HIPOTESIS TERJADINYA BUMI
Bumi ni sudah terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun lalu, namun bagaimana bergotong-royong Tata Surya dan Bumi ini terbentuk. Ada bermacam-macam hipotesa perihal terjadinya bumi dan tata surya. Berikut ini 5 hipotesa tersebut:
1. Hipotesa Kabut Hipotesa ini dinamakan juga solar nebula dan menjadi hipotesa paling renta dan terkenal. Hipotesis untuk dikemukakan oleh Imanuel Kant (1724-1804) seorang filsuf asal Jerman. Menurutnya dahulu di jagat raya ini ada gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu lama-lama menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi matahari dan pecahan kabut sekitarnya menjadi padat (planet dan satelitnya).
2. Hipotesa Planetesimal Seorang jago geologi dan ilmuwan Amerika berjulukan Thomas C. Chamberlain (1843-1928) melaksanakan penelitian yaitu The Origin of the Earth pada 1916. Menurut teori ini, matahari telah ada sebagai salah satu bintang di alam semesta. Pada suatu masa, ada sebuah bintang yang mendekat dan berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh. Akibatnya terjadi kejadian pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang. Sebagian dari massa matahari itu tertarik ke arah bintang. Pada ketika bintang menjauh sebagian massa matahari jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi bertebaran di angkasa sekitar matahari. Materi yang bertebaran ini lah yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet dan beredar di orbitnya. Hipotesa Terjadinya Bumi dan Tata Surya Nebula di alam semesta src: pixabay
3. Hipotesa Pasang Surut Bintang Pada 1917 sarjana Inggris, James Jeans (1877-1946) dan Herald Jeffries mengeluarkan hipotesa tidal James-Jeffries. Menurut hipotesa ini pada suatu ketika sebuah bintang yang hampir sama besarnya dengan matahari melintas erat matahari. Hal ini menimbulkan gaya pasang pada matahari. Pasang ini berbentuk menyerupai cerutu yang sangat besar. Bentuk cerutu yang sangat besar ini kemudian bergerak mengelilingi matahari dan mengalami perpecahan menjadi sejumlah butiran tetesan kecil. Butir-butir tetesan yang terbesar diantaranya lantaran daya tariknya sanggup menarik butir-butir yang kecil sehingga balasannya membentuk gumpalan sebesar planet yang ada sekarang.
4. Hipotesa Ledakan Bintang Seorang astronom Inggris Fred Hoyle (1956) beropini kemungkinan matahari mempunyai teman sebuah bintang lain yang pada mulanya berevolusi satu sama lain. Ada juga diantaranya yan memadat dan mungkin terjebak ke dalam orbit matahari. Banyak bintang yang meledak mennjadi supernova ditemukan oleh NASA.
5. Hipotesa Kuiper Astronom Gerard P. Kuiper (1905-1973) mengemukakan bahwa alam semesta tersusun atas deretan bintang-bintang. Menurut dia, dua sentra awan yang memadat berkembang dalam suatu awan antarbintang dari gas hidrogen. Pusat yang satu lebih besar daripada sentra yang lainnya dan kemudian memadart menjadi bintang tunggal yaitu matahari. Kejadian berikutnya kabut menyelimuti sentra yang lebih kecil yang disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik dari massa yang lebih besar. Gaya ini menimbulkan awan yang lebih kecil terpecah pecah menjadi awan lebih kecil lagi dan disbeut protoplanet. Setelah periode waktu yang usang protoplanet itu menjadi planet yan ada kini ini. Jika kedua awan itu punya ukuran yang sama maka akan membentuk bintang ganda. Formasi bintang ganda sering terjadi di alam semesta. Saat matahari memadat matahari akan menjadi begitu panas sehingga sebagian besar energi matahari dipancarkan. Energi itu cukup berpengaruh untuk mendorong gas-gas yang lebih terperinci menyerupai hdrogen dan helium dari awan ayng menyelubungi protoplanet yang paling erat matahari.
SKALA WAKTU GEOLOGI
Waktu geologi ialah skala waktu yang mencakup seluruh sejarah geologi bumi dari mulai terbantuknya sampai ketika ini. Sebelum perkembangan dari skala waktu geologi pada kala ke-19, para jago sejarah mengetahui bahwa bumi mempunyai sejarah yang panjang, namun skala waktu yang dipakai kini dikembangkan semenjak 200 tahun terakhir dan terus-menerus diperbaiki. Skala waktu geologi membantu para ilmuwan memahami sejarah bumi dalam bagian-bagian waktu yang teratur. Sebelum adanya pentarikhan radiometri, yang mengukur kandungan unsur radioaktif dalam suatu objek untuk memilih umurnya, para ilmuwan memperkirakan umur bumi berkisar dari 4,000 tahun sampai ratusan juta tahun. Saat ini, diketahui bahwa umur bumi ialah sekitar 4.6 milyar tahun. Skala waktu geologi ketika ini dibentuk menurut pada pentarikhan radiometri dan rekaman kehidupan purba yang terawetkan di dalam lapisan batuan. Sebagian besar batas pada skala waktu geologi kini berafiliasi dengan periode kepunahan dan kemunculan spesies baru. PEMBAGIAN WAKTU Skala waktu geologi yang ditetapkan oleh International Union of Geological Sciences (IUGS) pada tahun 2004 membagi sejarah bumi ke dalam beberapa interval waktu yang berbeda-beda panjangnya dan terukur dalam satuan tahun kalender. Interval terpanjang ialah Kurun. Setiap Kurun terbagi menjadi beberapa Masa. Setiap Masa terdiri dari beberapa Zaman, dan Zaman terbagi menjadi beberapa Kala. Ada tiga Kurun: Arkaikum, Proterozoikum dan Fanerozoikum. Kurun Arkaikum ialah kurun pertama, dimulai sekitar 3.8 milyar sampai 2.5 milyar tahun yang lalu. Kurun sebelum Arkaikum, dikenal sebagai Pra-Arkaikum, ditandai oleh pembentukan planet bumi. Kurun Proterozoikum dimulai sekitar 2.5 milyar tahun yang kemudian sampai 542 juta tahun yang lalu. Kurun Arkaikum dan Proterozoikum juga disebut Pra-Kambrium. Kemunculan besar-besaran dari binatang invertebrata menandai final dari Proterozoikum dan dimulainya Kurun Fanerozoikum. Kurun Fanerozoikum dimulai sekitar 542 juta tahun yang kemudian dan berlanjut sampai sekarang. Terbagi menjadi tiga Masa: Paleozoikum (542 – 251 juta tahun yang lalu), Mesozoikum (251 – 65 juta tahun yang lalu) dan Kenozoikum (65 juta tahun yang kemudian sampai sekarang). Masa Paleozoikum terbagi menjadi enam Zaman. Dari yang tertua sampai termuda ialah Kambrium (542 – 488 juta tahun yang lalu), Ordovisium (488 – 444 juta tahun yang lalu), Silurium (444 – 416 juta tahun yang lalu), Devonium (416 – 359 juta tahun yang lalu), Karbon (359 – 299 juta tahun yang lalu), dan Permium (299 – 251 juta tahun yang lalu). Masa Paleozoikum diawali dengan kemunculan banyak bentuk kehidupan yang berbeda-beda, yang terawetkan sebagai kumpulan fosil dalam sikuen batuan di seluruh dunia. Masa ini berakhir dengan kepunahan massal lebih dari 90 persen organisme pada final Zaman Permium. Penyebab kepunahan pada final Permium ini belum diketahui niscaya sampai ketika ini. Masa Mesozoikum terbagi menjadi Zaman Trias (251 – 200 juta tahun yang lalu), Zaman Jura (200 – 145 juta tahun yang lalu), dan Zaman Kapur (145 – 65 juta tahun yang lalu). Masa Mesozoikum dimulai dengan kemunculan banyak jenis binatang baru, termasuk dinosaurus dan ammonite, atau cumi-cumi purba. Masa Mesozoikum berakhir dengan kepunahan massal yang memusnahkan sekitar 80 persen organisme ketika itu. Kepunahan ini kemungkinan disebabkan oleh ukiran asteroid ke bumi yang kini kawah bekas ukiran ditemukan di sebelah utara Semenanjung Yucatan, Meksiko. Masa Kenozoikum terbagi menjadi dua Zaman, Paleogen (65 – 23 juta tahun yang lalu) dan Neogen (mulai dari 23 juta tahun yang kemudian sampai sekarang). Zaman Paleogen terdiri dari tiga Kala: Kala Paleosen (65 – 56 juta tahun yang lalu), Kala Eosen (56 – 34 juta tahun yang lalu) dan Oligosen (34 – 23 juta tahun yang lalu). Zaman Neogen terbagi menjadi empat Kala: Kala Miosen (23 – 5.3 juta tahun yang lalu), Pliosen (5.3 – 1.8 juta tahun yang lalu), Pleistosen (1.8 juta – 11,500 tahun yang lalu) dan Holosen (dimulai dari 11,500 tahun yang kemudian sampai sekarang). Kala Holosen ditandai oleh penyusutan yang cepat dari benua es di Eropa dan Amerika Utara, kenaikan yang cepat dari muka air laut, perubahan iklim, dan perluasan kehidupan insan ke segala penjuru dunia. METODE PENTARIKHAN Ahli geologi sanggup memilih umur lapisan batuan dalam bentuk umur sewenang-wenang atau umur relatif. Dalam penentuan umur relatif lapisan batuan, ilmuwan memakai tiga prinsip sederhana. Prinsip pertama ialah Hukum Superposisi, yang menyatakan bahwa pada perlapisan batuan yang tidak terganggu, lapisan batuan yang lebih muda akan berada di atas lapisan batuan yang lebih tua. Prinsip kedua ialah Hukum Hubungan Potong-memotong, yang menyatakan bahwa setiap kenampakan batuan atau struktur yang memotong dan mengganggu lapisan batuan selalu lebih muda daripada lapisan batuan yang dipotong tersebut. Prinsip ketiga, yaitu suksesi fosil, berafiliasi dengan fosil yang terekam di dalam batuan sedimen. Pemetaan mendalam di seluruh dunia mengatakan bahwa batuan yang terbentuk pada interval waktu tertentu mengandung kombinasi fosil yang tertentu pula. Batuan Paleozoikum mengandung fosil trilobita dan graptolit, batuan Mesozoikum mengandung fosil sisa-sisa dinosaurus dan ammonite, batuan Kenozoikum mengandung fosil sisa-sisa flora bunga dan banyak fosil mamalia. Dengan memakai petunjuk kandungan fosil di dalam sikuen batuan, meskipun berbeda letak geografis, jago paleontologi sanggup menyimpulkan bahwa sikuen batuan yang mengandung jenis fosil yang sama kemungkinan juga mempunyai umur yang sama. Ketiga metode ini dipakai untuk penentuan umur relatif pada batuan, namun tidak mengatakan umur sewenang-wenang batuan tersebut. Ahli geologi juga mempunyai beberapa metode untuk memilih umur bergotong-royong dari suatu lapisan batuan. Yang paling penting ialah metode pentarikhan radiometri, yang memakai sifat peluruhan unsur radioaktif dalam batuan untuk memilih umurnya. Unsur radioaktif meluruh untuk membentuk isotop unsur (atom unsur yang mempunyai massa yang berbeda namun mempunyai sifat-sifat kimiawi yang sama). Waktu-paruh unsur ialah waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan separuh dari atom unsur tersebut. Unsur yang berbeda mempunyai waktu-paruh yang berbeda pula. Dua macam peluruhan radioaktif yang paling banyak dipakai oleh jago geologi ialah peluruhan Karbon-14 menjadi Nitrogen-14 dan peluruhan Potasium-40 menjadi Argon-40. Karbon-14, atau radiokarbon, dipakai pada penentuan umur material organik yang umurnya kurang dari 50,000 tahun yang lalu. Ahli geologi mengukur banyaknya kandungan Karbon-14 dan Nitrogen-14 pada kayu, arang, kertas, fosil benih dan sisa serangga, cangkang, bahkan pada air yang mengandung karbon terlarut. Rasio Karbon-14 dan Nitrogen-14 menyediakan estimasi yang anggun untuk penentuan umur dari sampel tersebut. Ahli geologi juga sanggup memakai Potasium-Argon untuk memilih umur batuan yang berkisar dari 100,000 tahun yang kemudian sampai setua umur bumi itu sendiri. Rasio dari Potasium-40 menjadi Argon-40 menyediakan estimasi yang anggun untuk memilih umur batuan selama batuan tersebut tidak terpanaskan oleh temperatur di atas 125°C (257°F). Panas akan menimbulkan Argon menguap dan menciptakan umur batuan akan tampak lebih renta daripada sebenarnya. Beberapa teknik non-radiometri, menyerupai analisis varve, dendrokronologi dan paleomagnetisme, juga sanggup dipakai untuk penentuan umur absolut. Varve ialah lapisan sedimen yang terendapkan setiap tahun pada danau glasial. Lapisan tebal dari sedimen berukuran berangasan terendapkan selama demam isu semi oleh fatwa air permukaan, dan lapisan sedimen halus yang lebih tipis terendapkan selama demam isu dingin, keduanya membentuk lapisan yang disebut varve. Para jago kebumian akan mengekstrak inti sedimen dari danau glasial ini dan menghitung berapa banyak varve pada sedimen tersebut. setiap satu varve mengatakan umur satu tahun. Dendrokronologi ialah teknik yang memakai bundar tahunan pada batang pohon pada iklim yang hangat untuk memilih umur batang pohon tersebut. beberapa pohon sanggup hidup sampai ribuan tahun, sehingga teknik ini berkhasiat untuk memilih umur pohon yang berkisar antara 3,000 sampai 4,000 tahun yang lalu. Namum, teknik ini juga dipakai pada fosil pohon dari Kala Holosen. Paleomagnetisme melibatkan pengukuran sudut molekul magnetik pada batuan. Ketika lava masih panas, mineral magnetik di dalamnya berorientasi kepada medan magnetik bumi. Ketika lava mendingin sampai pada titik tertentu, mineral magnetik ini akan tekunci ditempatnya dalam batuan. Karena medan magnetik bumi selalu berubah orientasinya beberapa waktu sepanjang sejarah bumi, orientasi magnetik dari batuan yang membeku selama waktu yang berbeda juga akan berbeda. Ilmuwan mengetahui waktu pembalikan magnetik, sehingga orientasi magnetik dari sampel batuan sanggup mengatakan estimasi umur batuan tersebut.
Bumi ni sudah terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun lalu, namun bagaimana bergotong-royong Tata Surya dan Bumi ini terbentuk. Ada bermacam-macam hipotesa perihal terjadinya bumi dan tata surya. Berikut ini 5 hipotesa tersebut:
1. Hipotesa Kabut Hipotesa ini dinamakan juga solar nebula dan menjadi hipotesa paling renta dan terkenal. Hipotesis untuk dikemukakan oleh Imanuel Kant (1724-1804) seorang filsuf asal Jerman. Menurutnya dahulu di jagat raya ini ada gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu lama-lama menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi matahari dan pecahan kabut sekitarnya menjadi padat (planet dan satelitnya).
2. Hipotesa Planetesimal Seorang jago geologi dan ilmuwan Amerika berjulukan Thomas C. Chamberlain (1843-1928) melaksanakan penelitian yaitu The Origin of the Earth pada 1916. Menurut teori ini, matahari telah ada sebagai salah satu bintang di alam semesta. Pada suatu masa, ada sebuah bintang yang mendekat dan berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh. Akibatnya terjadi kejadian pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang. Sebagian dari massa matahari itu tertarik ke arah bintang. Pada ketika bintang menjauh sebagian massa matahari jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi bertebaran di angkasa sekitar matahari. Materi yang bertebaran ini lah yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet dan beredar di orbitnya. Hipotesa Terjadinya Bumi dan Tata Surya Nebula di alam semesta src: pixabay
3. Hipotesa Pasang Surut Bintang Pada 1917 sarjana Inggris, James Jeans (1877-1946) dan Herald Jeffries mengeluarkan hipotesa tidal James-Jeffries. Menurut hipotesa ini pada suatu ketika sebuah bintang yang hampir sama besarnya dengan matahari melintas erat matahari. Hal ini menimbulkan gaya pasang pada matahari. Pasang ini berbentuk menyerupai cerutu yang sangat besar. Bentuk cerutu yang sangat besar ini kemudian bergerak mengelilingi matahari dan mengalami perpecahan menjadi sejumlah butiran tetesan kecil. Butir-butir tetesan yang terbesar diantaranya lantaran daya tariknya sanggup menarik butir-butir yang kecil sehingga balasannya membentuk gumpalan sebesar planet yang ada sekarang.
4. Hipotesa Ledakan Bintang Seorang astronom Inggris Fred Hoyle (1956) beropini kemungkinan matahari mempunyai teman sebuah bintang lain yang pada mulanya berevolusi satu sama lain. Ada juga diantaranya yan memadat dan mungkin terjebak ke dalam orbit matahari. Banyak bintang yang meledak mennjadi supernova ditemukan oleh NASA.
5. Hipotesa Kuiper Astronom Gerard P. Kuiper (1905-1973) mengemukakan bahwa alam semesta tersusun atas deretan bintang-bintang. Menurut dia, dua sentra awan yang memadat berkembang dalam suatu awan antarbintang dari gas hidrogen. Pusat yang satu lebih besar daripada sentra yang lainnya dan kemudian memadart menjadi bintang tunggal yaitu matahari. Kejadian berikutnya kabut menyelimuti sentra yang lebih kecil yang disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik dari massa yang lebih besar. Gaya ini menimbulkan awan yang lebih kecil terpecah pecah menjadi awan lebih kecil lagi dan disbeut protoplanet. Setelah periode waktu yang usang protoplanet itu menjadi planet yan ada kini ini. Jika kedua awan itu punya ukuran yang sama maka akan membentuk bintang ganda. Formasi bintang ganda sering terjadi di alam semesta. Saat matahari memadat matahari akan menjadi begitu panas sehingga sebagian besar energi matahari dipancarkan. Energi itu cukup berpengaruh untuk mendorong gas-gas yang lebih terperinci menyerupai hdrogen dan helium dari awan ayng menyelubungi protoplanet yang paling erat matahari.
SKALA WAKTU GEOLOGI
Waktu geologi ialah skala waktu yang mencakup seluruh sejarah geologi bumi dari mulai terbantuknya sampai ketika ini. Sebelum perkembangan dari skala waktu geologi pada kala ke-19, para jago sejarah mengetahui bahwa bumi mempunyai sejarah yang panjang, namun skala waktu yang dipakai kini dikembangkan semenjak 200 tahun terakhir dan terus-menerus diperbaiki. Skala waktu geologi membantu para ilmuwan memahami sejarah bumi dalam bagian-bagian waktu yang teratur. Sebelum adanya pentarikhan radiometri, yang mengukur kandungan unsur radioaktif dalam suatu objek untuk memilih umurnya, para ilmuwan memperkirakan umur bumi berkisar dari 4,000 tahun sampai ratusan juta tahun. Saat ini, diketahui bahwa umur bumi ialah sekitar 4.6 milyar tahun. Skala waktu geologi ketika ini dibentuk menurut pada pentarikhan radiometri dan rekaman kehidupan purba yang terawetkan di dalam lapisan batuan. Sebagian besar batas pada skala waktu geologi kini berafiliasi dengan periode kepunahan dan kemunculan spesies baru. PEMBAGIAN WAKTU Skala waktu geologi yang ditetapkan oleh International Union of Geological Sciences (IUGS) pada tahun 2004 membagi sejarah bumi ke dalam beberapa interval waktu yang berbeda-beda panjangnya dan terukur dalam satuan tahun kalender. Interval terpanjang ialah Kurun. Setiap Kurun terbagi menjadi beberapa Masa. Setiap Masa terdiri dari beberapa Zaman, dan Zaman terbagi menjadi beberapa Kala. Ada tiga Kurun: Arkaikum, Proterozoikum dan Fanerozoikum. Kurun Arkaikum ialah kurun pertama, dimulai sekitar 3.8 milyar sampai 2.5 milyar tahun yang lalu. Kurun sebelum Arkaikum, dikenal sebagai Pra-Arkaikum, ditandai oleh pembentukan planet bumi. Kurun Proterozoikum dimulai sekitar 2.5 milyar tahun yang kemudian sampai 542 juta tahun yang lalu. Kurun Arkaikum dan Proterozoikum juga disebut Pra-Kambrium. Kemunculan besar-besaran dari binatang invertebrata menandai final dari Proterozoikum dan dimulainya Kurun Fanerozoikum. Kurun Fanerozoikum dimulai sekitar 542 juta tahun yang kemudian dan berlanjut sampai sekarang. Terbagi menjadi tiga Masa: Paleozoikum (542 – 251 juta tahun yang lalu), Mesozoikum (251 – 65 juta tahun yang lalu) dan Kenozoikum (65 juta tahun yang kemudian sampai sekarang). Masa Paleozoikum terbagi menjadi enam Zaman. Dari yang tertua sampai termuda ialah Kambrium (542 – 488 juta tahun yang lalu), Ordovisium (488 – 444 juta tahun yang lalu), Silurium (444 – 416 juta tahun yang lalu), Devonium (416 – 359 juta tahun yang lalu), Karbon (359 – 299 juta tahun yang lalu), dan Permium (299 – 251 juta tahun yang lalu). Masa Paleozoikum diawali dengan kemunculan banyak bentuk kehidupan yang berbeda-beda, yang terawetkan sebagai kumpulan fosil dalam sikuen batuan di seluruh dunia. Masa ini berakhir dengan kepunahan massal lebih dari 90 persen organisme pada final Zaman Permium. Penyebab kepunahan pada final Permium ini belum diketahui niscaya sampai ketika ini. Masa Mesozoikum terbagi menjadi Zaman Trias (251 – 200 juta tahun yang lalu), Zaman Jura (200 – 145 juta tahun yang lalu), dan Zaman Kapur (145 – 65 juta tahun yang lalu). Masa Mesozoikum dimulai dengan kemunculan banyak jenis binatang baru, termasuk dinosaurus dan ammonite, atau cumi-cumi purba. Masa Mesozoikum berakhir dengan kepunahan massal yang memusnahkan sekitar 80 persen organisme ketika itu. Kepunahan ini kemungkinan disebabkan oleh ukiran asteroid ke bumi yang kini kawah bekas ukiran ditemukan di sebelah utara Semenanjung Yucatan, Meksiko. Masa Kenozoikum terbagi menjadi dua Zaman, Paleogen (65 – 23 juta tahun yang lalu) dan Neogen (mulai dari 23 juta tahun yang kemudian sampai sekarang). Zaman Paleogen terdiri dari tiga Kala: Kala Paleosen (65 – 56 juta tahun yang lalu), Kala Eosen (56 – 34 juta tahun yang lalu) dan Oligosen (34 – 23 juta tahun yang lalu). Zaman Neogen terbagi menjadi empat Kala: Kala Miosen (23 – 5.3 juta tahun yang lalu), Pliosen (5.3 – 1.8 juta tahun yang lalu), Pleistosen (1.8 juta – 11,500 tahun yang lalu) dan Holosen (dimulai dari 11,500 tahun yang kemudian sampai sekarang). Kala Holosen ditandai oleh penyusutan yang cepat dari benua es di Eropa dan Amerika Utara, kenaikan yang cepat dari muka air laut, perubahan iklim, dan perluasan kehidupan insan ke segala penjuru dunia. METODE PENTARIKHAN Ahli geologi sanggup memilih umur lapisan batuan dalam bentuk umur sewenang-wenang atau umur relatif. Dalam penentuan umur relatif lapisan batuan, ilmuwan memakai tiga prinsip sederhana. Prinsip pertama ialah Hukum Superposisi, yang menyatakan bahwa pada perlapisan batuan yang tidak terganggu, lapisan batuan yang lebih muda akan berada di atas lapisan batuan yang lebih tua. Prinsip kedua ialah Hukum Hubungan Potong-memotong, yang menyatakan bahwa setiap kenampakan batuan atau struktur yang memotong dan mengganggu lapisan batuan selalu lebih muda daripada lapisan batuan yang dipotong tersebut. Prinsip ketiga, yaitu suksesi fosil, berafiliasi dengan fosil yang terekam di dalam batuan sedimen. Pemetaan mendalam di seluruh dunia mengatakan bahwa batuan yang terbentuk pada interval waktu tertentu mengandung kombinasi fosil yang tertentu pula. Batuan Paleozoikum mengandung fosil trilobita dan graptolit, batuan Mesozoikum mengandung fosil sisa-sisa dinosaurus dan ammonite, batuan Kenozoikum mengandung fosil sisa-sisa flora bunga dan banyak fosil mamalia. Dengan memakai petunjuk kandungan fosil di dalam sikuen batuan, meskipun berbeda letak geografis, jago paleontologi sanggup menyimpulkan bahwa sikuen batuan yang mengandung jenis fosil yang sama kemungkinan juga mempunyai umur yang sama. Ketiga metode ini dipakai untuk penentuan umur relatif pada batuan, namun tidak mengatakan umur sewenang-wenang batuan tersebut. Ahli geologi juga mempunyai beberapa metode untuk memilih umur bergotong-royong dari suatu lapisan batuan. Yang paling penting ialah metode pentarikhan radiometri, yang memakai sifat peluruhan unsur radioaktif dalam batuan untuk memilih umurnya. Unsur radioaktif meluruh untuk membentuk isotop unsur (atom unsur yang mempunyai massa yang berbeda namun mempunyai sifat-sifat kimiawi yang sama). Waktu-paruh unsur ialah waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan separuh dari atom unsur tersebut. Unsur yang berbeda mempunyai waktu-paruh yang berbeda pula. Dua macam peluruhan radioaktif yang paling banyak dipakai oleh jago geologi ialah peluruhan Karbon-14 menjadi Nitrogen-14 dan peluruhan Potasium-40 menjadi Argon-40. Karbon-14, atau radiokarbon, dipakai pada penentuan umur material organik yang umurnya kurang dari 50,000 tahun yang lalu. Ahli geologi mengukur banyaknya kandungan Karbon-14 dan Nitrogen-14 pada kayu, arang, kertas, fosil benih dan sisa serangga, cangkang, bahkan pada air yang mengandung karbon terlarut. Rasio Karbon-14 dan Nitrogen-14 menyediakan estimasi yang anggun untuk penentuan umur dari sampel tersebut. Ahli geologi juga sanggup memakai Potasium-Argon untuk memilih umur batuan yang berkisar dari 100,000 tahun yang kemudian sampai setua umur bumi itu sendiri. Rasio dari Potasium-40 menjadi Argon-40 menyediakan estimasi yang anggun untuk memilih umur batuan selama batuan tersebut tidak terpanaskan oleh temperatur di atas 125°C (257°F). Panas akan menimbulkan Argon menguap dan menciptakan umur batuan akan tampak lebih renta daripada sebenarnya. Beberapa teknik non-radiometri, menyerupai analisis varve, dendrokronologi dan paleomagnetisme, juga sanggup dipakai untuk penentuan umur absolut. Varve ialah lapisan sedimen yang terendapkan setiap tahun pada danau glasial. Lapisan tebal dari sedimen berukuran berangasan terendapkan selama demam isu semi oleh fatwa air permukaan, dan lapisan sedimen halus yang lebih tipis terendapkan selama demam isu dingin, keduanya membentuk lapisan yang disebut varve. Para jago kebumian akan mengekstrak inti sedimen dari danau glasial ini dan menghitung berapa banyak varve pada sedimen tersebut. setiap satu varve mengatakan umur satu tahun. Dendrokronologi ialah teknik yang memakai bundar tahunan pada batang pohon pada iklim yang hangat untuk memilih umur batang pohon tersebut. beberapa pohon sanggup hidup sampai ribuan tahun, sehingga teknik ini berkhasiat untuk memilih umur pohon yang berkisar antara 3,000 sampai 4,000 tahun yang lalu. Namum, teknik ini juga dipakai pada fosil pohon dari Kala Holosen. Paleomagnetisme melibatkan pengukuran sudut molekul magnetik pada batuan. Ketika lava masih panas, mineral magnetik di dalamnya berorientasi kepada medan magnetik bumi. Ketika lava mendingin sampai pada titik tertentu, mineral magnetik ini akan tekunci ditempatnya dalam batuan. Karena medan magnetik bumi selalu berubah orientasinya beberapa waktu sepanjang sejarah bumi, orientasi magnetik dari batuan yang membeku selama waktu yang berbeda juga akan berbeda. Ilmuwan mengetahui waktu pembalikan magnetik, sehingga orientasi magnetik dari sampel batuan sanggup mengatakan estimasi umur batuan tersebut.
0 Komentar untuk "Sejarah Perkembangan Bumi"