Penelitian Tindakan Kelas
- Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Arikunto dalam Hamid (2012) menerangkan bahwa PTK ialah paparan adonan definisi dari tiga kata ”penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yakni kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan hukum metodologi tertentu untuk menerima data atau keterangan yang berfaedah bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka kenaikan mutu diberbagai bidang. Tindakan yakni suatu gerak kegiatan yang sengaja dilaksanakan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berupa rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas yakni sekelompok siswa yang dalam waktu yang serupa dan wilayah yang serupa menerima pelajaran yang serupa dari seorang guru yang sama.
Menurut Sanjaya (2011, hlm. 26) PTK sanggup diartikan selaku proses pengkajian kendala pembelajaran di dalam kelas lewat refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan kendala tersebut dengan cara menjalankan banyak sekali langkah-langkah yang bersiklus dalam suasana nyata serta menganalisis setiap imbas dari perlakuan tersebut. Sedangkan menurut Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2008, hlm. 12) menerangkan bahwa observasi langkah-langkah kelas yakni suatu bentuk inkuiri reflektif yang dilaksanakan secara kemitraan perihal suasana sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari;
- Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka,
- Pemahaman mereka perihal kegiatan-kegiatan praktek pendidikan dan,
- Situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.
Berdasarkan uraian di atas sanggup ditarik kesimpulan PTK yakni observasi kendala pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan secara bersiklus untuk memecahkan permasalahan yang sedang terjadi dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
- Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Prinsip Dasar PTK menurut Kusumah dan Dwitagama (2012, hlm. 11) adalah:
- Berkelanjutan. PTK ialah upaya yang berkesinambungan secara siklustis.
- Integral. PTK ialah kepingan integral dari konteks yang diteliti.
- Ilmiah. Diagnosis kendala berdasar pada peristiwa nyata.
- Motivasi dari dalam. Motivasi untuk memperbaiki mutu mesti berkembang dari dalam.
- Lingkup. Masalah tidak dibatasi pada kendala pembelajaran di dalam dan luar ruang kelas.
- Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Kusumah dan Dwitagama (2012, hlm. 16) menyimpulkan manfaat PTK yang dilaksanakan di sekolah yakni selaku berikut:
- Menumbuhkan kebiasaaan menulis. Karena sudah biasa menulis guru bisa menerima potensi untuk naik golongan bagi PNS, sebab sertifikasi guru mensyaratkan PTK.
- Berpikir analitis dan ilmiah. Karena sudah biasa mencari pokomasalah dan menjajal mencari jalan keluar, maka seorang guru akan sudah biasa untuk berpikir analistis dan ilmiah. Oleh sebab itu, PTK sanggup mengarahkan guru untuk senantiasa berpikir ilmiah dalam memecahkan masalahnya.
- Menambah khasanah ilmu pendidikan. Dengan banyaknya goresan pena dari para guru yang menjalankan PTK, maka akan banyak potensi bagi para guru untuk membaca dan membuatkan wawasannya. Hal ini sanggup memperbesar khasanah gres dalam dunia pendidikan.
- Menumbuhkan semangat guru lain. PTK sanggup mendorong guru lain untuk menjajal menjalankan PTK di kelas yang diajarnya dan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pembelajaran kelas.
- Mengembangkan pembelajaran. Dengan PTK, guru sanggup membuatkan kemampuan atau pendekatan gres pembelajaran dan sanggup memecahkan kendala dengan penerapan pribadi di ruang kelas.
- Meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan. PTK pada pada dasarnya memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Semakin sering dan banyak guru yang menulis PTK maka kian setuju mutu sekolah tersebut.
- Tujuan dan Alasan Penelitian Tindakan Kelas
PTK ialah salah satu cara yang digunakan dalam upaya meningkatkan kinerja guru serta memperbaiki layanan kependidikan yang diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas. Hal itu dilaksanakan mengingat tujuan observasi langkah-langkah kelas yakni untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan (Aqib, 2006, hlm. 18). Menurut Grundy dan Kemmis dalam Sanjaya (2011, hlm. 30-31) menerangkan bahwa tujuan observasi langkah-langkah kelas mencakup tiga hal, yaitu
- Peningkatan Praktik
Masalah yang dinikmati oleh seorang guru saat menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas; tujuan yang ingin diraih PTK yakni untuk meningkatkan mutu praktik di lapangan, maka dalam PTK guru terlibat secara pribadi dalam pelaksaan PTK mulai dari mendesain hingga pelaksaannya.
- Pengembangan Professional
Salah satu sifat dari seorang professional yakni kesempatan untuk meningkatkan mutu kinerja biar lebih baik untuk meraih hasil yang lebih optimal. PTK yakni salah satu fasilitas yang sanggup membuatkan sikap professional guru. Melalui PTK guru akan senantiasa berupaya meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran
- Peningkatan Situasi Tempat Praktik Berlangsung
Dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, memungkinkan setiap orang sanggup dengan gampang menerima informasi. Informasi-informasi yang didapat oleh seorang guru perihal pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi biasa digunakan oleh guru dalam pelaksanaan PTK untuk meningkatkan suasana wilayah proses PTK tersebut berlangsung.
PTK berniat untuk memperbaiki kinerja guru sehingga mutu pembelajaran menjadi lebih meningkat. PTK perlu dilaksanakan oleh para guru untuk memperbaiki kinerjanya dan meningkatkan hasil berguru siswanya. Menurut Wardani, dkk (dalam Mahmudah, 2013) guru perlu menjalankan PTK sebab alasan-alasan selaku berikut: 1) Guru mempunyai otonomi untuk menganggap sendiri kinerjanya, 2). Temuan banyak sekali observasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh para peneliti sering susah dipraktekkan untuk memperbaiki pembelajaran, 3) Guru yakni orang yang paling bersahabat dan paling mengenali kelasnya, 4)Interaksi guru-siswa berjalan secara baik, 5) keterlibatan guru dalam banyak sekali kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk bisa menjalankan PTK di kelasnya.
- Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kusumah dan Dwitagama (2012, hlm. 17) Keunggulan PTK yang dilaksanakan di sekolah diantaranya yaitu:
- Praktis dan pribadi berkaitan untuk suasana yang aktual.
- Kerangka kerjanya teratur.
- Berdasarkan pengamatan nyata dan objektif.
- Fleksibel dan adaptif.
- Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.
- Dapat digunakan untuk membuatkan kurikulum tingkat kelas.
- Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme guru.
- Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Untuk menjalankan PTK menurut Kusumah dan Dwitagama (2012, hlm. 25), diperlukan tahapan sebagi berikut:
- Perencanaan (planning)
Perencanaan yang masak perlu dilaksanakan setelah kita mengenali kendala dalam pembelajaran kita. Yang dimaksud yakni membuatkan planning langkah-langkah yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang sudah terjadi. Rencana PTK hendaknya disusun untuk menyingkir dari halangan yang hendak terjadi dalam kegiatan PTK.
- Tindakan (acting)
Perencanaan mesti diwujudkan dengan adanya langkah-langkah (acting) dari guru berupa penyelesaian langkah-langkah sebelumnya. Tindakan yang dimaksud disini menurut Kusnandar (2012, hlm. 71) yakni langkah-langkah yang dilaksanakan secara sadar dan terkendali yang ialah kombinasi praktik yang cermat dan bijaksana.
- Pengamatan (observing)
Selanjutnya diadakan pengamatan (observing) yang teliti kepada proses pelaksanaannya. Menurut Kusnandar (2012, hlm. 71) pengamatan berfungsi untuk mendokumentasikan imbas langkah-langkah terkait. Observasi dalam PTK yakni kegiatatan pengumpulan data yang berupa proses pergantian kinerja proses berguru mengajar (PBM).
- Refleksi (Reflecting)
Setelah diamati, barulah guru sanggup menjalankan refleksi (reflecting) dan sanggup menyimpulkan apa yang sudah terjadi dalam kelasnya. Refleksi yakni mengingat atau merenungkan suatu langkah-langkah persis yang sudah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha, mengetahui proses, masalah, persoalan, dan halangan nyata dalam langkah-langkah strategis.
- Faktor Penyebab Guru belum menjalankan PTK
Adapun aspek penyebab guru belum menjalankan PTK di dalam proses pembelajaran di sekolah, Menurut Kusumah dan Dwitagama (2012, hlm. 2-6) aspek tersebut yakni :
- Guru Kurang Memahami Profesinya
- Guru Malas Membaca.
- Guru Malas Menulis.
- Guru Kurang Sensitif Terhadap Waktu.
- Guru Terjebak ke dalam Rutinitas Kerja.
- Guru kurang inovatif dan inovatif.
- Guru Malas Meneliti.
- Guru Kurang Memahami PTK.
- Konsep Mutu Pembelajaran
Menurut Juran dalam Makawimbang (2011, hlm. 42), mutu selaku “tempat untuk pakai” dan memastikan bahwa dasar misi mutu suatu sekolah yakni “mengembangkan kesibukan dan layanan yang menyanggupi keperluan pengguna seumpama siswa dan masyarakat”. Sedangkan menurut ISO 2000 dalam Suhana (2014, hlm. 77), mutu yakni totalitas karakteristik suatu produk (barang dan jasa) yang menunjang kemampuannya untuk bikin puas keperluan yang dispesifikan atau ditetapkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas menerangkan bahwa mutu merupakan suatu potensi untuk menempatkan pada posisi kompetitif. Mutu pada dasarnya ialah pembiasaan faedah atau kegunaan. Artinya cita-cita sesuai dengan kepuasan pengguna.
Menurut Anggun (2015, hlm. 17) mutu pembelajaran diputuskan oleh tiga variabel, yakni budaya sekolah, proses berguru mengajar, dan realitas sekolah. Budaya sekolah ialah nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan banyak sekali sikap yang sudah usang terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Budaya ini diyakini mensugesti sikap seluruh unsur sekolah, yakni guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang bau tanah siswa. Budaya yang aman bagi kenaikan mutu akan mendorong sikap warga kearah kenaikan mutu sekolah, sebaliknya budaya yang tidak aman akan menghalangi upaya menuju kenaikan mutu sekolah.
Berkaitan dengan komponen-komponen yang membentuk metode pendidikan, lebih rinci Sukmadinata dan Syaodih (2012, hlm. 3) mengemukakan bahwa unsur input diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
- Raw input, yakni siswa yang mencakup intelek, fisik-kesehatan, sosial-afektif dan peer group.
- Instrumental input, mencakup kebijakan pendidikan, kesibukan pendidikan (kurikulum), personil (Kepala sekolah, guru, staf TU), sarana, fasilitas, media, dan biaya.
- Environmental input, mencakup lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat, dan forum sosial, unit kerja.
Komponen proses menurut Sukmadinata dan Syaodih (2012, hlm. 6) mencakup pengajaran, pelatihan, pembimbingan, evaluasi, ekstrakulikuler, dan pengelolaan. Selanjutnya output mencakup pengetahuan, kepribadian dan performansi. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut di atas, dikenali bahwa proses pembelajaran ialah salah satu unsur metode pendidikan yang dapat menyeleksi kesuksesan pembelajaran dan mutu pendidikan. Oleh sebab itu untuk menerima mutu pendidikan yang bagus dan benar, dikehendaki proses pembelajaran yang bermutu pula.
Dalam rangka merealisasikan mutu pembelajaran yang berkualitas, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 wacana Standar Nasional Pendidikan (SNP) selaku penjabaran lebih lanjut dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya menampung wacana persyaratan proses. Dalam Bab I Ketentuan Umum SNP, yang dimaksud dengan persyaratan proses yakni persyaratan nasional pendidikan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk meraih persyaratan kompetensi lulusan. Bab IV Pasal 19 Ayat 1 SNP lebih terang pertanda bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi penerima didik untuk ikut serta aktif, serta menampilkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kesanggupan sesuai bakat, minat dan pertumbuhan fisik dan psikologis penerima didik.
Uraian tersebut di atas menampilkan bahwa mutu pembelajaran dianggap bermutu apabila sukses merubah sikap, sikap dan kemampuan penerima didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan selaku metode bergantung pada mutu unsur yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berjalan hingga membuahkan hasil.
Mutu pembelajaran yakni hal pokok dan urgen yang mesti dibenahi dalam rangka kenaikan mutu pendidikan.
Dalam hal ini guru menjadi titik fokusnya. Berkenaan dengan hal ini Suhardan (2014, hlm. 67) mengemukakan pembelajaran pada dasarnya ialah kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi antara pendidik dan penerima didik. Proses seumpama ini ialah suatu langkah-langkah professional yang bertumpu pada kaidah-kaidah ilmiah. Aktivitas ini ialah suatu kegiatan guru dalam mengaktifkan proses berguru penerima didik dengan menggunakan banyak sekali metode belajar.
Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Mulyono (2009, hlm. 29) menyebutkan bahwa rancangan mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu: 1. Kesesuaian, 2. Pembelajaran, 3. Efektivitas, 4. Efisiensi, 5. Produktivitas. Pembelajaran yang bermutu akan bermuara pada kesanggupan guru dalam proses pembelajaran. Secara sederhana kesanggupan yang mesti dimiliki oleh guru yakni kesanggupan mempersiapkan pembelajaran, proses pembelajaran, serta penilaian pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa mutu pembelajaran yakni Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sungguh menyeleksi mutu pembelajaran yang diperoleh siswa.
0 Komentar untuk "Penelitian Langkah-Langkah Kelas (Ptk)"