa memenuhi  rasa kepuasan mencar ilmu akseptor didik, alasannya merekalah yang menjadi konsumen penting dalam menyediakan jasa layanan pendidikan. Semua fasilitas dan prasaran maupun jadwal disusun untuk kepentingan dan akomodasi mereka belajar. Tanpa keberdaan mereka semua unsur yang ada di sekolah menjadi kurang berfungsi.
Ada dua pendekatan di dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah menurut Sukmadinata (2003, hlm. 178), yakni pendekatan yang memprioritaskan hasil mencar ilmu dan yang menekankan proses belajar. Sebab suatu hasil mencar ilmu yang bagus akan diperoleh lewat proses yang baik, dan sebaliknya proses mencar ilmu yang bagus akan memberi hasil yang bagus pula.
Kepuasan akseptor didik merupakan tujuan dan fokus operasional dari layanan mencar ilmu di sekolah. Anak yang memperoleh kepuasan akan terlihat dari sikapnya yang positif terhadap pelajaran yang diterima oleh gurunya. Anak menampilkan sikap positif dalam bentuk sikap alasannya sudah memperoleh apa yang diinginkannya, mereaksi positif, bebas unek-unek terhadap proses mengajar dari gurunya. Indikator kepuasan anak sanggup terlihat dari Indikator perorangan dan indikator kelompok.   
Menurut J.B Carrol dalam Suhardan (2014, hlm. 109) Indikator individu terdiri dari:
1.      Setiap anak menemukan pelajaran dari guru dengan rasa suka cita tanpa tegang dan stress.
1.      Mengerjakan kiprah secara independen.
2.      Tidak ada unek-unek yang berarti dalam menjalankan tugas.
3.      Mengikuti pembelajaran dengan aktif dan arif.
4.      Efektifitas mencar ilmu tinggi sesuai waktu.
5.      Belajar menurut mekanisme sistematika yang sudah ditetapkan.
6.      Tinggi kapasitas pengertian cara menjalankan kiprah belajarnya.
Kepuasan mencar ilmu pada tingkat kelas menurut Suhardan (2014, hlm. 110) sanggup dimengerti dari:
1.      Norma dan hukum mencar ilmu dalam kelas dipatuhi, tak ada pelanggaran.
2.      Duduk dan fokus serius terhadap kiprah yang mesti dikerjakan, rendah jumlah anak yang mondar-mandir tanpa tujuan.
3.      Rendah frekuensi pengarahan guru, besar acara kelas menjalankan tugas.
4.      Mengerjakan kiprah menurut keperluan materi mencar ilmu dan isyarat mencar ilmu yang semestinya.
5.      Sedikit waktu yang dipakai untuk membentuk disiplin dalam mengurus kelas.
6.      Anak menggemari pelajaran yang diberikan gurunya.
7.      Bangga atas prestasi yang diperolehnya.


A. Kesimpulan
Manajemen operasional pendidikan merupakan proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi–fungsi tata kelola untuk mengintegrasikan banyak sekali sumber daya sekolah secara efisien dalam rangka meraih tujuan. Unsur–unsur pokok dalam pengertian tersebut yakni Kontinyu, Efesien dan Efektif.
Pengelolaan sumber daya sehingga menciptakan jasa pendidikan yang diharapkan, maka aktivitas dalam tata kelola operasional sekolah meliputi penggunaan fungsi tata kelola yakni perencanaan, pengorganisasian, penggerakan fungsi pengendalian, dan proses transformasi.
Pembelajaran dan pengajaran di sekolah merupakan salah satu fokus operasional sekolah selaku lingkungan pendidikan yang sanggup menciptakan lulusan yang bermutu. Tingkat mutu guru dalam membelajarkan akseptor didik inilah yang memunculkan tingginya mutu pembelajaran, sehingga berefek terhadap tingginya mutu forum pendidikan di sekolah. Kepuasan akseptor didik merupakan tujuan dan fokus operasional dari layanan mencar ilmu di sekolah.
Proses pembelajaran dan pengajaran terhadap siswa merupakan tahapan tata cara pengelolaan yang akan dilalui oleh input sehingga menjadi output yang diharapkan. Proses tersebut tersebut dipakai untuk mengolah input menjadi output, sehingga menjadi jasa pendidikan yang diperlukan masyarakat.





DAFTAR PUSTAKA

Aniyah, Siti. (2012). Upaya Peningkatan Pembelajaran Kimia pada Materi Pemisahan Kimia lewat Metode Praktikum Berbasis Laboratorium Kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk. Skripsi Sarjana IAIN Walisongo. Diakses dari: https://loker.paperplane-tm.site/search?q=kebutuhan-operasional-sekolah">http://disinideddyck.blogspot.co.id/2012/11/kebutuhan-operasional-sekolah. html
Kustandi, C. (2105). Prinsip Pembelajaran. Diakses dari: https://cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/prinsip-pembelajaran/
Pengertianmenurutparaahli.net. (2016). Pengertian Kegiatan Operasional Perusahaan. Diakses dari: http://www.pengertianmenurutparaahli.net/ pengertian-kegiatan-operasional-perusahaan/
Purwadinata. (1967). Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sekolahalam-amani.blogspot.co.id. (2011). Manajemen Operasional Sekolah. Diakses dari: http://sekolahalam-amani.blogspot.co.id/2011/07/manajemen-operasional-sekolah
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama
Kurniawan, D. H. (2012). Kebutuhan Operasional Sekolah. Diakses dari: http://disinideddyck.blogspot.co.id/2012/11/kebutuhan-operasional-sekolah. html
Kustandi, C. (2105). Prinsip Pembelajaran. Diakses dari: https://cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/prinsip-pembelajaran/
Pengertianmenurutparaahli.net. (2016). Pengertian Kegiatan Operasional Perusahaan. Diakses dari: http://www.pengertianmenurutparaahli.net/ pengertian-kegiatan-operasional-perusahaan/
Purwadinata. (1967). Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sekolahalam-amani.blogspot.co.id. (2011). Manajemen Operasional Sekolah. Diakses dari: http://sekolahalam-amani.blogspot.co.id/2011/07/manajemen-operasional-sekolah
Setiawan, P. (2016). 10 Definisi Dan Pengertian Operasional. Diakses dari: http://www.gurupendidikan.com/10-definisi-dan-pengertian-operasional/
Suhardan, D. (2014). Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 ihwal Sistem Pendidikan Nasional Pembelajaran.


Related : Operasional Administrasi Sekolah

0 Komentar untuk "Operasional Administrasi Sekolah"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)