CARA MENINGKATKAN METODE PENDIDIKAN
sumber :http://www.chehalemvalley.org
1. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
PAIKEM yakni akronim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM sanggup didefinisikan selaku suatu pendekatan mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran dan media pengajaran yang sesuai dan diikuti penataan lingkungan sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siswa melakukan kesibukan bermacam-macam untuk meningkatkan abjad dalam bersikap, meningkatkan pemahaman, dan keterampilannya sendiri secara benar dan tanggung jawab. Berikut ini akan dihidangkan pengertian PAIKEM lebih rinci:
a. Pembelajaran aktif
Secara harfiah active, menurut Hornby (Kulsum: 2011,hlm.57), berarti: “in the habit of doing things, energetic”. Artinya, sudah biasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang membutuhkan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru mesti bikin suasana sedemikian rupa agar siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kesibukan yang sanggup menampilkan pengalaman langsung, sehingga berguru ialah proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Asmani (2011,hlm.66) Siswa aktif yakni siswa yang bersusah payah untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam proses belajarnya sendiri.
Sedangkan lingkungan berguru aktif yakni lingkungan belajar, dimana para siswa secara individu disokong untuk terlibat aktif dalam proses membangun model mentalnya sendiri, dari informasi yang sudah mereka peroleh. Bonwell dan Eison (Asmani: 2011,hlm.68) menampilkan beberapa tumpuan pembelajaran aktif, misalnya, pembelajaran berpasang-pasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus, terlibat aktif dalam kerja kelompok, atau bikin laporan singkat, dan sebagainya.
b. Pembelajaran inovatif
Mc Leod (Kulsum: 2011,hlm.59) mengartikan penemuan sebagai: “something newly introduced such as method or device”, menurut definisi ini, segala faktor (metode, bahan, perangkat, dan sebagainya) dipandang gres atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya berlainan atau belum dilaksanakan oleh seorang guru walaupun semua itu bukan barang gres bagi guru lain. Membangun pembelajaran yang inovatif sanggup dilakukan dengan cara-cara yang diantaranya memuat setiap karakteristik siswa dan mengukur kesanggupan atau daya serap setiap siswa.
Dalam hal ini, seorang guru bertindak inovatif dalam hal: 1) Menggunakan materi atau materi gres yang berharga dan bermartabat; 2) Menerapkan banyak sekali pendekatan pembelajaran dengan gaya baru; 3) Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan kondisi siswa, sekolah, dan lingkungan; dan 4) Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.(Kulsum:2011,hlm159)
Di segi lain, siswapun bertindak inovatif dalam hal: 1) Mengikuti pembelajaran inovatif dengan aturan yang berlaku; 2) Berupaya mencari materi atau materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan; dan 3) Menggunakan perangkat teknologi maju dalam proses belajar. Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif dikehendaki adanya beraneka ragam taktik pembelajaran yang sanggup dipraktekkan dalam banyak sekali bidang studi.
c. Pembelajaran kreatif
Kreatif berarti menggunakan hasil ciptaan atau kreasi gres atau bahkan berlainan dengan sebelumnya. Pembelajaran inovatif yakni kesanggupan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan hal-hal yang artistik lainnya. (Ahmadi:2011,hlm.3)
Kreatifitas yakni selaku kesanggupan untuk menampilkan gagasan-gagasan gres dengan memperoleh banyak kemungkinan respon terhadap suatu masalah. Dalam hal ini seorang guru mesti bisa inovatif dalam arti: 1) Mengembangkan kesibukan pembelajaran yang beragam; 2) Membuat alat bantu berguru yang berkhasiat walaupun sederhana; 3) Memanfaatkan lingkungan; 4) Mengelola kelas dan sumber belajar; dan 5) Merencanakan proses dan hasil belajar.
Di segi lain, siswapun dituntut untuk inovatif dalam hal: 1) Merancang atau bikin sesuatu; dan 2) Menulis atau mengarang. Adapun ciri-ciri kepribadian inovatif menurut survei kepustakaan oleh Supriadi (1985) mengidentifikasikan ciri kepribadian kreatif, yaitu: (a) Terbuka terhadap pengalaman baru;(b) Fleksibel dalam berfikir dan merespons; (c) Bebas dalam menyatakan pertimbangan dan perasaan; (d) Menghargai fantasi; (e) Tertarik terhadap kegiatan-kegiatan kreatif; (f) Mempunyai pertimbangan sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; (g) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar; (h) Toleran terhadap perbedaan pertimbangan dan suasana yang tidak pasti; (i) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan; (j) Percaya diri dan mandiri; (k) Memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas; (l) Tekun dan tidak mudah bosan; (m) Tidak kekurangan nalar dalam memecahkan masalah; (n) Kaya akan inisiatif; (o) Peka terhadap suasana lingkungan; (p) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan ketimbang masa lalu; (q) Memiliki gambaran diri dan stabilitas emosional yang baik; (r) Tertarik terhadap hal-hal yang abstrak, kompleks, holistik, dan mengandung teka-teki; (s) Memiliki ide yang orisinal; (t) Mempunyai minat yang luas; 34 (u) Menggunakan waktu luang untuk kesibukan yang berharga dan konstruktif bagi pengembangan diri; (v) Kritis terhadap pertimbangan orang lain; (w) Senang mengajukan pertanyaan yang baik; dan (x) Memiliki kesadaran etik moral dan estetik yang tinggi. (Ahmadi: 2011,hlm.4)
d. Pembelajaran efektif
Pembelajaran sanggup dibilang efektif jikalau meraih sasaran atau minimal meraih kompetensi dasar yang sudah ditetapkan. Disamping itu, yang paling penting yakni banyaknya pengalaman dan hal gres yang didapat baik oleh siswa maupun guru. Dan untuk mengenali keefektifan suatu proses pembelajaran, maka pada setiap selesai pembelajaran perlu dilakukan evaluasi, namun penilaian disini bukan sekedar tes untuk siswa, melainkan semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, dan disokong oleh data catatan guru. (Jauhar:2011.hlm.163)
e. Pembelajaran menyenangkan
Pembelajaran yang menggembirakan perlu dimengerti secara luas, bukan berarti cuma ada lelucon, banyak bernyanyi, atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menggembirakan yakni pembelajaran yang sanggup dicicipi siswa. Siswa merasa nyaman, aman, dan asyik.
Menurut Kulsum (2011,hlm.63-64) Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur dorongan keingintahuan yang diikuti upaya mencari tahu sesuatu.Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, adalah: 1) Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak bikin tegang, aman, menarik, dan tidak bikin siswa ragu melakukan sesuatu walaupun keliru untuk meraih kesuksesan yang tinggi; 2) Terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan; 3) Terlibatnya semua indera dan acara otak kiri dan kanan; 4) Adanya suasana berguru yang menantang bagi siswa untuk berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari; dan 5) Adanya suasana berguru emosional yang positif di saat para siswa berguru bersama, dan di saat ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan proteksi yang antusias.
2. Landasan Yuridis Formal PAIKEM
Tinjauan yuridis formal di sini yakni dasar aturan yang melandasi diterapkannya PAIKEM. Dalam hal ini yakni segala bentuk perundangan dan peraturan serta kebijakan pendidikan yang berlaku di negara Indonesia, yang didalamnya mengendalikan dan memberi rambu-rambu mengenai implementasi proses pendidikan yang berbasis PAIKEM. (Ismail:2008,hlm48)
Berbagai bentuk regulasi dan kebijakan pendidikan yang dimaksud meliputi:
a) Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Beberapa pasal terkait antara lain terdapat pada:
Ø Pasal 1, ayat 1: “Pendidikan yakni kerja keras sadar dan terpola untuk merealisasikan suasana berguru dan proses pembelajaran agar penerima didik secara aktif meningkatkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budbahasa mulia, serta keahlian yang dikehendaki dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Ø Pasal 40, ayat 2: “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: 1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; 2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; 3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.
b) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan, antara lain:
Ø Pasal 19, ayat 1: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi penerima didik untuk ikut serta aktif, serta menampilkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan pertumbuhan fisik serta psikologis penerima didik”
Ø Pasal 28, ayat 1: “Pendidik mesti memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi selaku biro pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kesanggupan untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional”. c) Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen, beberapa pasal menyebutkan:
Ø Pasal 1, ayat 1: “Guru yakni pendidik profesional dengan kiprah utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan menganalisa penerima didik pada pendidikan penerima didik usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Ø Pasal 6: “kedudukan guru dan dosen selaku tenaga profesional berniat untuk melakukan tata cara pendidikan nasional dan merealisasikan tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi penerima didik agar menjadi insan yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Dari beberapa kutipan regulasi pendidikan tersebut, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan pemerintah sanggup dimengerti secara terperinci bahwa proses pendidikan dan pembelajaran pada satuan pendidikan, secara yuridis formal dituntut mesti diselenggarakan secara aktif, inovatif, kreatif, dialogis, demokratis dan dalam suasana yang mengesankan dan bermakna bagi penerima didik.
3. Peralihan yang mendasari PAIKEM
PAIKEM dikembangkan menurut beberapa perubahan, yaitu:
a. Peralihan dari berguru individual (individual learning) ke berguru bareng (cooperatif learning)
b. Peralihan dari berguru dari cara menghafal (rote learning) ke berguru untuk mengerti (learning for understanding)
c. Peralihan dari teori pemindahan wawasan (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif, keahlian proses dan pemecahan masalah
d. Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar
e. Beralihnya bentuk penilaian tradisional ke bentuk Authentic Assessment, misalnya portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampillan siswa. Dasar peralihan tersebut di atas sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan, pasal 19, ayat (1).
4. Karakteristik PAIKEM
Sebagai taktik pembelajaran di sekolah PAIKEM memiliki karakteristik-karakteristik antara lain:
a. Berpusat pada siswa
b. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kesanggupan tertentu.
c. Belajar secara berkelanjutan dan tuntas. (Jauhar:2011,hlm.150)
d. Memberikan pengalaman langsung
e. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu terperinci
f. Menyajikan konsep dari banyak sekali mata pelajaran
g. Bersifat Fleksibel
h. Menggunakan prinsip berguru sambil bermain dan menyenangkan.
5. Implementasi PAIKEM
Dalam mengimplementasikan PAIKEM, guru perlu memperhatikan beberapa hal selaku berikut: a).Memahami sifat yang dimiliki siswa b).Mengenal siswa secara individual c) Memanfaatkan sikap siswa dalam pengorganisasian berguru d).Mengembangkan kesanggupan berpikir kritis, kreatif, dan kesanggupan memecahkan kendala e).Mengembangkan ruang kelas selaku lingkungan berguru yang menawan f). Memanfaatkan lingkungan selaku sumber berguru g). Memberikan umpan balik yang bagus untuk meningkatkan kesibukan berguru h).Membedakan antara fisik dengan aktif mental. (Asmani:2011,hlm.99) i).Memahami pertumbuhan kecerdasan siswa. (Jauhar:2011,hlm.153)
Berikut ini akan dihidangkan beberapa metode dan taktik pembelajaran PAIKEM selaku alternatif yang sanggup dipakai oleh guru untuk sanggup mengaktifkan siswa. Guru dikehendaki sanggup melakukan pengembangan, modifikasi, improvisasi, atau mencari taktik yang dipandang lebih tepat. Aplikasi banyak sekali metode, taktik dan teknik tersebut sanggup disimak dalam deskripsi mekanisme selaku berikut:
a. Everyone is a teacher here (setiap orang yakni guru)
Strategi ini sungguh sempurna untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini menampilkan potensi terhadap siswa untuk berperan selaku guru bagi kawan-kawannya. (Jauhar:2011,hlm.153)
Langkah-langkah: 1) Bagikan secarik kertas terhadap seluruh siswa. Setiap siswa diminta untuk menuliskan satu pertanyaan mengenai materi pelajaran yang sedang dipelajari di kelas. 2) Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan terhadap setiap siswa. Pastikan bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan soal yang ditulis sendiri. Minta mereka untuk membaca dalam hati pertanyaan dalam kertas tersebut kemudian menimbang-nimbang jawabannya. 3) Minta siswa secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan menjawabnya. 4) Setelah respon diberikan, mintalah siswa yang lain untuk menambahkan. 5) Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.
b. Active debate (debat aktif)
Debat sanggup menjadi suatu model pembelajaran yang sanggup mendorong pemikiran dan perenungan khususnya kalau siswa dikehendaki bisa menjaga pertimbangan yang berlawanan dengan kepercayaan mereka sendiri. Strategi ini secara aktif sanggup melibatkan semua siswa di dalam kelas bukan cuma pelaku debatnya saja.
Langkah-langkah:1) Kembangkan suatu pertanyaan yang kontroversial yang berhubungan dengan materi pelajaran. 2) Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu kalangan berperan selaku penunjang atau kalangan yang “pro” dan kalangan lain menjadi penantang atau “kontra”. 3) Berikutnya buat dua hingga empat sub kalangan dalam masingmasing kalangan debat. Setiap sub kalangan diminta untuk meningkatkan argumen yang mendukung masing-masing posisi, atau menyiapkan urutan daftar argumen yang sanggup mereka seleksi atau diskusikan. Di selesai diskusi setiap sub kalangan menentukan seorang juru bicara. 4) Siapkan beberapa dingklik untuk para juru bicara pada kalangan pro dan kalangan kontra. Sedangkan siswa lain duduk dibelakang juru bicara. Mulailah debat dengan cara juru bicara mempresentasikan persepsi mereka. Proses ini disebut argumen pembuka. 5) Setelah menyimak argumen pembuka, hentikan debat dan kembali ke sub kelompok. Setiap sub kalangan diminta untuk merencanakan argumen yang menolak argumen pembuka dari kalangan lawan. Setiap sub kalangan menentukan juru bicara usahakan yang baru. 6) Lanjutkan kembali debat. Juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk memberi argumen penentang. Ketika debat berlangsung, penerima yang lain didorong untuk memberi catatan yang berisi proposal argumen atau bantahan. Siswa diperbolehkan untuk bersorak atau bertepuk tangan untuk masing-masing argumen dari wakil kalangan mereka. 7) Pada di saat yang sempurna akhiri debat. Tidak perlu menentukan kalangan mana yang menang, buatlah kelas melingkar, tentukan bahwa kelas terintegrasi dengan meminta mereka duduk berdampingan dengan mereka yang berada di kalangan lawan. Diskusikan apa yang sudah dipelajari oleh siswa dari pengalaman debat tersebut. Minta siswa untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik menurut mereka. (Muttaqien:2006:141)
c. Card sort (sortir kartu)
Pembelajaran dengan sortir kartu ialah bentuk kesibukan kolaboratif yang sanggup dipakai untuk mengajarkan suatu konsep, karakteristik klasifikasi, fakta mengenai obyek atau mereview ilmu yang sudah diperoleh sebelumnya. Gerakan fisik yang lebih banyak didominasi dalam taktik ini sanggup menghemat kelas yang kelelahan. Langkah-langkah: 1) Setiap siswa diberi potongan kertas yang berisi informasi atau tumpuan yang tercakup dalam satu atau lebih kategori. 2) Mintalah siswa untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk memperoleh kartu dengan klasifikasi yang serupa (kita sanggup memberi tahu klasifikasi tersebut sebelumnya atau membiarkan siswa memperoleh sendiri). 3) Siswa dengan klasifikasi yang serupa diminta mempresentasikan klasifikasi masing-masing di depan kelas. 4) Seiring dengan penyajian dari tiap-tiap klasifikasi tersebut, berikan poinpoin penting terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Minta setiap kalangan untuk melakukan klarifikasi mengenai klasifikasi yang mereka selesaikan. (Sabri:2008,hlm.122)
d. Critical incident (pengalaman penting)
Metode ini dipakai untuk mengawali pelajaran. Tujuan dari penggunaan taktik ini yakni untuk melibatkan siswa sejak permulaan dengan menyaksikan pengalaman mereka. Strategi ini sanggup dipakai secara optimal pada semua mata pelajaran yang bersifat praktis. Langkah-langkahnya selaku berikut: 1) Sampaikan terhadap siswa topik atau materi yang hendak dipelajari; 2) Beri potensi beberapa menit terhadap siswa untuk mengingat pengalaman mereka yang tidak terlalaikan berhubungan dengan materi yang ada; 3) Tanyakan pengalaman apa yang menurut mereka tidak terlupakan; 4) Sampaikan materi pelajaran dengan mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang hendak disampaikan. (Sabri:2008,hlm.122)
e. Index Card Match (pencocokan kartu indeks)
Ini ialah cara aktif dan menggembirakan untuk meninjau ulang materi pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan terhadap temannya. Adapun prosedurnya, selaku berikut: 1) Pada kartu indeks yang terpisah, catatlah pertanyaan mengenai apapun yang diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dengan jumlah yang serupa dengan setengah jumlah siswa. 2) Pada kartu yang terpisah, catatlah respon atas masing-masing pertanyaan itu. 3) Campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah berulang kali agar sungguh-sungguh tercampur aduk. 4) Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini ialah latihan pencocokan. Sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauan dan sebagian lain mendapatkan kartu jawabannya. 5) Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk mencari kawasan duduk bersama. 6) Bila semua pasangan yang tepat sudah duduk bersama, perintahkan tiap pasangan untuk menampilkan kuis terhadap siswa yang lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk menampilkan jawabannya. (Trianto:2010,hlm52)
f. Cooperative script
Dalam Asmani (2011,hlm.40) Cooperative script merupakan salah satu metode pembelajaran, dimana siswa melakukan pekerjaan berpasangan dan bergantian secara verbal untuk mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Berikut langkah-langkahnya: 1) Guru membagi siswa kedalam sejumlah pasangan; 2) Guru membagikan wacana atau materi dan siswa membaca dan bikin ringkasannya; 3) Guru dan siswa menegaskan siswa yang pertama berperan selaku pembicara dan siswa-siswa lain yang berperan selaku pendengar; 4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; 5) Bertukar peran, semula selaku pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya; 6) Simpulan dibentuk oleh siswa bareng guru; 7) Penutup.
g. Modelling
Modelling yakni metode yang dikembangkan menurut prinsip bahwa seseorang sanggup berguru lewat pengamatan sikap orang lain. Strategi berguru modelling berangkat dari teori berguru sosial yang juga disebut berguru lewat pengamatan yakni menurut Arends (Trianto:2010,hlm.52) disebut juga dengan teori pemodelan tingkah laku. Langkah-langkah modelling menurut Bandura, selaku berikut: 1) Guru (model) memberi tumpuan kesibukan tertentu (demonstrasi) di depan siswa, kemudian siswa melakukan pengamatan terhadap keahlian guru pada lembar pengamatan yang sudah disediakan; 2) Guru bareng siswa mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan 3) Guru menerangkan struktur tindakan kesibukan demonstrasi yang sudah diperhatikan oleh penerima didik; 4) Siswa ditugasi untuk menyiapkan tindakan kesibukan demonstrasi
h. Student teams achievement division (STAD)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengacu pada berguru kalangan siswa, menyuguhkan informasi akademik gres terhadap siswa dengan tata cara menggunakan penyajian setiap minggu. Siswa dibagi menjadi kelompok, dimana setiap kalangan mesti heterogen. Setiap anggota tim mesti sanggup merampungkan materi pelajarannya dan kemudian saling menolong untuk mengerti materi pelajaran lewat tutorial, kuis, diskusi, dan sebagainya. (Kulsum:2011,hlm.89)
Langkah-langkah: 1) Membentuk kalangan yang anggotanya terdiri atas 4-5 orang secara heterogen; 2) Guru menyuguhkan pelajaran; 3) Guru memberi kiprah terhadap kalangan untuk dijalankan oleh anggotaanggota kelompok. Anggota yang sudah paham sanggup menerangkan terhadap anggota yang lain hingga semua anggota dalam kalangan itu paham; 4) Guru menampilkan kuis atau pertanyaan terhadap seluruh siswa. Pada di saat menjawab kuis para siswa tidak diperbolehkan saling membantu; 5) Memberi evaluasi; 6) Simpulan.
i. Question student have (pertanyaan dari siswa)
Teknik ini ialah teknik yang mudah untuk dilakukan dan sanggup dipakai untuk mengenali keperluan dan impian siswa. Teknik ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa secara tertulis. Langkah-langkah: 1) Bagikan potongan-potongan kertas terhadap siswa, 2) Minta setiap siswa untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang berhubungan dengan materi pelajaran, 3) Setelah semua selesai bikin pertanyaan masing-masing diminta untuk menampilkan kertas yang berisi pertanyaan terhadap kawan dekat disamping kirinya. Dalam hal ini jikalau posisi duduk siswa yakni lingkaran, maka nantinya akan terjadi gerakan perputaran kertas searah jarum jam. Jika posisi duduk mereka berderet sesuai dengan posisi mereka asalkan semua siswa sanggup giliran untuk membaca semua pertanyaan dari teman-temannya, 4) Pada di saat mendapatkan kertas dari kawan dekat disampingnya, siswa diminta untuk membaca pertanyaan yang ada. Jika pertanyaan itu juga ingin beliau ketahui jawabannya, maka beliau mesti memberi tanda centang, jikalau tak ingin dimengerti atau tidak menarik, berikan eksklusif terhadap kawan dekat disamping kiri. Dan begitu seterusnya hingga semua soal kembali terhadap pemiliknya, 5) Ketika kertas pertanyaan tadi kembali terhadap pemiliknya, siswa diminta untuk menjumlah tanda centang yang ada pada kertasnya. Pada di sekarang ini carilah pertanyaan yang memperoleh tanda centang paling banyak, 6) Beri respon terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan;a) respon eksklusif secara singkat, b) menangguhkan respon hingga pada waktu yang sempurna atau waktu membahas topik tersebut. Jawaban secara pribadi sanggup diberikan di luar kelas. 7) Jika waktu cukup, minta beberapa orang siswa untuk membacakan pertanyaan yang ia tulis walaupun tidak memperoleh tanda centang yang banyak kemudian beri jawaban. 8) Kumpulkan semua kertas. Besar kemungkinnan ada pertanyaanpertanyaan yang hendak dijawab pada konferensi berikutnya.
j. Diskusi kelas
Diskusi berarti suatu suasana dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pertimbangan secara lisan, saling membuatkan ide dan pendapat.(Trianto:2010,hlm.123)
Adapun langkah-langkahnya adalah: 1) Menyampaikan tujuan dan mengendalikan setting, dengan cara guru menyodorkan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi. 2) Guru mengarahkan konsentrasi diskusi dengan menguraikan aturan-aturan dasar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan awal, menyuguhkan suasana yang tidak sanggup secepatnya dijelaskan, atau menyodorkan warta diskusi. 3) Guru memonitor antar aksi, mengajukan pertanyaan, menyimak ide siswa, menyikapi gagasan, melakukan aturan dasar, bikin catatan diskusi, dan menyodorkan ide sendiri. 4) Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan makna diskusi yang sudah diselenggarakan terhadap siswa. Guru melakukan tanya jawab singkat mengenai proses diskusi itu dan memerintahkan para siswa untuk menyidik proses diskusi.
k. Ceramah plus
Menurut Ahmadi (2011,hlm.79) metode ceramah plus yakni metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya. Dalam hal ini antara lain: a) metode ceramah plus tanya jawab dan kiprah (CPTT), b) metode ceramah plus diskusi dan kiprah (CPDT), dan c) metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL). Adapun tahapannya metode adonan ini idealnya dilakukan secara tertib, yaitu: 1) Penyampaian materi oleh guru. 2) Pemberian peluang mengajukan pertanyaan jawab antara guru dan siswa, mengadakan diskusi, kesibukan memperagakan dan latihan. 3) Pemberian kiprah terhadap siswa.
l. Gallery walk (pameran berjalan)
Tujuan dari penerapan metode ini yakni untuk membangun kolaborasi kalangan (cooperative learning) dan saling memberi apresiasi dan koreksi dalam belajar.(Ismail:2011,hlm.89)
Adapun tindakan penerapannya, selaku berikut: 1) Peserta dibagi dalam beberapa kalangan 2) Masing-masing kalangan diberi kertas 3) Tentukan topik/tema pelajaran 4) Hasil kerja kalangan ditempel di dinding 5) Masing-masing kalangan berputar memperhatikan hasil kerja kalangan lain 6) Salah satu wakil kalangan menerangkan setiap apa yang ditanyakan oleh kalangan lain 7) Koreksi tolong-menolong 8) Klarifikasi dan penyimpulan.
BAB IV
KESIMPULAN
Pendidikan ialah suatu industri jasa, di dalamnya terdapat proses pelayanan jasa terhadap pelanggan. Dalam hal ini, yang dimaksud konsumen yakni penerima didik yang mendapatkan pelayanan jasa eksklusif berupa layanan belajar.
Layanan berguru ialah inti dari industri jasa ini, menurut Suhardan (2014, hlm.103) Kegiatan memproses masukan menjadi keluaran dengan mempergunakan kepraktisan yang tersedia ialah inti dari industry jasa, dalam pendidikan kesibukan tersebut disebut pembelajaran. Proses pembelajaran ialah salah satu komponen sistem pendidikan yang sanggup menentukan mutu berguru penerima didik. Oleh alasannya itu untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik, dikehendaki proses pembelajaran yang bermutu pula agar mutu berguru penerima didik sesuai yang diharapkan.
Proses pembelajaran yang bermutu mesti sesuai tolok ukur sebagaimana dalam UU sisdiknas No.20 2003 pada Pasal 19, ayat 1: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi penerima didik untuk ikut serta aktif, serta menampilkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan pertumbuhan fisik serta psikologis penerima didik”
Pembelajaran yang bermutu tersebut dapat tercapai apabila pendidik tersebut profesional, dalam UU No 19 tahun 2005 Pasal 40, ayat 2 dinyatakan bahwa: “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: 1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; 2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidik yang profesional mesti bisa bikin layanan berguru yang berkualitas. Pendidik yang profesional senantiasa berusaha bikin suasana kelas yang menyenangkan, sehingga siswa terpacu untuk berguru dan mereka tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang kita ciptakan.
Oleh alasannya itu untuk bikin pembelajaran yang kreatif, dan menggembirakan dikehendaki keahlian mengajar. Keterampilan guru dalam mengajar akan berefek pada kesuksesan pencapaian mutu berguru siswa. Suhardan (2014,hlm 70) tingkat mutu kesanggupan guru dalam membelajarkan penerima didik inilah yang membuat tingginya mutu pembelajaran, sehingga berefek terhadap tingginya mutu forum pendidikan di sekolah.
Turney dalam Mulyasa (2013, hlm.69) mengungkapkan delapan keahlian mengajar yang sungguh berperan dan menentukan mutu pembelajaran yakni keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kalangan kecil, mengorganisir kelas, serta mengajar kalangan kecil dan perorangan.
Proses pembelajaran dibilang bermutu apabila bisa bikin suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menggembirakan (PAIKEM) dengan menggunakan metode pembelajaran dan media pengajaran yang sesuai dan diikuti penataan lingkungan sedemikian rupa. Ada beberapa metode, taktik dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan PAIKEM diantaranya : Everyone is a teacher here (setiap orang yakni guru), Active debate (debat aktif), Card sort (sortir kartu), Critical incident (pengalaman penting), Index Card Match (pencocokan kartu indeks), Cooperative script, Modelling, Student teams achievement division (STAD), Question student have (pertanyaan dari siswa), Diskusi kelas, Ceramah plus dan Gallery walk (pameran berjalan).
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur (2011). 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jogjakarta: DIVA Press.
Ismail SM, (2008). Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSAIL Media Group.
Jauhar, Mohammad. (2011). Implementasi PAIKEM dari behavioristic hingga konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakarya
Kulsum, Umi (2011). Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM. Surabaya: Gena Pratama Pustaka.
Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, (2011). PAIKEM GEMBROT. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Mulyasa, E (2013). Menjadi Guru Profesional, mendiptakan pembelajaran inovatif dan menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, karakteristik dan Implementasi,. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Rohiat, (2008). Manajemen Sekolah; Teori Dasar dan Praktik. Bandung:Refika Aditama.
Raisul Muttaqien, (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia.
Trianto, (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana.
Suhardan, Dadang. (2014). Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta.
Tjiptono Fany & Anastasia Diana (2003). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Umar, Husein. (2013). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pres.
Widoyoko, Eko Putro. (2003). Evaluasi Program Pembelajaran.
Evaluasi Program Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. https://www.researchgate.net/publication/316281230_Evaluasi_Program_Pembelajaran_dalam_Meningkatkan_Mutu_Pendidikan [diakses 27 Oktober 2017].
0 Komentar untuk "Cara Mengembangkan Kualitas Pendidikan"