Manajemen Kualitas Pendidikan

MANAGEMEN MUTU PENDIDIKAN 
sumber: www.google.co.id

Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan tata kelola mutu terpadu dalam dunia pendidikan yakni institusi pendidikan memposisikan dirinya selaku institusi jasa atau menjadi industri jasa. Senada dengan Umar (2013 hlm.607) bahwa pendidikan yakni pelayanan jasa. Yakni institusi yang menampilkan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh konsumen (customer). Jasa atau pelayanan yang dikehendaki oleh konsumen tentunya ialah sesuatu yang bermutu dan menampilkan kepuasan terhadap pelanggan. Maka dari itu, untuk memposisikan institusi pendidikan selaku industri jasa, mesti menyanggupi mutu.
Keberhasilan suatu jasa pelayanan dalam meraih maksudnya sungguh tergantung pada konsumennya, dalam arti perusahaan menampilkan layanan yang bermutu terhadap para pelanggannya akan berhasil dalam meraih tujuannya. Sekarang ini mutu pelayanan sudah menjadi perhatian utama dalam mengungguli persaingan. Mutu pelayanan sanggup dijadikan selaku salah satu taktik forum untuk bikin kepuasan konsumen. Suatu pendidikan bermutu tergantung pada tujuan dan yang mau dilakukan dalam pendidikan. Definisi pendidikan bermutu mesti mengakui bahwa pendidikan apapun tergolong dalam suatu sistem. Mutu dalam beberapa serpihan dari metode mungkin baik, namun mutu kurang baik yang ada di serpihan lain dari sistem, yang menyebabkan berkurangnya mutu pendidikan secara keseluruhan dari pendidikan.
Definisi mutu layanan berpusat pada upaya pemenuhan keperluan dan kesempatan konsumen serta ketepatan penyampainya untuk mengimbangi kesempatan pelanggan. Kualitas jasa yakni tingkat keistimewaan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keistimewaan tersebut untuk menyanggupi kesempatan konsumen (Tjiptono dan Diana: 2003). 
Kotler (2003,hlm. 428), spesialis penjualan mengemukakan pengertian jasa yakni “a service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied to a physical product”. Maksudnya jasa yakni setiap tindakan yang dipersiapkan oleh satu pihak pada pihak yang yang lain yang secara prisip tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepindahan kepemilikan. 

Dalam tata kelola mutu terpadu desain mengenai mutu dan konsumen diperluas. Mutu tidak cuma bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, namun mutu tersebut diputuskan oleh pelanggan. Kualitas jasa yakni tingkat keistimewaan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keistimewaan tersebut untuk menyanggupi kesempatan konsumen (Tjiptono dan Diana, 2003).
Hal ini senada dengan (Karsidi, 2000) dalam kerangka tata kelola pengembangan mutu terpadu, jerih payah pendidikan tidak lain yakni ialah jerih payah “jasa” yang menampilkan pelayanan terhadap pelangggannya, yakni mereka yang mencar ilmu dalam forum pendidikan tersebut. Maka dari itu konsumen yang mesti dipuaskan di forum pendidikan yakni peserta didik lewat pelayanan dalam pembelajaran. Djemari (dalam Widoyoko, 2003) menyampaikan bahwa jerih payah mutu pendidikan sanggup ditempuh lewat kenaikan mutu pembelajaran yang mau menciptakan mutu mencar ilmu yang bagus dan bikin puas peserta didik selaku konsumen primer.
Dalam rangka merealisasikan mutu pembelajaran yang berkualitas, pemerintah pun mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan (SNP) selaku pembagian terencana mengenai lebih lanjut dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya menampung mengenai persyaratan proses. Dalam Bab I Ketentuan Umum SNP, yang dimaksud dengan persyaratan proses yakni persyaratan nasional pendidikan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk meraih persyaratan kompetensi lulusan. Bab IV Pasal 19 Ayat 1 SNP lebih terang menandakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk ikut serta aktif, serta menampilkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kesanggupan sesuai bakat, minat dan kemajuan fisik dan psikologis peserta didik. Uraian ini menampilkan bahwa mutu pembelajaran dianggap bermutu bila berhasil merubah sikap, sikap dan keahlian peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan selaku metode berikutnya bergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berjalan hingga membuahkan hasil.
Berdasarkan definisi di atas maka sanggup diambil kesimpulan bahwa pendidikan selaku produk jasa ialah sesuatu yang tidak berwujud akan namun sanggup menyanggupi keperluan konsumen yang diproses dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik dimana proses yang terjadi ialah interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa yang memiliki sifat tidak memunculkan peralihan hak atau kepemilikan.
Oleh lantaran itu, kesuksesan mutu pembelajaran sungguh tergantung pada seluruh indikator sekolah yakni guru, kepala sekolah, staff TU dan yang terutama yakni guru lantaran guru ialah pemberi layanan pembelajaran dan seluruh indikator mesti saling mendukung dalam suatu system acara pembelajaran yang bermutu baik itu yang menyangkut instrumental input  ataupun environmental. Dalam pembelajaran yang bermutu terlibat banyak sekali input pembelajaran seperti; siswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik), materi ajar, metodologi (bervariasi sesuai kesanggupan guru dan kesiapan siswa), fasilitas sekolah, sokongan tata kelola dan fasilitas prasarana dan sumber daya yang lain serta penciptaan situasi yang kondusif.
Pembelajaran yang bermutu yakni pembelajaran yang efektif yang pada pada dasarnya yakni menyangkut kesanggupan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan sungguh menyeleksi mutu hasil pembelajaran yang mau diperoleh siswa.

           
A.           Pembelajaran bermutu
Seperti yang sudah kita ketahui, pendidikan ialah suatu industri jasa pada forum non profit, di dalamnya terdapat proses pelayanan jasa terhadap pelanggan. Dalam hal ini, yang dimaksud konsumen yakni peserta didik yang menemukan pelayanan jasa eksklusif berupa layanan belajar.
Layanan mencar ilmu ialah inti dari industri jasa ini, menurut Suhardan (2014, hlm.103) Kegiatan memproses masukan menjadi keluaran dengan mempergunakan kepraktisan yang tersedia ialah inti dari industry jasa, dalam pendidikan acara tersebut disebut pembelajaran. Proses pembelajaran ialah salah satu komponen sistem  pendidikan yang sanggup menyeleksi mutu mencar ilmu peserta didik. Oleh lantaran itu untuk menerima mutu pendidikan yang baik, diperlukan proses pembelajaran yang bermutu pula biar mutu mencar ilmu peserta didik sesuai yang diharapkan. Suhardan (2014,hlm. 106) apabila mutu yakni keinginnan dan kesempatan yang memberi kepuasan pelanggan, maka mutu mencar ilmu ialah apa yang dikehendaki dan harapkan oleh peserta didik selaku klien (pelanggan) pada waktu mencar ilmu hingga menerima apa yang mereka butuhkan.
Dalam hal ini ia mesti membuat peserta didik memiliki kecakapan untuk mencar ilmu dan menerima wawasan mengenai cara mencar ilmu yang efektif (learning how to learn). Untuk itu guru mesti bisa bikin iklim mencar ilmu yang menyenangkan (joyful learning) sehingga peserta didik tidak merasa stress atau terpaksa di saat menghadapi pembelajaran di dalam kelas. (Mulyasa, 2002: hlm.109)
Pembelajaran yang bermutu akan tercapai apabila pendidik tersebut profesional. Pendidik yang profesional mesti bisa bikin layanan mencar ilmu yang berkualitas. Mewujudkan proses acara pendidikan dan pengajaran, maka unsur yang paling penting antara lain yakni bagaimana guru sanggup merangsang dan mengarahkan siswa dalam belajar, yang pada gilirannya sanggup mendorong siswa dalam pencapaian hasil mencar ilmu secara optimal.
Pendidik yang profesional mesti bisa bikin situasi kelas yang menyenangkan, sehingga siswa terpacu untuk mencar ilmu dan mereka tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang kita ciptakan, misalnya bikin permainan yang masih berhubungan dengan materi yang kita ajarkan. Pendidik yang profesional mesti terus memotivasi anak didiknya, biar mereka semangat dalam belajar, sehingga sanggup mengembangkan mutu mencar ilmu mereka.
Proses pembelajaran ialah ujung tombak dari proses pendidikan, yang mana suatu acara dilakukan oleh guru, berhubungan dengan materi ajar, berjalan dan dibungkus secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi serta merangsang peserta didik untuk berpikir, aktif, kreatif, dengan menggunakan banyak sekali pendekatan rahman dan rahim (kasih sayang serta sarat cinta).
Oleh lantaran itu untuk bikin pembelajaran yang kreatif, dan menggembirakan diperlukan keahlian mengajar. Keterampilan guru dalam mengajar akan memiliki dampak pada kesuksesan pencapaian mutu mencar ilmu siswa. Suhardan (2014,hlm 70) tingkat mutu kesanggupan guru dalam membelajarkan peserta didik inilah yang menyebabkan tingginya mutu pembelajaran, sehingga memiliki dampak terhadap tingginya mutu forum pendidikan di sekolah.
Jadi sanggup ditarik kesimpulan bahwa mutu pelayanan pendidikan yakni adanya jaminan proses atau layanan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berupa layanan mencar ilmu atau pembelajaran yang sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan yakni pembelajaran yang efektif, interaktif dan menggembirakan sehingga bisa menyanggupi kesempatan konsumen bahkan melapampai dari cuma sekedar pencapaian tujuan pendidikan.

B. Keterampilan Mengajar Pendidik
 Sebelum membahas lebih lanjut mengenai proses pembelajaran yang bermutu diatas, perlu kiranya dibahas mengenai keahlian pendidik dalam mendukung terciptanya pembelajaran bermutu. Turney dalam (Mulyasa:2013,hlm.69) mengungkapkan delapan keahlian mengajar yang sungguh berperan dan menyeleksi mutu pembelajaran yakni keahlian bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kalangan kecil, mengurus kelas, serta mengajar kalangan kecil dan perorangan. Berikut akan dipaparkan delapan keahlian mengajar pendidik:
Ø  Menggunakan Keterampilan Bertanya
Keterampilan mengajukan pertanyaan perlu dikuasai guru untuk bikin pembelajaran efektif dan menyenangkan. Keterampilan mengajukan pertanyaan meliputi keterampilan mengajukan pertanyaan dasar dan bertanya lanjutan:


a.       Keterampilan mengajukan pertanyaan dasar
1. Pertanyaan yang terang dan singkat
Pertanyaan yang disusun disini yakni pertanyaan yang terang dan singkat serta mesti memperhitungkan kesanggupan berpikir dan pembendaharaan kata yang dikuasai peserta didik.
No
Pertanyaan
1
Anak-anakku, diantara kalian di kelas ini sekarang, siapa yang tadi paginya sarapan dahulu?
2
Anak-anakku, siapa yang tadi pagi tidak sarapan?

Pertanyaan pertama bisa menyusahkan peserta didik lantaran condong berbelit-belit dan ada kata atau kalimat yang diulang sedangkan pertanyaan kedua lebih sederhana, terang namun dengan maksud yang sama.
2. Memberi acuan
Sebelum mengajukan pertanyaan, mungkin guru perlu menampilkan pola berupa pertanyaan atau penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan balasan yang diharapkan. Misalnya: “Binatang ada yang hidup di darat, di air dan di udara. Coba berikan beberapa contoh binatang yang hidup di udara?”
3. Memusatkan perhatian
Pertanyaan sanggup digunakan untuk memusatkan perhatian peserta didik disamping dengan cara mengetuk meja, papan tulis dan tepuk tangan. Misalnya: “Binatang apakah yang hidup di udara, tetapi kalau siang bergelantungan di pohon?”
4. Memberi giliran dan membuatkan pertanyaan
Untuk melibatkan peserta didik semaksimal mungkin dalam pembelajaran, guru perlu memberi giliran atau membuatkan pertanyaan terhadap peserta didik. Fungsi lain dalam menampilkan giliran pertanyaan yakni sanggup menumbuhkan keberanian peserta didik dan bikin iklim pembelajaran yang menyenangkan.
5. Pemberian peluang berfikir
Setelah guru mengajukan pertanyaan terhadap seluruh peserta didik, perlu diberikan peluang berfikir bagi peserta didik dalam beberapa di saat sebelum menunjuk seseorang untuk menjawabnya, juga biar peserta didik lain lebih memperhatikan lantaran bila mereka sudah tahu siapa yang mesti menjawab pertanyaan, peserta didik yang lain bisa jadi tidak memperhatikan.
6. Pemberian tuntunan
Jika dalam menjawab pertanyaan peserta didik tidak sanggup menampilkan balasan yang tepat, dalam hal ini hendaknya guru menampilkan tuntunan menuju suatu balasan yang tepat.
b.      Keterampilan mengajukan pertanyaan lanjutan
Keterampilan mengajukan pertanyaan lanjutan ialah kelanjutan dari keahlian mengajukan pertanyaan dasar. Keterampilan mengajukan pertanyaan lanjutan yang perlu dikuasai guru meliputi:
1. Pengubahan permintaan tingkat kognitif
Pertanyaan yang diajukan sanggup memanggil proses mental yang berbeda-beda, bergantung pada guru dalam mengajukan pertanyaan, dan kesanggupan peserta didik. Ada pertanyaan yang menuntut proses mental tingkat rendah, ada juga yang menuntut proses mental tingkat tinggi. Setiap pertanyaan  perlu diubahsuaikan dengan taraf kesanggupan berfikir peserta didik dari mulai cuma sekedar mengingat, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Contoh:
Guru memerintahkan dua orang peserta didik berdiri di depan kelas sambil menghunus pensil. Peserta didik yang pertama menghunus lima buah pensil, anak didik yang kedua berjumlah tujuh buah pendil.
Pertanyaan guru:
Berapakah pensil yang dipegang Ani?
Berapa pensil yang dipegang oleh Yeni?
Siapakah yang memegang pensil lebih banyak?
Berapakah bedanya (selisihnya)?
Pertanyaan pertama dan kedua ialah faktor pengenalan lantaran cuma menyaksikan fakta dan menghitung. Pertanyaan ketiga dan keempat secara sederhana mengungkapkan faktor analisis sintesis dan evaluasi.
2. Pengaturan urutan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara beruntun.
3. Pertanyaan pelacak
Pertanyaan pelacak diberikan bila balasan yang diberikan peserta didik masih kurang tepat. Sedikitnya ada tujuh teknik pertanyaan pelacak yakni: 1) klarifikasi, 2) meminta peserta didik menampilkan alasan, meminta janji pandangan, meminta ketepatan jawaban, meminta balasan yang lebih relevan, meminta contoh, dan meminta balasan yang lebih kompleks.
4. Mendorong terjadinya interaksi
Untuk mendorong terjadinya interaksi, minimal perlu memperhatikan dua hal berikut:
a. Pertanyaan hendaknya dijawab oleh seorangn peserta didik, namun seluruh peserta didik diberi peluang singkat untuk mendiskusikan jawabannya bareng temannya.
b. Guru hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada peserta didik yang bertanya, janganlah dijawab langsung, namun dilontarkan kembali terhadap seluruh peserta didik untuk didiskusikan. Dengan cara ini, para peserta didik sanggup mempelajari cara menampilkan komentar yang masuk akal terhadap pertanyaan temannya.
Ø  Memberikan penguatan
Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu sikap yang sanggup mengembangkan kemungkinan terulangnya kembali sikap tersebut. Penguatan sanggup dilakukan secara verbal, dan non verbal dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menyingkir dari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat kebanggaan menyerupai bagus, sempurna sekali, ibu puas dengan hasil kerja kalian dan lain sebagainya. Sedangkan secara non verbal sanggup dilakukan dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan acara yang menyenangkan.
Adapun tujuan penguatan (reinforcement) ini adalah:
o  Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
o  Merangsang dan mengembangkan motivasi belajar
o  Meningkatkan acara mencar ilmu dan membina sikap yang produktif.
Ø  Mengadakan Variasi
Mengadakan kombinasi ialah keahlian yang dilakukan guru dalam pembelajaran, untuk menangani kejenuhan peserta didik, biar senantiasa antusias, tekun, dan sarat partisipasi. Variasi dalam pembelajaran yakni pergeseran dalam proses acara yang berniat untuk mengembangkan motivasi mencar ilmu peserta didik, untuk meminimalisir kejenuhan dan kebosanan.
Variasi dalam pembelajaran memiliki tujuan selaku berikut:
o  Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi persyaratan yang relevan
o  Memberikan peluang bagi kemajuan talenta peserta didik terhadap banyak sekali hal gres dalam pembelajaran
o  Memupuk sikap positif peserta didik terhadap pembelajaran
o  Memberi peluang terhadap peserta didik untuk mencar ilmu sesuai dengan tingkat kemajuan dan kemampuannya.
Variasi dalam acara pembelajaran sanggup dikelompokkan menjadi empat bagian, yakni kombinasi dalam gaya mengajar, kombinasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, kombinasi dalam pola interaksi, dan kombinasi dalam kegiatan.
1. Variasi dalam gaya mengajar sanggup dilakukan dengan banyak sekali cara selaku berikut:
a.       Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil.
b.      Memusatkan perhatian
c.       Membuat kesenyapan sejenak (diam sejenak)
d.      Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik
e.       Variasi posisi; misalnya dari depan kelas, berkeliling di tengah kelas, dan ke belakang kelasm namun jangan mengusik situasi pembelajaran
2. Variasi dalam penggunaan media dan sumber mencar ilmu sanggup dilakukan selaku berikut:
a.       Variasi alat dan materi yang dapt dilihat
b.      Variasi alat dan materi yang dapt didengar
c.       Variasi alat dan materi yang sanggup diraba dan dimanipulasi
d.      Variasi penggunaan sumber mencar ilmu yang ada di lingkungan sekitar
3. Variasi dalam pola interaksi sanggup dilakukan selaku berikut:
a.       Variasi dalam pengelompokkan peserta didik: klasika, kalangan besar, kalangan kecill, dan perorangan
b.      Variasi wilayah acara pembelajaran: di kelas dan di luar kelas
c.       Variasi dalam pola pengaturan guru: seorang guru, dan tim
d.      Variasi dalam pengaturan hubungan guru dan peserta didik: eksklusif (tatap muka), dan lewat media
e.       Variasi dalam struktur insiden pembelajaran: terbuka dan tertutup
f.       Variasi dalam pengorganisasian pesan: dedukatif dan induktif
g.      Variasi dalam pengelolaan pesan: expositorik dan heuristik atau hipotetik
4. Variasi dalam acara pembelajaran sanggup dilakukan selaku berikut:
a.       Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran
b.      Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar
c.       Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi
d.      Variasi dalam interaksi dan acara peserta didik

Ø  Menjelaskan
Menjelaskan yakni mendeskripsikan secara verbal mengenai sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan ialah suatu faktor penilaian yang mesti dimiliki guru, mengenang sebagian besar pembelajaran, menuntut guru untuk menampilkan penjelasan. Oleh lantaran itu, keahlian menjelaskna perlu ditingkatkan biar sanggup meraih hal yang optimal.
Terdapat beberapa prinsip yang mesti diamati dalam menampilkan suatu penjelasan yakni:
a.       Penjelasan sanggup diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di final pembelajaran
b.      Penjelasan mesti menark perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi persyaratan dan kompetensi dasar
c.       Penjelasan sanggup diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menerangkan materi persyaratan yan sudah dijadwalkan untuk memberntuk kompetensi dasar dan meraih tujuan pembelajaran.
d.      Materi yang diterangkan mesti sesuai dengan kompetensi dasar dan bermakna bagi peserta didik
e.       Penjelasan yang diberikan mesti sesuai dengan latar belakang dan tingkat kesanggupan peserta didik
Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang mesti diperhatikan. Komponen-komponen tersebut sanggup diterangkan selaku berikut.
1. Perencanaan
Guru perlu bikin suatu penyusunan rencana yang bagus untuk menampilkan penjelasan. Sedikitnya ada dua hal yang perlu diamati dalam penyusunan rencana penjelasan, yakni isi pesan yang mau disampaikan dan peserta didik.
Yang berafiliasi dengan isi pesan (materi standar):
o   Tentukan garis besar materi yang mau dijelaskan
o   Susunlah garis besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang gampang dimengerti peserta didik
o   Siapkan alat peraga untuk menampilkan contoh (ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar materi yang mau dijelsakan
Yang berafiliasi dengan peserta didik:
Memberikan suatu penjelasan mesti diperhitungkan siapa yang mau menemukan penjelasan tersebut, bagaimana kemampuannya, dan wawasan dasar  apa yang sudah dimilikinya. Ketika mempersiapkan penjelasan mesti terbayang kondisi akseptor pesan, lantaran penjelasan berhubungan erat dengan usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, dan lingkungan belajar.
2. Penyajian
Agar penjelasan yang diberikan sanggup dimengerti sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dalam penyajiannya perlu diamati hal-hal selaku berikut:
o   Bahasa yang diucapkan mesti terang dan nikmat didengar, tidak terlampau keras dan tidak terlampau pelan, namun sanggup didengar oleh seluruh peserta didik
o   Gunakanlah intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan
o   Gunakanlah bahasa indonesia yang bagus dan benar, serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu, menyerupai “eu”, “mm”, “ya ya ya”, “ya toh” (hal ini perlu dilatih dan dibiasakan)
o   Bila ada istilah- perumpamaan khusus atau baru, berilah definisi yang  tepat
Perhatikanlah, apakah semua peserta didik sanggup meneriam penjelasan, dan apakah penjelasan yang diberikan sanggup dimengerti serta menggembirakan dan sanggup menghidupkan motivsi mencar ilmu meraka.
Pada waktu menampilkan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak-gerak dan mimik peserta didik, apakah penjelasaan yang diberikan sanggup dimengerti atau meragukan, menggembirakan atau membosankan, dan apakah menawan perhatian atau tidak. Unuk kepentingan tersebut, perhatikanlah mereka selama menampilkan penjelasan, ejekan pertanyaan-pertanyaan dan berikan peluang untuk mengajukan pertanyaan.
Berdasarkan balikan tersebut, guru perlu menyesuaikan penghidangan pembelajaran. Misalnya meminimalisir kecepatan bicara, memperbesar contoh atau ilustrasi, mengadakan pengulangan terhadap hal-hal yang penting, dan mengadakan kombinasi dengan teknik-teknik yang lain untuk mengembangkan keefektifan pembelajaran.

Ø  Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran ialah dua acara berkala yang dilakukan guru di kelas. Agar acara ini mempunyai arti bagi pencapaian tujuan pembelajaran maka mesti dilakukan secara professional.
Membuka pelajaran ialah suatu acara yang dilakukan guru untuk bikin kesiapan mental dan menawan perhatian peserta didik secara optimal. Untuk itu guru sanggup melakukan upaya-upaya selaku berikut:
a.       Menghubungkan materi yang sudah dipelajari dengan materi yang mau disajikan
b.      Menyampaikan tujuan yang mau diraih dan garis besar materi yang mau dipelajari (dalam hal tertentu, tujuan bisa dirumuskan bareng peserta didik)
c.       Menyampaikan tindakan acara pembelajaran dan tugas-tugas yang mesti dituntaskan untuk meraih tujuan yang sudah dirumuskan
d.      Mendayagunakan media dan sumber mencar ilmu yang sesuai dengan materi yang disajikan
e.       Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengenali pengertian peserta didik terhadap pelajaran yang sudah kemudian maupun untuk mempertahankan kesanggupan permulaan berhubungan dengan materi yang mau dipelajari.
Menutup pelajaran merupaka suatu acara yang dilakukan guru untuk mengenali pencapaian tujuan dan pengertian peserta didik terhadap materi yang sudah dipelajari, serta menuntaskan acara pembelajaran.  Untuk itu guru sanggup melakukan upaya-upaya selaku berikut :
o   Menarik kesimpulan mengenai materi yang sudah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik atas ajakan guru, atau oleh peserta didik bareng guru)
o   Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan kefektifan pembelajaran yang sudah dilaksanakan
o   Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang mesti dipelajari, dan tugas-tugas yang mesti dijalankan (baik kiprah individual maupun kiprah kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang sudah dipelajari
o   Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan
Agar acara membuka dan menutup pelajaran sanggup dilakukan secara efektif dan berhasil guna  perlu diamati komponen-komponen yang terkait di dalamnya. Komponen-komponen yang berhubungan dengan membuka pelajaran meliputi: menawan perhatian peserta didik, menghidupkan motivasi, memberi acuan, dan bikin kaitan.
Ø  Membimbing diskusi kalangan kecil
Diskusi kalangan yakni suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap wajah untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Diskusi kalangan kecil memiliki karakteristik selaku berikut:
a.       Melibatkan sekitar tiga hingga lima orang peserta dalam setiap kelompok
b.      Berlangsung secara informal, sehingga setiap anggota sanggup berkomunikasi eksklusif dengan anggota lain
c.       Memiliki tujuan yang diraih dengan kolaborasi antar anggota kelompok
d.      Berlangsung secara sistemastis
Ada beberapa faedah dari diskusi kalangan kecil bagi peserta didik yakni:
a.    Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan suatu masalah
b.    Meningkatkan pengertian terhadap duduk kendala yang penting dalam pembelajaran
c.    Meningkatkan keterlibatan dalam penyusunan rencana dan pengambilan keputusan
d.   Mengembangkan kesanggupan berfikir dan berkomunikasi
e.    Membina koordinasi yang sehat dalam kalangan yang kohesif dan bertanggungjawab

Ø Mengelola kelas
Pengelolaan kelas ialah keahlian guru untuk bikin iklim pembelajaran yang aman dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Beberapa prinsip yang mesti diamati dalam pengelolaan kelas yakni : 1) kehangatan dan keantusiasan 2) tantangan 3) bermacam-macam 4) luwes 5) pemfokusan pada hal-hal positif, dan 6) penanaman disiplin diri.
Keterampilan mengurus kelas memiliki komponen selaku berikut :
1. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal
o   Menunjukan sikap tanggap dengan cara : menatap dengan seksama, mendekati, menampilkan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas
o   Membagi perhatian secara visual dan verbal
o   Memusatkan perhatian kalangan dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran
o   Memberi isyarat yang terang
o   Memberi teguran secara bijaksana
o   Memberi penguatan di saat diperlukan
2. Keterampilan yang berafiliasi dengan pengendalian kondisi mencar ilmu yang optimal
o   Modifikasi sikap
o   Pengelolaan kalangan dengan cara: 1) kenaikan koordinasi dan keterlibatan, 2) menangani pertentangan dan memperkecil duduk kendala yang timbul
o   Menemukan dan menangani sikap yang memunculkan duduk kendala
a.         Pengabaian yang direncanakan
b.        Campur tangan dengan isyarat
c.         Mengawasi secara ketat
d.        Mengakui perasaan negative peserta didik
e.         Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya
f.         Menjauhkan benda-benda yang sanggup mengusik fokus
g.        Menyusun kembali jadwal belajar
h.        Menghilangkan ketegangan dengan humor
i.          Mengekang secara fisik
Ø  Mengajar kalangan kecil dan perorangan
Pengajaran kalangan kecil dan individual ialah suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru menampilkan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan dengan menjalin hubungan yang lebih bersahabat antara guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik. Keterampilan mengajar kalangan kecil dan individual sanggup dilakukan dengan:
a.       Mengembangkan keahlian dalam pengorganisasian dengan menampilkan motivasi dan bikin kombinasi dalam pemberian tugas
b.      Membimbing dan mempermudah mencar ilmu yang meliputi penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran.
c.       Perencanaan penggunaan ruangan
d.      Pemberian kiprah yang jelas, menantang, dan menarik.
























Related : Manajemen Kualitas Pendidikan

0 Komentar untuk "Manajemen Kualitas Pendidikan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)