Astaghfirullah, Tendang Ibu Sebelum Pergi Haji, Kaki Jamaah Ini Bernanah & Anyir Bau Di Tanah Suci

Sungguh suatu kegembiraan dan kebahagian tak terkita tatkala seorang hamba yang mujur menerima usul panggilan Allah untuk menyempurnakan rukun islam yang ke lima ke tanah suci. Demikian pula yang terjadi pada Abdullah, ia pun tak berlainan dengan hamba – hambaNya yang lain, yang serupa – sama berminat mendatangi Baitullah, hal ini sudah di idamkannya sejak lama, hingga tibalah tahun ini, dimana namanya tercatat selaku kandidat jamaah haji.

Sungguh suatu kegembiraan dan kebahagian tak terkita tatkala seorang hamba yang mujur  Astaghfirullah, Tendang Ibu Sebelum Pergi Haji, Kaki Jamaah Ini Bernanah & Bau Busuk di Tanah Suci


Singkat cerita, segenap rangkaian antisipasi pun di laksanakan, ia bergerilya menghimpun data – data perjalanan haji, buku manasik haji, dan menjalin kedekatan dengan para asatidz. Hal tersebut di lakoninya bukan lain supaya sanggup lebih gampang menerima tutorial dan nasehat seputar rangkaian ibadah haji yang mesti di laksanakan secara benar dan runtut. Abdullah merasa bahwa dirinya sudah siap lahir batin.

Dan tatkala hari itu sudah kian dekat, ia pun memperbanyak doa dan dzikir supaya perjalanan ibadah hajinya tanpa hambatan tanpa mengalami suatu tintangan ataupun hal – hal yang tidak dia harapkan serta menerima julukan dari Allah berupa haji yang mabrur.

Namun hakikatnya, insan cuma sanggup berminat dan berdoa, sementara untuk segala halnya, cuma Tuhan lah yang berhak menentukan, demikian pula dengan Abdullah. Suatu hari, tatkala Abdullah tengah menjalani salah satu ritual haji di Makkah, suatu cobaan tiba menimpanya. Seraut duri merintangi perjalanannya hingga menyebabkan kakinya terluka. Abdullah meradang tatkala mendapati lukanya tak sembuh – sembuh, bahkan di rasakannya kian melebar, amis dan bernanah pula.

“Ya Allah, mengapa ini mesti terjadi? Mengapa tiba – tiba kaki ini terluka dan lukanya kian membesar, bernanah dan bau? Apa salah hamba, Ya Allah?” rintihnya, air matanya menitik – nitik, segenap penyesalan dan bayangan akan masa lalunya bergejolak menerka hatinya. Hasrat ingin beribadah sebagaimana jamaah lain kian membuncah di relung dada. Dan yang menjadikannya makin galau – gulana, merupakan luka yang bersarang di kakinya sudah menebarkan amis busuk seantero ruangan hingga tak ada satupun jamaah ilahi berada di dalamnya. Hal itu pun pasti menjadikannya acapkali menikmati penderitaannya secara sendirian di dalam kamar.

“Astaghfirullah, amis apa ini? Mengapa ruangan ini jadi busuk???” ucap seorang jamaah pelan.

“Iya, saya juga tidak tahan dengan amis ini, lebih baik kita keluar saja,”sahut jamaah lain.

Demikian, satu – persatu jamaah yang menghuni satu kamar dengan Abdullah lebih menegaskan untuk beribadah sunnah di luar ruangan atau di bersahabat masjid – masjid. Abdullah mencicipi buncahan iri yang mengganggu ketenangan dadanya, ia pun berminat menyerupai jamaah lain yang sanggup beribadah dengan khusyu’ disana. Kondisi demikian menjadikannya menjadi menyalahkan dirinya sendiri, ia sekarang lebih banyak bermunajat dan berdoa terhadap Yang Maha Kuasa supaya sudi melimpahkannya rahmat berupa kesembuhan hingga sanggup memburu ketertinggalan dan melakukan segenap ritual haji dengan tenang.

Suatu waktu, ustadz Abdul Razak yang merupakan salah satu asatidz berniat berkunjung ke ruangan dimana Abdullah bertempat. Selain untuk bersilaturahim, kedatangan ia gotong royong juga untuk menegaskan keadaan Abdullah, lantaran tak pernah ia lihat Abdullah bareng rombongan jamaah lain.

Tatkala Ustadz Razak memasuki ruangan, sangat ia mencicipi satu hal yang gila dimana tiada satupun jamaah yang berada di ruangan itu kecuali Abdullah itu sendiri. Di samping itu, ia juga mencicipi amis busuk yang begitu menyengat menusuk indra penciumannya. Lantas ia dekati Abdullah, dan memberinya salam, “Mohon maaf saya gres tiba ke ruangan ini, itupun lantaran saya tidak pernah pun menyaksikan engkau bareng jamaah lain, ada apa sebenarnya?”

Abdullah pun menangis seraya memamerkan kakinya yang membusuk terhadap asatidz itu, “Ooo rupanya amis itu berasal dari kakimu, bagaimana sanggup demikian???”

“Saya tidak memahami ustadz”

Ustadz Razak lantas mengelus bahunya, sembari berkata, “Bersabarlah... ini merupakan bab dari cobaan untukmu”

Abdullah menengadahkan kepalanya ke arah sang ustadz dan bertanya, “Lalu apa yang mesti saya kerjakan ustadz,?” Abdullah memamerkan tampang mengiba, di iringi butir – butir air mata yang jatuh dari kelopak matanya.

“Cobalah kau ingat kembali, apa kau pernah melaksanakan suatu kesalahan sebelum berangkat haji?”

Abdullah sekuat tenanga memutar memori masa lalunya, ia secepatnya mengingat – ngingat kesalahan apa yang pernah di perbuatnya hingga menyebabkan keadaan kakinya menyerupai ini. Walhasil, kemudian ia mendapatkan titik cerah. Lantas ia tatap dalam – dalam sang ustadz dengan segenap impian yang meranumi jiwanya.

“Saya ingat ustadz, saya pernah menendang ibu saya lantaran sedang emosi”

Spontan Ustadz Razak beristighfar, “Astaghfirullahal’adziim... itu dosa besar, bertaubatlah pada Allah, minta maaflah terhadap ibumu”

Abdullah lantas bertanya, “Benar ustadz, saya sadar itu kesalahan besar, Lalu apa yang mesti saya lakukan?”

“Minta maaflah pada ibumu dengan berjanji tak mengulangi hal itu kembali, Bertaubatlah dengan sebenar – benarnya taubat, sesali kesalahan yang sudah kau perbuat, perbanyaklah istighfar dengan hati yang higienis dan yakinlah Ialah yang maha pengampun dan akseptor taubat akan menyembuhkan lukamu. Insya Allah”

Abdullah pun menyanggupi segala pesan yang tersirat ustadz Razak, ia kemudian mengontak ibunya lewat handphone, ia menangis lantaran sering membentak ibunya bahkan menendangnya di saat akan berangkat haji, dengan air  mata berderai – derai, senarai rasa sesal mengiringi sesak tangisnya.

Dan ibunya pun memaafkaannya, lambat laun rentetan luka di kakinya raib dan tak lagi menebarkan amis busuk. Selanjutnya Abdullah pun sanggup melakukan rangkaian ibadah hajinya dengan khusyu’ dan lancar.

***


 وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚإِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

"Dan Tuhanmu sudah mendelegasikan supaya kau jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kau berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya hingga berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau menyampaikan terhadap keduanya perkataan "ah" dan janganlah kau membentak mereka dan ucapkanlah terhadap mereka perkataan yang mulia." (QS. Al Isra' : 23)
Sumber https://www.kabarmakkah.com

Related : Astaghfirullah, Tendang Ibu Sebelum Pergi Haji, Kaki Jamaah Ini Bernanah & Anyir Bau Di Tanah Suci

0 Komentar untuk "Astaghfirullah, Tendang Ibu Sebelum Pergi Haji, Kaki Jamaah Ini Bernanah & Anyir Bau Di Tanah Suci"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)