Makna Pendidikan Karakter



   Penerapan Pembelajaran Bermakna dalam Pendidikan Karakter


1. Pengertian Pendidikan karakter
Karakter adalah balasan mutlak untuk bikin kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai sikap insan yang berafiliasi dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan menurut norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya  dan adat istiadat (Liyuwanadefi, 2013).
Pendidikan abjad merupakan sebuah metode penanaman nilai-nilai abjad terhadap warga sekolah yang termasuk unsur pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan langkah-langkah untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan insan kamil. Dalam pendidikan abjad di sekolah, semua unsur (stakeholders) mesti dilibatkan, tergolong komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yakni isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, mutu hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau aktivitas ko-kurikuler, pemberdayaan, sarana, prasarana, dan, pembiayaan, dan, ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah (Liyuwanadefi, 2013).
Menurut Doni Koesoema (Liyuwanadefi, 2013) pendidikan abjad yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk bawah umur muda menjadi pribadi yang pandai dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi pergantian dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan pergantian dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.
Menurut Thomas Lickona pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan yang disengaja untuk menolong seseorang sehingga ia sanggup memahami, memperhatikan, dan melaksanakan nilai-nilai etika yang inti. Karakter berhubungan dengan rancangan moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan sikap moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga unsur ini sanggup dinyatakan bahwa abjad yang bagus disokong oleh pengetahuan tentang kebaikan, kesempatan untuk berbuat baik, dan melaksanakan perbuatan kebaikan.
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan selaku segala perjuangan yang sanggup dijalankan untuk mensugesti abjad peserta didik.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
a.       Mewujudkan amanat UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang pendidikan nasional yakni fungsinya membuatkan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berencana untuk berkembangnya potensi peserta didik mudah-mudahan menjadi insan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
b.      Mengembangkan platforma pendidikan nasional yang menaruh makna dan nilai abjad selaku poros utama penyelenggaraan pendidikan, dengan memperhatikan keadaan keberagaman satuan pendidikan di seluruh kawasan Indonesia
c.       Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika pergantian di masa depan dengan keahlian masa 21
d.      Mengembalikan pendidikan abjad melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik)
e.       Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, komite sekolah, pengawas, dan dinas) untuk mendukung ekspansi implementasi pendidikan karakter
f.       Membangun jejaring pelibatan publik selaku sumber-sumber berguru di dalam dan di luar sekolah
g.      Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) sesuai dengan UU Sisdiknas, Nawacita, Trisakti, dan RPJMN 2015-2019.
3.      Pengembangan Nilai-Nilai Karakter
Pemerintah Indonesia sudah merumusan kebijakan dalam rangka pembangunan abjad bangsa. Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 ditegaskan bahwa abjad merupakan hasil keterpaduan empat bab yang merupakan flosofi pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara yakni :
1)        Olah hati terkait dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan,
2)        Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif,
3)        Olah raga terkait dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas gres dibarengi sportivitas, serta
4)        Olah rasa dan karsa berafiliasi dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan (Pemerintah RI, 2010: 21).
Flosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara tersebut dikembangkan dalam 18 nilai-nilai abjad bangsa menurut Pendidikan Nasional diantarnya :
1)        Religius ; Sikap dan sikap yang patuh dalam melaksanakan anutan agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2)        Jujur; Perilaku yang didasarkan pada upaya menyebabkan dirinya selaku orang yang senantiasa sanggup mengemban amanah dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3)        Toleransi; Sikap dan langkah-langkah yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan langkah-langkah orang lain yang berlawanan dari dirinya.
4)        Disiplin; Tindakan yang menampilkan sikap tertib dan patuh pada banyak sekali ketentuan dan peraturan.
5)        Kerja Keras; Tindakan yang menampilkan sikap tertib dan patuh pada banyak sekali ketentuan dan peraturan.
6)        Kreatif; Berpikir dan melaksanakan sesuatu untuk menciptakan cara atau hasil gres dari sesuatu yang sudah dimiliki.
7)        Mandiri; Sikap dan sikap yang tidak gampang tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8)        Demokratis; Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menganggap sama hak dan keharusan dirinya dan orang lain.
9)        Rasa Ingin Tahu; Sikap dan langkah-langkah yang senantiasa berusaha untuk mengenali lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10)    Semangat Kebangsaan; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11)    Cinta Tanah Air; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12)    Menghargai Prestasi; Sikap dan langkah-langkah yang mendorong dirinya untuk menciptakan sesuatu yang berkhasiat bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati kesuksesan orang lain.
13)    Bersahabat/Komunikatif; Sikap dan langkah-langkah yang mendorong dirinya untuk menciptakan sesuatu yang berkhasiat bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati kesuksesan orang lain.
14)    Cinta Damai; Sikap dan langkah-langkah yang mendorong dirinya untuk menciptakan sesuatu yang berkhasiat bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati kesuksesan orang lain.
15)    Gemar Membaca; Kebiasaan menyempatkan waktu untuk membaca banyak sekali bacaan yang menyediakan kebajikan bagi dirinya.
16)    Peduli Lingkungan; Sikap dan langkah-langkah yang senantiasa berusaha menangkal kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan membuatkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17)    Peduli Sosial; Sikap dan langkah-langkah yang senantiasa ingin memberi santunan pada orang lain dan penduduk yang membutuhkan.
18)    Tanggung Jawab; Sikap dan sikap seseorang untuk melaksanakan kiprah dan kewajibannya, yang semestinya beliau lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari 18 nilai-nilai abjad bangsa dikristalisasi menjadi nilai-nilai utama yang sesuai dengan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM),  kearifan lokal  dan kreativitas sekolah yakni religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas.

a.      Religius
Nilai abjad religius merefleksikan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam sikap melaksanakan anutan agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama,menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan hening dengan pemeluk agama lain.Nilai abjad religius ini termasuk tiga dimensi korelasi sekaligus, yakni korelasi individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai abjad religius ini ditunjukkan dalam sikap menyayangi dan mempertahankan keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kolaborasi antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, menyayangi lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
b.      Nasionalis
Nilai abjad nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menampilkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, mempertahankan kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, danberprestasi, cinta tanah air, mempertahankan lingkungan,taat hukum, disiplin,menghormati keanekaragaman budaya, suku,dan agama.
c.        Mandiri
Nilai abjad sanggup berdiri diatas kaki sendiri merupakan sikap dan sikap tidak bergantung pada orang lain dan memanfaatkan segala tenaga, pikiran,waktu untuk mewujudkan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai sanggup berdiri diatas kaki sendiri antara lain etos kerja (kerja keras), handal tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
d.       Gotong Royong
Nilai abjad tolong-menolong merefleksikan langkah-langkah menghargai semangat kolaborasi dan pundak membahu menyelesaikan masalah bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai tolong-menolong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, kesepakatan atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

e.        Integritas
Nilai abjad integritas merupakan nilai yang mendasari sikap yang didasarkan pada upaya menyebabkan dirinya selaku orang yang senantiasa sanggup mengemban amanah dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki kesepakatan dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas termasuk sikap tanggung jawab selaku warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, lewat konsistensi langkah-langkah dan perkataan yang menurut kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia,komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama abjad bukanlah nilai yang berdiri danberkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang meningkat secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan abjad dimulai, individu dan sekolah pertlu membuatkan nilai-nilai utama yang lain baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religius selaku cerminan dari dogma dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antar insan selaku kelompok, masyarakat,maupun bangsa. Dalam kehidupan selaku penduduk dan bangsa nilai – nilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula kalau nilai utama nasionalis dipakai selaku titik permulaan penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini mesti dikembangkan menurut nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang berkembang bareng nilai-nilai lainnya.
4.       Pembelajaran berarti yang berkarakter
Dari uraian berguru berarti dan pengertian pendidikan abjad tersebut diatas, maka sanggup ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran berarti yang berkarakter merupakan proses interaksi antar peserta didik, dengan pendidik dan sumber belajar yang menciptakan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai-nilai sikap yang diperoleh melalui penerimaan atau penemuan dan mengaitkan isu atau materi baru tersebut dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik, sehingga pengenalan nilai-nilai, fasilitasi yang diperolehnya dari kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laris peserta didik sehari-hari lewat proses pembelajaran, baik yang berjalan di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.
Pada dasarnya aktivitas pembelajaran, selain untuk menyebabkan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menyebabkan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan membuatnya perilaku.
Belajar berarti yang berkarakter sanggup terjadi kalau peserta didik bisa mengkaitkan materi pelajaran gres dengan struktur kognitif yang sudah ada dan mengintegrasikannya dalam prilaku pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan sehari-hari. Struktur kognitif tersebut sanggup berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun generalisasi yang sudah diperoleh atau bahkan diketahui sebelumnya oleh peserta didik. Bruner menatap insan selaku pemproses, pemikir, dan pencipta informasi.
Ausubel beropini bahwa guru mesti sanggup membuatkan potensi kognitif peserta didik lewat proses berguru yang bermakna. Sama menyerupai Bruner dan Gagne, Ausubel berasumsi bahwa aktivitas berguru peserta didik, utamanya mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan berharga kalau mereka banyak dilibatkan dalam aktivitas langsung. Namun untuk peserta didik pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka aktivitas pribadi akan menguras banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi. Inti dari teori berguru berarti Ausubel yang berkarakter merupakan proses berguru akan menghadirkan hasil atau berarti kalau guru dalam menghidangkan materi pelajaran yang gres sanggup menghubungkannya dengan rancangan yang berkaitan yang sudah ada dalam struktur kognisi peserta didik dan merefleksikan nilai-nilai abjad bangsa .
Penerapan pembelajaran berarti dalam kaitannya dengan tipe belajar, Ausubel mengemukakan empat tipe berguru yang sanggup diintegrasikan dengan pendidikan karakter.
1)   Belajar dengan penemuan yang bermakna dengan pendidikan karakter. Cara berguru tersebut sanggup diintegrasikan dengan pendidikan karakter, pada penerapan pembelajarannya peserta didik mendapat informasi yang dipelajari, diputuskan secara bebas oleh peserta didik. Peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang gres dengan struktur kognitif yang dimiliki dengan nilai-nilai abjad yang sesuai, selaku pola pada proses pembelajaran peserta didik diminta memperoleh pergantian wujud benda. Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki, menyerupai pola wujud-wujud benda, peserta didik sanggup memperoleh sendiri pergantian wujud benda tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka salah satu tujuan pembelajaran yang sanggup dijalankan adalah  “Dengan membaca teks tentang pergantian wujud benda, peserta didik sanggup memperoleh contoh– pola pergantian wujud benda yang terdapat pada bacaan dengan cermat dan teliti (Mandiri)”.
2)   Belajar dengan penemuan tidak bermakna dengan pendidikan karakter, pada penerapan pembelajarannya peserta didik memperoleh informasi yang dipelajari, diputuskan secara bebas oleh peserta didik, kemudian ia menghafalnya dengan nilai-nilai abjad yang sesuai, selaku pola pada proses pembelajaran peserta didik memperoleh sifat-sifat persegi panjang tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang berhubungan dengan segiempat dengan sifat-sifatnya, yakni dengan penggaris dan jangka. Dengan alat-alat ini diketemukan sifat-sifat persegi panjang (sisi berhadapan sama panjang , besar sudut sama ) dan kemudian dihafalkan. Berdasarkan hal tersebut maka salah satu tujuan pembelajaran yang sanggup dijalankan merupakan “Dengan melakukan percobaan secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri peserta didik sanggup bikin laporan penelitian sederhana secara sistematis dan komunikatif (Mandiri)”.
3)   Belajar mendapatkan yang bermakna dengan pendidikan karakter, pada penerapan pembelajarannya peserta didik mendapat informasi yang sudah tersusun secara logis di sajikan terhadap peserta didik dalam bentuk final/akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang gres itu dengan struktur kognitif yang dimiliki dengan nilai-nilai abjad yang sesuai, selaku pola pada proses pembelajaran peserta didik akan mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pendidik merencanakan bahan-bahan yang mau diberikan yang susunannya dikontrol sedemikian rupa sehingga materi persamaan  kuadrat tersebut dengan gampang tertanam kedalam rancangan persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena pengertian persamaan lebih inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut sanggup dipelajari peserta didik secara bermakna. Berdasarkan hal tersebut maka salah satu tujuan pembelajaran yang sanggup dijalankan merupakan “Dengan melakukan latihan soal peserta didik sanggup menyeleksi beberapa cara  menentukan persamaan akar-akar kuadrat secara cermat, kritis, rasa hormat dan  disiplin (Mandiri, integritas) ”.
4)   Belajar mendapatkan yang tidak bermakna dengan pendidikan karakter, pada penerapan pembelajarannya peserta didik memperoleh informasi yang dihidangkan dalam bentuk final. Bahan yang dihidangkan tadi diterima tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.. Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya dengan mengintegrasikan nilai-nilai abjad yang sesuai, selaku pola pada proses pembelajaran peserta didik mendapatkan daftar nama-nama suku yang ada di Indonesia. Dengan daftar nama-nama suku tersebut peserta didik pribadi menghafalnya. Berdasarkan hal tersebut maka salah satu tujuan pembelajaran yang sanggup dijalankan merupakan “ Dengan membaca perserta didik sanggup menyebutkan daftar nama-nama suku yang ada di Indonesia secara cermat, tanggung jawab, sarat rasa syukur dan komunikatif (Religius, Mandiri)”.

Related : Makna Pendidikan Karakter

0 Komentar untuk "Makna Pendidikan Karakter"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)