Dinamika Litosfer Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

Lapisan bumi disebut dengan litosfer. Litosfer berasal dari kata lithos berarti kerikil dan sphere berarti bulatan.

Dengan demikian, litosfer sanggup diartikan sebagai lapisan batuan pembentuk kulit bumi. Dalam pengertian lain, litosfer yaitu lapisan bumi paling atas dengan ketebalan lebih kurang 66 km tersusun atas batuan.

Litosfer merupakan lapisan kulit bumi yang mengikuti bentuk muka bumi yang bundar dan tersusun atas batuan dan mineral.

Kulit bumi atai litosfer tersusun dari sekitar 90 jenis unsur kimia yang satu dengan lainnya sanggup bergabung membentuk persenyawaan yang disebut mineral.

Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu kuarsa (SiO4), feldspar, piroksen, mika putih, biotit, amphibol, khlorit, kalsit, dolomit, olivin, bijih besi hematit, dan limonit.

Kulit bumi mempunyai ketebalan yang tidak merata antara cuilan daratan dan cuilan dasar samudera, di mana kulit bumi di cuilan benua dataran lebih tebal daripada di dasar samudera.

Bumi terdiri atas lapisan-lapisan sebagai berikut:


Lapisan granitis: suatu nama yang diberikan mengingat materi yang menyusunnya kebanyakan berupa batuan granit. Lapisan ini menempati lapisan paling atas setebal 10-15 km, dengan penghantara kecepatan gelombang Primer (pada seismogram) sekitar 0,5 km/detik. Lapisan ini tidak ditemukan di semua tempat, umumnya di di dasar bahari tidak dijumpai lapisan ini

Lapisan Basaltis: kebanyakan tersusun dari materi basalt yang bersifat basa (kandungan silika rendah) dengan densitas atau kepadatan yang lebih besar. Letaknya di bawah lapisan granitis pada kedalaman 30-50 km. Kecepatan gelombang primer berkisar antara 6,5 km/dt.



Litosfer, letaknya paling atas dari selimut bumi. Terdiri dari materi yang berwujud padat dengan tebal sekitar 50-100 km. Bersama-sama dengan kerak bumi sering disebut pula lempeng litosfer yang mengapung di atas materi yang agak kental yakni astenosfer.

Astenosfer, berupa lapisan yang letaknya berada di bawah litosfer, berwujud kental dengan tebal sekitar 100-400 km. Karena itu kecepatan gelombang pada ketika melewati lapisan ini agak menurun.

Mesosfer, wujudnya padat dengan tebal sekitar 2.400 - 2.750 km terletak di bawah astenosfer. Kecepatan gelombang primer bertambah sekitar 8 km/dt di litosfer hingga dengan sekitar 13 km/dt di lapisan ini.



Inti cuilan luar (Outer Core), diduga berwujud cair, alasannya yaitu lapisan ini tidak sanggup dilalui oleh gelombang sekunder. Tebal lapisan ini sekitar2.270 km.

Inti cuilan dalam (Inner Core), diduga berwujud padat, tersusun dari materi berupa besi dan nikel dengan densitas sekitar 10gr/cm3 ke atas, tebal sekitar 1.216 km


Batuan beku yaitu batuan yang terbentuk lantaran magma pijar yang mendingin atau membeku menjadi padat. Berdasarkan tempat pendinginannya, batuan beku dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:

Batuan ini disebut juga batuan beku plutonis (batuan beku abyssis), terjadinya jauh di bawah permukaan bumi, berasal dari magma yang mendingin. Pendinginan sangat lambat, sehingga berlangsungnya proses kristalisasi sangat leluasa. Oleh lantaran itu, batuan beku dalam terdiri atas kristal2 penuh, mempunyai struktur (susunan) holokristalin atau granitis. Contohnya : kerikil garanit, diorite, gabro dan seynit.

Batuan ini terbentuk di dalam korok2 atau gang2 di dalam kulit bumi. Karena tempatnya akrab permukaan, pendinginannya lebih cepat. Itulah sebabnya batuan ini terdiri dari Kristal besar, Kristal kecil, dan bahkan ada yang tidak mengkristal, yaitu materi amorf. Contohnya : granit porfir dan diorite porfirit.

Batuan ini terbentuknya di luar kulit bumi, sehingga turunnya temperatur cepat sekali. Zat2 dari magma hanya sanggup membentuk kristal2 kecil, dan sebagian ada yang sama sekali tidak sanggup mengkristal. Contohnya : liparit dan kerikil apung.


Batuan sedimen yaitu batuan yang terjadi lantaran pengendapan dari batuan-batuan beku, batuan yang mengalami pelapukan, dan erosi. Pada awalnya batuan ini lunak, lambat bahari mengeras lantaran proses pembatuan. Berdasarkan jenisnya, batuan berku dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:

Pengangkut batuan ini yaitu angin, contohnya : tanah los, tanah turf, dan tanah pasir di gurun.

Pengangkutan batuan ini yaitu es. Contohnya : moraine (moraine).

Pegangkutan batuan ini yaitu air. Contohnya : Breksi (Brecci) yaitu batuan sedimen yang terdiri dari batu2an yang bersudut tajam yang sudah menempel satu sama lain. Konglomerat yaitu batuan sedimen yang terdiri dari batu2an yang bulat2 yang sudah menempel satu dengan yang lainnya. Batu Pasir yaitu batuan sedimen yang berbutir-butir dan menempel satu sama lain.


Batuan metamorf yaitu batuan beku yang telah mengalami perubahan sifat lantaran dampak suhu dan tekanan tinggi. Batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:

Batuan ini terjadi akhir suhu yang sangat tinggi. Biasanya terletak akrab dengan dapur magma. Contohnya : marmer, dan kerikil bara.

Batuan ini terjadi lantaran tekanan yang tinggi dan dalam waktu yang lama, disebut juga metamorf kinetis. Contohnya: kerikil asbak, antrasit, schist dan shale.

Terjadi lantaran dampak suhu yang tinggi dan menerima perhiasan gas lain pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Contohnya, kerikil permata dan topas.

Tektonisme yaitu perubahan/pergeseran letak lapisan kulit bumi secara mendatar atau vertikal.

Kaprikornus yang dimaksud dengan gerak tektonik yaitu semua gerak naik dan turun yang mengakibatkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak ini dibedakan lagi menjadi :

1. Gerak Epirogenetik
Gerak epirogenetik yaitu gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lambat, berlangsung dalam waktu yang lama, dan mencakup kawasan yang luas.

Gerak epirogenetik dibedakan menjadi dua, yaitu:

Epirogenetik Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air bahari naik. 

Epirogenetk Negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air bahari turun.

2. Gerak Orogenetik,
Gera orogenetik yaitu gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lebih cepat dan mencakup kawasan yang tidak begitu luas.

Bentuk gerakan orogenetik dibedakan menjadi empat, yaitu:

Pada muka bumi yang terdapat bentukan jenis ini, dataran akan melengkung ke atas sehingga terbentuk suatu kubah atau yang disebut juga dengan Dome.

Hal ini disebabkan gerak vertikal yang tidak merata di suatu daerah, khususnya di kawasan yang berbatuan sedimen.

Selain kubah, ada juga yang mengarah ke bawah hingga membentuk cekungan atau basin, diameternya sanggup mencapai beberapa mil.

Pelipatan akan terjadi apabila struktur batuan pada suatu kawasan menderita suatu tekanan yang lemah.

Namun, berlangsung usang dan belum melampaui titik patah batuan sehingga hanya membentuk lipatan.

Bagian puncak suatu lipatan disebut dengan antiklin, sedangkan lembahnya disebut dengan sinklin.

Retakan pada muka bumi terbentuk lantaran adanya dampak gaya regangan yang mengarah ke dua arah yang berlawanan pada muka bumi sehingga terjadi retakan2, tetapi masih bersambung.

Retakan biasanya terjadi pada batuan yang ringkih sehingga tenaga yang kecil saja sudah sanggup menciptakan muka bumi retak2.

Pada umumnya retakan ini ditemukan pada puncak antiklinal, yang disebut tektonik joint.

Jika folding atau pelipatan membentuk muka bumi dalam waktu yang berlangsung usang maka faulting atau patahan terjadi lantaran tekanan yang kuat dan berlangsung sangat cepat.

Batuan tidak hanya mengalami retakan, juga mengalami displacementatau sudah terpisah satu dengan lainnnya.

Pada umumnya, kawasan sepanjang patahan merupakan kawasan pusat gempa bumi lantaran selalu mengalami pergeseran batuan kerak bumi.

Patahan sanggup mengakibatkan turunnya cuilan kulit bumi atau yang disebut dengan graben, atau yang sering disebut juga dengan slenk.

Selain mengakibatkan turunnya cuilan kulit bumi, patahan juga sanggup mengakibatkan naiknya kulit bumi.

Hal ini terjadi apabila cuilan diantara dua patahan mengalami pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dari kawasan sekitarnya, atau yang biasa disebut dengan horst.

Prinsip-Prinsip Pergeseran Lempeng Litosfer Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa litosfer yang tipis berada di atas asthenosfer yang bersifat cair (plastis).

Menurut para hebat geologi litosfer tersebut terkoyak-koyak disana-sini sehingga terpecah-pecah membentuk suatu kepingan yang disebut lempeng litosfer dan bergerak akhir adanya arus konveksi di asthenosfer.

Jadi, tanah yang kita injak sebetulnya bergerak rata2 sejauh 1 – 10 cm per tahun.

Dengan adanya gerakan tersebut maka lempeng litosfer saling berdesakan dan bertumbukan, maka timbul prinsip2 pergeseran lempeng litosfer, yaitu :

Lempeng litosfer saling bertumbukan (divergensi) dimana salah satunya hingga menyusup di bawah lempeng litosfer lainnya.

Lempeng litosfer saling berpapasan, yang membentuk sesar mendatar. Lempeng litosfer saling memisah (konvergensi), yang membentuk punggungan di tengah samudera. 


Vulkanisme yaitu insiden yang berafiliasi dengan kegiatan gunung api, yaitu pergerakan magma dari dalam litosfer yang menyusup ke lapisan yang lebih atas atau hingga ke permukaan bumi.

Di dalam litosfer, magma menempati suatu kantong yang dinamakan dapur magma (batholit). Kedalaman dan besar dapur magma itu sangat bervariasi. Ada dua jenis bentuk gerakan magma yang berafiliasi dengan vulanisme, yaitu intrusi dan ekstrusi magma.



Bentuk atau jenis dari intrusi magma yang pertama yaitu batolit. Batolit merupakan batuan beku yang terbentunya di dalam dapur magma.

Batolit ini terbentuk sebagai akhir dari penurunan suhu yang terjadi sangat lambat.

Jenis atau bentuk dari intrusi magma yang kedua yaitu lakolit.

Yang dimaksud dengan lakolit yakni merupakan magma yang menyusup di antara lapisan- lapisan batuan yang mengakibatkan lapisan batuan yang berada di atasnya menjadi terangkat sehingga akan mirip lensa cembung.

Sementara permukaan yang berada di atasnya tetap rata atau datar.

Bentuk intrusi magma yang selanjutnya yaitu Sill. Sill yaitu lapisan magma yang tipis yang menyusup di antara lapisan- lapisan batuan yang ada di bawah permukaan Bumi. Ya, lantaran intrusi magma sendiri merupakan istilah yang menggambarkan kegiatan material- material yang ada di bawah permukaan Bumi.

Bentuk intrusi magma yang selanjutnya atau yang keempat yaitu diaterma. Diatrema merupakan batuan yang mengisi pipa letusan.

Pipa letusan sendiri mempunyai bentuk silinder, yang terdapat mulai dari dapur magma hingga dengan ke permukaan Bumi. Kita bisa membayangkan betapa panjangnya pipa letusan ini.

Pipa letusan juga merupakan jalan atau pengubung yang menghubungkan antara magma yang ada di dapur magma dengan permukaan Bumi. Pipa letusan ini biasanya terdapat di dalam gunung berapi yang masih aktif.

Pipa ini berupa tabung memanjang yang berasal dari dapur magma hingga tembus ke ekspresi gunung berapi, dan apabila magma keluar maka disebut dengan erupsi.

Korok atau yang disebut juga dengan gang yaitu batuan hasil intrusi magma yang memotong lapisan- lapisan litosfer yang berbentuk pipih atau berbentuk lempeng.

Apolisa merupakan sebutan bagi semacam cabang dari intrusi korok atau yang dikenal juga dengan intrusi gang, namun ukurannya lebih kecil atau percabangan dari magma yang ukurannya kecil atau yang sering juga disebut dengan urat- urat magma.



Lava, yakni magma yang keluar hingga ke permukaan Bumi dan mengalir hingga ke permukaan Bumi.

Lahar, yaitu material gabungan antara lava dan juga materi- materi yang terdapat di permukaan Bumi berupa pasir, kerikil atau bahkan debu dengan air sehingga membentuk lumpur.

Eflata dan piroklastika, yakni material padat berupa bom, lapili, kerikil, dan juga debu vulkanik.

Ekhalasi atau gas, yakni material berupa gas asam arang, mirip fumarol yakni uap air dan zat lemas), solfatar atau sumber gas belerang, dan mofet gas asam arang.


  • Temperatur di sekitar kawah naik.
  • Banyak sumber air mengering
  • Sering terjadi gempa
  • Sering terjadi bunyi gemuruh di puncak gunung
  • Banyak binatang yang turun atau berpindah-pindah



Gunung api ini terbentuk lantaran letusan efusif (lemah). Magma yang dikeluarkan sangat encer sehingga lerengnya sangat landai dan mempunyai dasar gunung api yang sangat luas dengan sudut kemiringan lereng 1-10 derajat. Contohnya Gunung Loa dan Mauna Keu di Pulau Hawai

Gunung api ini terjadi lantaran erupsi gabungan yang berupa letusan dan lelehan secara bergantian, sehingga lerengnya terdiri atas endapan lava yang berlapis-lapis.

Gunung ini mirip kerucut. Contohnya Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Ciremai di Jawa Barat, Gunung Fuji di Jepang, dan Gunung Agung di Bali

Gunung ini terjadi akhir dalamnya letusan eksplosif, yaitu dapur magma yang kecil dan dangkal menimbulkan letusan satu kali dan mati.

Contohnya Gunung Lamongan dan Merdada di Dieng, Pegunungan Eiffel di Jerman, serta Gunung Auvergne di Perancis.



Gunung aktif yaitu gunung api yang masih bekerja, kawahnya selalu mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Contohnya Gunung Stromboli.

Gunung api mati yaitu gunung api yang semenjak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi. Contohnya Gunung Sumbing dan Gunung Patuha

Gunung istirahat yaitu gunung api yang sewaktu-waktu meletus dan kemudian istirahat kembali. Contohnya Gunung Ciremai dan Gunung Kelud.



Tipe letusan ini terjadi karan lava yang sangat cair dan berbentuk mirip perisai atau tameng.

Letusan gunung ini tidak bersifat eksplosif atau letusan yang dahsyat, tetapi sering kali hanya ditandai dengan keluarnya lava yang sangat cair. Contoh Gunung Mauna Loa, Mauna Kea, dan Kilaukea di Hawaii

Tipe letusan ini bersifat spesifik, yaitu letusan terjadi dengan jarak atau interval waktu yang hampir sama. Contohnya Gunung Vesuvius (Italia), dan Gunung Raung (Jawa)

Tipe letusan ini mengeluarkan material padat mirip bom, abu, lapili, serta bahan-bahan padat dan cair atau lava. Contohnya Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.

Tipe letusan ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat ekspresi kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi makin bertambah kuat sehingga sumbatan terangkat pecah-pecah.  Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas yang karenanya terlempar keluar menuruni lereng gunung sebagai ladu.  Selain itu, terjadi pula awan panas di Indonesia yang sering disebut dengan Wedhus Gembel.

Tipe letusan ini sangat berbahaya dan merusak lingkungan. Pada tipe ini, material yang dilemparkan mencapai ketinggian sekitar 50 km. Contoh Gunung Krakatau tahun 1883 dan St. Helens tanggal 18 Mei 1980.

Tipe letusan ini biasanya terjadi kalau di puncak gunung api terdapat sumbatan kawah yang berbentuk mirip jarum sehingga mengakibatkan tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila sumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus dan mengeluarkan awan panas. Contoh Gunung Pelee di Pulau Martinique.

Tipe letusan ini terjadi pada gunung api yang mempunyai danau kawah. Selanjutnya, kalau gunung api tersebut meletus, air danau kawah akan tumpah bersama lava. Letusan ini menimbulkan kawasan di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya, juga awan panas. Contoh letusan Gunung Kelud tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent tahun 1902.



Ekshalasi yang berbentuk fumarol (H2O), solfatar (H2S), dan mofer (CO2). Apabila di suatu kawasan ditemukan gejala-gejala tersebut, tandanya gnung api sudah padam atau hampir padam. Misanya, Dieng (Jawa Tengah).

Mata air panas yaitu mata air yang terletak di akrab dapur magma dan keluar menjadi air panas, contohnya di Cimelati (Jawa Barat).

Mata air makdani yaitu mata air panas yang mengandung mineral (belerang), contohnya Maribaya (Jawa Barat), dan Baturaden (Jawa Tengah)

Geiser yaitu mata air panas yang memancar, tetapi tidak memancar terus menerus, contohnya di Irlandia dan Yellowstone Park (Amerika Serikat).

Seisme (Gempa Bumi) yaitu getaran-getaran permukaan bumi yang disebabkan oleh energi gerak dari dalam bumi yang melepaskan kekuatan-kekuatan dan menimbulkan pergerakan-pergerakan batuan.

Akibanya adanya tektonisme, vulkanisme, maupun runtuhan cuilan bumi (gua) terjadilah gempa-gempa yang terasan kepada kita disebabkan rambatan gelombang gempa.

1. Klasifikasi Gempa
Gempa bumi sanggup diklasifikasikan menurut faktor penyebabnya dan jarak pusat gempa, sebagai berikut

a. Jarak Pusat Gempa
Berdasarkan jarak pusat gempa, gempa dapap dibedakan sebagai berikut:
  • Gempa Dalam, kalau hiposentrumnya terletak antara 300-700 km di bawah permukaan bumi.
  • Gempa Intermidier, kalau hiposentrumnya terletak antara 100-300 km di bawah permukaan bumi.
  • Gempa Dangkal, kalau hiposntrumnya terletak dari 100 km di bawah permukaan bumi.

b. Faktor Penyebabnya
Berdasarka faktor penyebabnya, gempa dibedakan sebagai berikut:
  • Gempa Tektonik atau Gempa Dislokasi, yaitu gempa yang terjadi setelah terjadinya dislokasi atau lantaran gerakan lempeng. Gempa inilah yang sanggup berakibat parah, terutama kalau jarak hiposentrumnya dangkal.
  • Gempa Vulkanik, yaitu gempa yang terjadi sebelum, pada ketika dan setelah insiden letusan gunung api.
  • Gempa Buatan, yaitu gempa yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Misalnya gempa yang terjadi akhir ledakan dinamit yg di gunakan untuk menciptakan gua/lubang untuk kegunaan penggalian atau pertambangan.
  • Gempa Runtuhan, gempa yang terjadi akhir runtuhya cuilan atas litosfer, lantaran cuilan sebelah dalam bumi berongga. Misalnya gempa di kawasan kapur.
c. Bentuk Episentrum
Berdasarkan bentuk episentrumnya, gempa dibedakan sebagai berikut:

  • Gempa Linier, kalau episentrumnya berbentuk garis. Contohnya gempa tektonik lantaran bentuknya bisa berupa kawasan patahan.
  • Gempa Sentral, kalau episentrumya berbentuk titik. Contohnya gempa vulkanik atau gempa runtuhan



2. Penentuan Pusat Gempa
Cara memilih pusat terjadinya gempa di permukaan bumi atau letak episentrum sanggup dilakukan dengan memakai metode homoseista, yaitu suatu metode penentuan letak episentrum dengan melaksanakan pencatatan waktu datangnya gelombang gempa yang pertama (gelombang primer)  pada waktu yang bersamaan dari minimal tiga tempat yang berbeda.

Untuk memilih letak episentrum caranya sebagai berikut : Dengan memakai hasil pencatatan seismograf.

Cara ini dengan memakai 3 seismograf, yaitu satu seismograf vertikal, atu seismograf horizontal yang berarah utara dan selatan sedang satu lagi seismograf berarah timur dan barat. Dengan memakai 3 tempat yang terletak satu homoseiste.

Cara ini dengan memakai seismograf di 3 tempat yang mencicipi getaran gempa pada ketika yang sama. Pertama-tama kita hubungkan tempat seismograf yang satu homoseiste. Karena 3 seismograf maka didapat 2 garis.

Dua garis itu dibuat garis sumbu, sehingga episentrum terletak pada pertemuan dua garis sumbu. Dengan memakai 3 tempat yang mencatat jarak episentrum.

Untuk memilih jarak episentrum dipakai rumus Laska : ∆ = { (S – P ) } – 1′ x 1.000 km ∆ = delta = jarak episentrum S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder dalam satuan menit.
1′ = satu menit.

Contoh :
Gelombang S tiba pada pukul 10.29’44”, sedang gelombang P tiba pada pukul 10.25’14”. berapakah jarak episentrum sebuah seismograf dari kawasan Z ?

Jawab :
{ ( 10.29’44” – 10.25’14” ) } – 1′ x 1.000 km = ( 4 1/2 – 1′ ) x 1.000 km = 3.500 km.

Sekarang contohnya letak episentrum dari 3 tempat, yaitu Z = 3.500 km, Y= 5.250 km, dan X = 3.750 km.

Maka cara membuatnya :
Dibuat perbandingan skala horizontal 1 cm = 1000 km. maka Z = 3,5 cm, Y = 5,25 cm, X = 3,75 cm. Buat lingkaran sesuai jari2 Z,Y,X.

Ketiga lingkaran akan berpotongan pada satu titik E (episentrum). Dengan memakai lingkaran isoseiste.

Dari laporan secara visual sanggup dibuat tanda2 pada peta yang kemudian sanggup ditentukan beberapa isoseiste di kawasan tragedi gempa.

Dengan mengetahui lingkaran atau elips isoseiste itu dari luar kea rah dalam, sanggup ditentukan tempat episentrum. 

Tenaga Eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi, antara lain berasal dari hujan, panas matahari, angin, aliran air, dan luncuran gletser serta makhluk hidup.

Tenaga eksogen sanggup mengubah bentuk permukaan bumi menjadi berlubang, berbukit dan bentuk lainnya. Tenaga eksogen ini bersifat merusak.

Artinya mengakibatkan terjadinya kikiksan atau erosi, pelapukan, dan pengangkutan material (mass wasting). Pada prosesnya menghasilkan bentuk sisa (residual) dan bentuk endapan (depositional).

Tenaga eksogen sanggup di bagi menjadi :

a. Weathering (Pelapukan)
Pelapukan yaitu segala perubahan dalam batuan lantaran dampak keadaan cuaca (misalnya air, suhu). Adanya perbedaan temperatur yang tinggi dan rendah, sangat besar pengaruhnya terhadap batu2an. Macam2 jenis pelapukan antara lain :

1) Pelapukan Fisis (Pelapukan Mekanik).
Pelapukan mekanik merupakan pelapukan batuan yang tidak disertai dengan perubahan susunan kimia, mirip batuan yang besar pecah dan berkembang menjadi semakin kecil, selanjutnya hingga halus, tetapi susunan kimianya sama dengan batuan induknya. Sebab2 pelapukan mekanis antara lain : Insolasi (pengaruh sinar matahari) dan perubahan suhu. Pembekuan. Pengerjaan garam. Daya erosi Gelombang bahari yang memukul pantai.

2) Pelapukan Kimia
Pelapukan kimi merupakan pelapukan batuan melalui proses kimia yang disertai dengan perubahan susunan zat dari mineral batuan induknya. Contohnya : hancurnya batuan lantaran larutan batuan kapur yang dicampur oleh air hujan yang banyak mengandung CO2.

3) Pelapukan Biologis (Pelapukan Organik)
Pelapukan organik merupakan pelapukan batuan yang disebabkan oleh oraganisme2 (tumbuh2an, hewan, dan manusia). Manusia sanggup merusak ekosistem yang lebih besar lagi, tetapi sanggup juga memelihara ekosistem yang sudah rusak dan memperbaharui lagi. Pelapukan organis sebagian masuk pelapukan fisik dan sebagian masuk pelapukan kimia. Pelapukan bioligis sanggup digolongkan menjadi 2 yaitu : Pelapukan biologis fisik, contohnya tekanan akar, merayapnya cacing, dan sebagainya. Pelapukan biologis kimia, contohnya pelapukan bunga tanah (humus), pengerjaan jasad2 hidup pada batuan, yaitu dengan jalan mengeluarkan zat2 tertentu. 

b. Erosi (Pengikisan)
Erosi yaitu proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan benda2 mirip air, es, angin, dan gelombang arus. Macam2 jenis erosi, yaitu :

1) Erosi Air
Air yang mengangkut batu2an yang hancur mempunyai kekuatan mengikis lebih besar. Peristiwa goresan pada erosi air tergantung pada : kecepatan gerak, daya angkut air, dan keaadan permukaan.

2) Abrasi,
Abrasi yaitu pengikisan batuan yang disebabkan oleh pengerjaan air laut. Besar kecilnya gelombang atau kecepatan angin, sanggup menimbulkan perubahan bentuk di sepanjang pantai disebut erosi platform.

3) Gletser
Gletser yaitu pegikisan yang disebabkan oleh pengerjaan es . pengikisan oleh es disebut juga glacial/eksarasi. Di kawasan pegunungan yang tinggi sering terdapat salju awet atau es. Es bergerak turun melalui lereng dan mengikis dasar lereng gunung serta mendorongnya ke lembah.

4) Korasi
Korasi yaitu pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan angin.

Erosi yang disebabkan oleh tenaga air, contohnya :
1) Erosi percikan, yaitu erosi yang disebabkan oleh tetesan air hujan yang memecahkan butir-butir tanah.
2) Erosi lembar, yaitu pengikisan dan pengangkutan lapisan tanah permukaan, yang disebabkan oleh aliran air di permukaan tanah.
3) Erosi Alur, yaitu pengikisan lapisan tanah yang sudah membentuk alur-alur dengan lebar < 40 cm dan kedalaman < 25 cm.
4) Erosi Parit, yaitu pengikisan lapisan tanah yang mebentuk alur-alur yang lebih besar,sehingga sering disebut parit m ukuran lebar > 40 cm dan kedalaman > 25 cm. Erosi tebing sungai, yaitu aliran air sungai mengikis tebing sungai.

c. Sedimentasi (Pengendapan) 
Lapisan hasil pelapukan yang terjadi dipermukaan bumi, baik di daratan yang rata maupun di lereng2 bukit, pegunungan atau gunung dipengaruhi oleh majemuk kekuatan. Daerah yang terkena pelapukan maupun yang mendapatkan hasil pelapukan menghasilkan struktur morfologi yang berbeda-beda. Bentukan2 dalam proses pengendapan/sedimentasi di kawasan pantai antara lain :

1) Pesisir (Beach). Adalah pantai yang terdiri atas endapan pasir sebagai hasil erosi.

2) Dune Adalah bukit pasir di kawasan pedalaman yang terjadi sebagai akhir hembusan angin di kawasan pasir yang luas.

3) Spit dan Bar. Spit yaitu material pasir sebagai proses pengendapan yang terdapat di muka teluk, berbentuk memanjang, dan salah satu ujungnya menyatu dengan daratan. Sedangkan ujung lain terdapat di laut. Bar yaitu punggungan pasir dan kerikil yang diendapkan sempurna diseberang teluk. Bila kafe ini menghubungkan dua pulau disebut tambolo.

4) Delta. Adalah bentukan dari proses pengendapan erosi yang di bawa oleh aliran sungai di kawasan pantai. Dalam proses sedimentasi/pengendapan ini akan menghasilkan batuan sedimentasi. Batuan sedimen juga sanggup diklasifikasikan menurut tenaga alam yang mengangkut dan tempat sedimen. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya ada empat macam sedimen yaitu : Sedimen Akuatis : pengendapan oleh air Sedimen Aeris (Aeolis) : pengendapan oleh angin Sedimen Glasial : pengendapan oleh es Sedimen Marine : pengendapan oleh air laut. Berdasarkan tempatnya ada 5 macam sedimen, yaitu : Teristris : pengendapan di darat Sedimen Fluvial : pengendapan di sungai Sedimen Limnis : pengendapan di rawa2 atau danau Sedimen Marine : pengendapan di bahari Sedimen Glasial : pengendapan di kawasan es. 

4. Pengangkutan Material (Mass Wasting)
Pengangkutan material (mass wasting) terjadi lantaran adanya gaya gravitasi bumi sehingga terjadi pengangkutan atau perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain. Proses mass wasting berlangsung dalam empat jenis pergerakan material.

1) Jenis pergerakan pelan (lambat). Rayapan merupakan bentuk dari jenis pergerakan lambat pada proses mass wasting. Rayapan yaitu gerakan tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan, dan biasanya sulit untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang cermat. Rayapan terbagi menjadi beberapa jenis.
a) Rayapan tanah. Yaitu gerakan tanah menuruni lereng.
b) Rayapan halus. Yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni lereng.
c) Rayapan batuan. Yaitu gerakan blok-blok secara individual yang menuruni lereng.
d) Rayapan batuan gletser (rock glatsyer creep). Yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni lereng.
e) Solifluksi (solifluction). Yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air menuruni lereng di dalam jalan masuk tertentu.

2) Jenis pergerakan cepat. Jenis pergerakan ini sanggup dibagi sebagai berikut :
a) Aliran tanah. Yaitu gerakan berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air menuruni teras atau lereng perbukitan yang kemiringannya kecil.
b) Aliran lumpur. Yaitu gerak puing batuan yang banyak mengandung air menuruni jalan masuk tertentu secara pelan hingga sangat cepat.
c) Gugur puing. Yaitu puing-puing batuan yang meluncur di dalam jalan masuk sempit menuruni lereng curam.

3) Longsor lahan (landslide). Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang gampang diamati, dan biasanya berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut sanggup dibagi menjadi :
a) Luncur. Yaitu gerakan penggelinciran dari satu atau beberapa unit puing batuan, atau biasanya disertai suatu putaran ke belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut terjadi.
b) Lonsor puing. Yaitu peluncuran puing batuan yang tidak terpadatkan, dan berlangsung cepat tanpa putaran ke belakang.
c) Jatuh puing. Yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang vertikal atau menggantung.
d) Lonsor batu. Yaitu massa batuan yang secara individu meluncur atau jatuh menuruni permukaan lapisan atau sesaran.
e) Jatuh batu. Yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari lereng curam,

4) Amblesan (subsidensi). Amblesan yaitu pergeseran tempat ke arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak menimbulkan pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi lantaran perpindahan material secara pelan-pelan di kawasan massa yang ambles.


5. Denudasi
Adalah proses yang menimbulkan perendahan relief daratan akhir longsor, pengerjaan insan dan lain sebagainya.
Tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan secara biologis, fisik, dan kimiawi. Terbentuknya tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1. Iklim
Unsur iklim pembentuk tanah yaitu unsur suhu dan curah hujan yang mempengaruhi pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimiawi.

2. Organisme
Organisme berperan dalam pembentukan tanah secara biologis. Aktivitas organisme mendekomposisi materi organik tanah mirip seresah daun dan ranting sehingga tanah kaya unsur hara.

3. Batuan Induk
Bahan utama pembentuk tanah yaitu batuan induk yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf. Jenis batuan induk memilih jenis tanah di wilayah tersebut. Susunan kimia dan mineral batuan induk mempengaruhi proses pelapukan batuan.

4. Relief/Topografi
Tinggi rendahnya permukaan bumi mempengaruhi tingkat erosi tanah oleh tenaga air. Topografi memilih jumlah material hasil erosi yang diendapkan. Topografi juga mempengaruhi ketebalan tanah.

5. Waktu
Waktu memilih perkembangan terbentuknya tanah ditunjukkan oleh ketebalan tanah. Berdasarkan perkembangannya tanah sanggup diklasifikasikan menjadi tanah muda, tanah tua, dan tanah dewasa.
1. Sifat Fisik Tanah
Sifat – sifat fisik dari tanah ini mencakup beberapa hal, berupa tekstur tanah, struktur, konsistensi tanah, warna, suhu, lengas, permeabilitas tanah, porositas tanah dan juga drainase tanah.

a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan dari partikel debu, pasir, serta lempung dalam suaut massa tanah. Tekstur tanah ini sangat mempengaruhi kemampuan tanah dalam hal daya serap air, ketersediaan air dalam tanah, infiltrasi dan juga laju pergerakan air.

b. Struktur Tanah
struktur tanah yaitu susunan atau pengikatan dari butir -butir tanah yang membentuk agregat tanah dalam banyak sekali bentuk, ukuran serta kemantapannya. Di lahan yang berupa rawa atau gurun, struktur tanah ini kurang atau tidak terbentuk dikarenakan butiran tanahnya yang sifatnya tunggal atau tidak terikat satu sama lain.

Selain itu, struktur tanah ini juga bisa berubah dari struktur tanah aslinya dikarenakan tindakan manusia. Misalnya saja, kegiatan para petani dalam melaksanakan pembajakan, pemupukan, serta pengolahan tanah yang bisa mengubah struktur tanah aslinya.

c. Konsistensi Tanah
konsistensi tanah merupakan sifat fisik tanah yang memperlihatkan besar kecilnya gaya kohesi dan adhesi tanah pada banyak sekali kelembapan. Sederhananya, konsistensi tanah bisa dipahami sebagai reaksi tanah ketika terdapat tekanan, mirip tanda-tanda gelincir, kegemburan, keliatan dan juga kelekatan tanah.

Konsistensi tanah ini dipengaruhi oleh tekstur tanah, kadar materi organik dari tanah, kadar koloid dan juga lengas tanah.

d. Warna Tanah
Warna tanah merupakan suatu hal yang bisa menjadi petunjuk dari beberapa sifat tanah lain. Penyebab umum dari adanya perbedaan warna permukaan tanah ini yaitu lantaran adanya perbedaan kandungan materi organik dalam tanah. Semakin tinggi kandungan materi organik, maka tanah akan semakin gelap warnanya.

e. Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan salah satu faktor yang kuat terhadap kegiatan mikrobiologi dan perkecambahan dari biji tanaman. Secara umum, semakin tinggi suhu suatu tanah hingga mencapai batasan tertentu, maka semakin meningkat pula kegiatan mikrobiologi dan perkecambahan yang bisa terjadi.

f. Langas Tanah
Langas tanah juga disebut sebagai kelembapan tanah. Langas tanah ini yaitu kandungan air yang mengisi sebagian atau seluruh pori -pori tanah yang terdapat di atas muka air tanah. Air yang ada di pori -pori tanah dan merupakan air tanah, tidak termasuk dalam lengas tanah ini. Pada dasarnya, seberapa pun keringnya tanah, di dalam tanah tersebut selalu terkandung lengas tanah (soil moisture).

g. Permeabilitas Tanah
Permeambilitas tanah merupakan kecepatan air dalam merembes ke dalam tanah secara horizontal dan vertikal melalui pori -pori tanah. Kecepatan absorpsi air ini dipengaruhi oleh tekstur tanah. Permeabilitas tanah juga diartikan sebagai kecepatan tanah dalam meresapkan air dalam kondisi jenuh.

h. Porositas Tanah
Porositas tanah merupakan perbandingan dari pori -pori dalam tanah terhadap volume massa tanah. Porositas tanah ini dinyatakan dalam presentase. Untuk tanah yang bisa dengan gampang atau cepat meresapkan air, maka tanah tersebut disebut tanah porous lantaran mempunyai rongga pori -pori yang diminan.

Tanah yang bersifat porous ini contohnya yaitu tanah berpasir. Tanah yang tidak bersifat porous contohnya tanah lempung.

i. Drainase Tanah
Drainase tanah yaitu kemampuan tanah dalam mengalirkan serta mengatuskan kelebihan air yang ada di dalam tanah atau di permukaan tanah. Tanah yang mempunyai drainase jelek akan mengakibatkan air cenderung menggenang.

Untuk mengatasi hal ini, pada tanah tersebut perlu dibuat jalan masuk air. Hal yang sanggup mempengaruhi terjadinya genangan air ini di antaranya yaitu topografi tanah, air tanah yang dangkal dan curah hujan.

2. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah ini mencakup beberapa hal yakni materi organik, unsur hara dan juga pH tanah.

a. Bahan Organik
Bahan organik tanah ini terdiri dari sisa -sisa tumbuhan serta binatang yang ada di dalam tanah, pupuk hijau, pupuk kandang, kompos, kotoran dan lendir cacing, serangga, serta binatang -binatang besar lain. Kandungan materi organik tanah bisa dikenali dari warna tanahnya.

Tanah yang di dalamnya mengandung materi organik tinggi relatif akan mempunyai imbas warna tanah cokelat hingga hitam,

b. Unsur Hara
Unsur hara merupakan unsur -unsur kimia yang diharapkan oleh tumbuhan untuk tumbuh. Unsur hara yang disediakan oleh tanah ini dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai materi kuliner atau nutrisi. Sebab, tumbuhan juga membutuhkan unsur hara (esensial), di samping kebutuhan akan oksigen dan karbondioksida.

c. pH Tanah
pH tanah merupakan sifat kimia tanah memperlihatkan derajat keasaman dari tanah. pH tanah ini bisa disebut normal kalau nilainya berkisar 6,6 hingga 7,5. Pada pH tanah inilah, seluruh unsur hara tanah yang penting, mirip nitrogen tersedia dengan baik.

Sedangkan bila tanah pada kondisi sangat asam dengan pH kurang dari 4,0, maka reaksi kimia dalam tanah bisa mengakibatkan unsur -unsur dalam tanah mirip unsur AI, Mn dan Fe jadi mempunyai konsentrasi tinggi. Akibatnya, hal ini justru bisa bersifat meracuni.

3. Sifat Biologi Tanah
Sifat biologi tanah ini dibuat oleh zat padat tanah yang berupa partikel -partikel tanah, materi -bahan organik serta organisme tanah. Sifat biologi tanah dipengaruhi oleh beberapa unsur, mencakup :

a. Total Mikroorganisme Tanah
Ini merupakan jumlah total dari mikroorganisme yang ada dalam tanah yang kuat terhadap tingkat kesuburan tanah. Ketersediaan mikroorganisme dalam jumlah yang tinggi memperlihatkan adanya keseimbangan komponen di dalam tanah. Komponen yang dimaksud antara lain mirip suplai makanan, energi serta temperatur yang cukup.

b. Jumlah Fungi atau Jamur Tanah
Jumlah fungi atau jamur tanah merupakan ketersediaan dari fungi di dalam tanah yang berperan dalam membantu dekomposisi materi organik pada tanah yang bersifat asam.

c. Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)
Jumlah basil pelarut fosfat ini merupakan basil tanah yang berperan dalam mempengaruhi perubahan organik dengan cara melarutkan kandungan fosfat yang ada dalam tanah.

d. Total Respirasi Tanah
Total respirasi tanah merupakan pengukuran dari respirasi tanah yang akan memilih tingkat kegiatan mikroorganisme tanah. Jika tingkat sirkulasi tanah semakin tinggi, maka jumlah organisme tanah juga akan semakin banyak.

Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanaha kan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda.

Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa hebat mengklasifikasikan tanah dengan penjabaran yang berbeda.


Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi lantaran endapan lumpur biasanya yang terbawa lantaran aliran sungai.

Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir lantaran dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu.

Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija mirip jagung, tembakau dan jenis tumbuhan lainnya lantaran teksturnya yang lembut dan gampang digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja yang keras untuk mencangkulnya.

Tanah aluvial terdapat di pantai timur Sumatera serta di sepanjang Sungai Barito, Sungai Mahakam, Sungai Musi, Sungai Citarum, dan Sungai Bengawan Solo.

Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah vulkanik dimana terbentuk lantaran adanya proses vulkanisme pada gunung berapi. Tanah ini sangat subur dan baik untuk tanaman.

Warna dari tanah andosol coklat keabu-an. Tanah ini sangat kaya dengan mineral, unsure hara, air dan mineral sehingga sangat baik untuk tanaman.

Tanah ini sangat cocok untuk segala jenis tumbuhan yang ada di dunia. persebaran tanah andosol biasanya terdapat di kawasan yang akrab dengan gunung berapi.

Persebarannya di kawasan lereng gunung api Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok

Tanah entisol merupakan saudara dari tanah andosol namun biasaya merupakan pelapukan dari material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi mirip debu, pasir, lahar, dan lapili.

Tanah ini juga sangat subur dan merupakan tipe tanah yang masih muda.

Tanah ini biasanya ditemukan tidak jauh dari area gunung berapi bisa berupa permukaan tanah tipis yang belum mempunyai lapisan tanah dan berupa gundukan pasir mirip yang ada di pantai parangteritis Jogjakarta.

Persebaran tanah entisol ini biasanya terdapat disekitar gunung berapi mirip di pantai parangteritis Jogjakarta, dan kawasan jawa lainnya yang mempunyai gunung berapi.

Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Kandungan organic di dalamnya rendah lantaran dari batuan kapur jadi sanggup disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman.

Tekstur tanahnya kering dan gampang pecah terutama ketika demam isu kemarau dan mempunyai warna hitam. Ph yang dimiliki netral hingga alkalis.

Tanah ini biasanya berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan bahari dan mempunyai bentuk topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu pada kawasan yang terdapat tanah grumusol sangat kasatmata ketika panas dan hujan.

Persebarannya di Indonesia mirip di Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati, Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa Tenggara Timur.

Karena teksturnya yang kering maka akan elok kalau ditanami vegetasi kuat mirip kayu jati.

Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan. Mengandung banyak unsur hara dan mineral dan sangat subur.

Tanah Humus sangat baik untuk melaksanakan cocok tanam lantaran kandungannya yang sangat subur dan baik untuk tanaman.

Tanah ini mempunyai unsur hara dan mineral yang banyak lantaran pelapukkan tumbuhan hingga warnanya agak kehitam hitaman.

Tanah ini terdapat di kawasan yang ada banyak hutan. Persebarannya di Indonesia mencakup kawasan Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian wilayah dari Sulawesi.

Inceptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna agak kecoklatan dan kehitaman serta gabungan yang agak keabu-abuan. Tanah ini juga sanggup menopang pembentukan hutan yang asri.

Ciri-ciri tanah ini yaitu adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari 25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik.

Tanah ini cocok untuk perkebunan mirip perkebunan kelapa sawit.Serta untuk banyak sekali lahan perkebunan lainnya mirip karet.

Tanah inseptisol tersebar di banyak sekali derah di Indonesia mirip di sumatera, Kalimantan dan papua.

Tanah laterit mempunyai warna merah bata lantaran mengandung banyak zat besi dan alumunium. Di indonesia sendiri tanah ini tampaknya cukup fimiliar di banyak sekali daerah, terutama di kawasan desa dan perkampungan.

Tanah laterit termasuk dalam jajaran tanah yang sudah bau tanah sehingga tidak cocok untuk ditanami tumbuhan apapun dan lantaran kandungan yang ada di dalamnya pula.

Persebarannya sendiri di Indonesia mencakup Kalimantan, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia, tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf.

Ciri-ciri dari tanah latosol yaitu warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya lempung dan mempunyai solum horizon.

Persebaran tanah litosol ini berada di kawasan yang mempunyai curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi pula serta pada ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut.

Tanah latosol tidak terlalu subur lantaran mengandung zat besi dan alumunium.

Persebaran tanah latosol di kawasan Sulawesi, lampung, Kalimantan timur dan barat, Bali dan Papua.

Tanah litosol merupakan tanah yang gres mengalami perkembangan dan merupakan tanah yang masih muda.

Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan adanya vulkanisme.

Untuk menyebarkan tanah ini harus dilakukan dengan cara menanam pohon supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup.

Tekstur tanah litosol majemuk ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir.

Biasanya terdapat pada kawasan yang mempunyai tingkat kecuraman tinggi mirip di bukit tinggi, nusa tenggara barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan Sulawesi.

Seperti dengan namanya tanah kapur berasal dari batuan kapur yang mengalami pelapukan.

Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan tidak bisa ditanami tumbuhan yang membutuhkan banyak air.

Namun kalau ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan usang mirip pohon jati dan pohon keras lainnya.

Tanah kapur tersebar di kawasan yang kering mirip di gunung kidul Yogyakarta, dan di kawasan pegunungan kapur mirip di Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur.

Hampir sama dengan tanah kapur, jenis tanah ini juga berasal dari kapur, namun dicampur dengan banyak sekali materi lainnya yang membedakan yaitu ia lebih mirip mirip pasir.

Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir dan tanah liat dan mengalami pembentukan dengan pinjaman hujan namun tidak merata.

Tanah ini subur dan bisa ditanami oleh persawahan dan perkebunan. Selain itu juga terdapat banyak mineral dan air di dalamnya.

Tanah ini banyak terdapat di kawasan dataran rendah mirip di Solo (Jawa Tengah), Madiun dan Kediri (Jawa Timur).

Tanah organosol terbentuk dari pelapukan benda organic mirip tumbuhan, gambut dan rawa.

Biasanya terdapat di kawasan yang mempunyai iklim berair dan mempunyai curah hujan tinggi.

Ketebalan dari tanah ini sangat minim hanya 0.5 mm saja dan mempunyai diferensiasi horizon yang jelas, kandungan organic di dalam tanah organosol lebih dari 30% dengan tekstur lempung dan 20% untuk tanah yang berpasir.

Kandungan unsur hara rendah dan mempunyai tingkat kelembapan rendah (PH 0,4) saja.

Tanah ini biasanya ditemukan di kawasan pantai dan hampir tersebar di seluruh pulau di Indonesia mirip sumatera, papua, Kalimantan, jawa, Sulawesi dan nusa tenggara.

Tanah oxisol merupakan tanah yang kaya akan zat besi dan alumunium oksida. Tanah jenis ini juga sering kita temui di kawasan tropis di Indonesia dari kawasan desa hingga perkotaan.

Ciri-ciri dari tanah oxisol ini antara lain yaitu mempunyai solum yang dangkal dan ketebalannya hanya kurang dari 1 meter saja.

Warnanya merah hingga kuning dan mempunyai tekstur halus mirip tanah liat.

Biasanya terdapat di kawasan beriklim tropis berair dan cocok untuk perkebunan subsisten mirip tebu, nanas, pisang dan tumbuhan lainnya.

Tanah padas sebetulnya tidak juga bisa dibilang sebagai tanah lantaran sangat keras hampir mirip dengan batuan.

Hal ini dikarenakan kandungan air didalamnya hampir tidak ada lantaran tanah padas sangat padat bahkan tidak ada air.

Unsur hara yang ada di dalamnya sangat rendah dan kandungan organiknya sangat rendah bahkan hampir tidak ada. Tanah padas tidak cocok dipakai untuk bercocok tanam.

Jenis tanah ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia secara merata.

Seperti dengan namanya tanah pasir merupakan pelapukan dari batuan pasir.  Tanah ini biasanya banyak di kawasan sekitar pantai atau kawasan kepulauan.

Tanah pasir tidak mempunyai kandungan air dan mineral lantaran teksturnya yang sangat lemah. Tanah pasir akan sangat gampang ditemukan di kawasan yang berpasir di Indonesia.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia yaitu salah satu negara dengan jumlah tanah pasir terluas di dunia. Jenis tumbuhan yag cocok untuk tanah ini yaitu umbi-umbian.

Hampir seluruh wilayah di Indonesia mempunyai persebaran tanah pasir.

Tanah podsol mempunyai banyak sekali gabungan tekstur mulai pasir hingga bebatuan kecil.

Ciri-ciri dari tanah podsol antara lain tidak mempunyai perkembangan profil, warnanya kuning hingga kuning keabuan serta mempunyai tekstur pasir hingga lempung.

Kandungan organiknya sangat rendah lantaran terbentuk dari curah hujan yang tinggi tapi suhunya rendah.

Persebaran tanah ini antara lain mencakup Kalimantan utara, Sulawesi utara dan papua serta kawasan lainnya yang tidak pernah kering alias selalu basah.

Tanah ini sangat gampang ditemukan di seluruh wilayah Indonesia lantaran persebarannya yang hampir rata.

Tanah ini bewarna merah hingga kuning dan kandungan organic serta mineralnya akan sangat gampang mengalami pembersihan oleh air hujan.

Oleh lantaran itu untuk menyuburkan tanah ini harus ditanami tumbuhan yang memperlihatkan zat organic untuk kesuburan tanah serta pupuk baik hayati maupun hewani.

Tanah ini sanggup dipakai untuk perkebunan dan persawahan serta sanggup ditemukan di Sumatera, Sulawesi, Papua, Kalimantan dan Jawa terutama jawa cuilan barat.

Tanah liat yaitu jenis tanah yang terdiri dari gabungan dari aluminium serta silikat yang mempunyai diameter tidak lebih dari 4 mikrometer.

Tanah liat terbentuk dari adanya proses pelapukan batuan silika yang dilakukan oleh asam karbonat dan sebagian diantaranya dihasilkan dari kegiatan panas bumi.

Tanah liat tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia secara merata. Biasanya dipakai untuk menciptakan kerajinan hingga keperluan lainnya.

Tanah liat biasanya mempunyai warna bubuk abu pekat atau hampir mengarah ke warna hitam, biasanya terdapat di cuilan dalam tanah ataupun di cuilan permukaan.

Tanah liat hampir tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia, hanya yang membedakannya yaitu kedalaman tanah tersebut.

Selain 18 Jenis tanah ada 10 jenis tanah lainnya yang ada di Indonesia ataupun di dunia.

Kerusakan tanah yang sering terjadi yaitu erosi. Erosi merupakan suatu proses penghancuran tanah dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, gletser, dan gravitasi.

Erosi terjadi secara terus menerus bisa berdampak fatal terhadap kehidupan manusia.

Erosi ini akan mengakibatkan hilangnya banyak sekali mineral dan unsur hara yang sangat dibutuhkan bagi kesuburan tanah.

Oleh lantaran itu, diharapkan berabgai upaya semoga hal tersebut tidak terjadi atau paling tidak bisa berkurang dampak negatifnya.

Usaha ini dikenal dengan konservasi tanah atau pengawetan tanah. Tindakan konservasi tanah sebagai berikut.

1. Metode Vegetatif
Metode vegetatif merupakan perjuangan konservasi tanah dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai pencegahan terjadinya erosi, antara lain:

Reboisasi yaitu penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tumbuhan tahunan, mirip akasia, angsana, dan flamboyan.

Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu/kotoran di udara lapisan bawah.

Contour strip cropping atau penanaman secara kontur yaitu menanami lahan searah dengan garis kontur.

Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3-8%

Buffering atau penanaman tumbuhan epilog tanah yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras, mirip pinus, jati, dan cemara. Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat erosi, dan memperkaya materi organik tanah.

Strip cropping atau penanaman tumbuhan secara berbaris, yaitu melaksanakan penanaman banyak sekali jenis tumbuhan secara berbaris (larikan). 

Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin. 

Pada kawasan yang hampir datar jarak tumbuhan diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8% jarak tumbuhan dirapatkan. 

Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.

Crop rotation atau pergiliran tumbuhan yaitu penanaman tumbuhan secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. 

Jenis tanamannya diubahsuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga semoga kesuburan tanah tidak berkurang.

2. Metode Mekanis
Metode mekanis merupakan suatu cara yang mengandalkan pada teknik-teknik tertentu untuk mengolah tanah, antara lain:

Contour village yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar resapan air.

Pembuatan tanggul dilakukan sejajar dengan kontur. Fungsinya semoga sanggup tertampung dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul sanggup ditanami palawija.

Terassering yaitu menciptakan teras-teras pada lahan miring dengan lereng yang panjang. 

Fungsinya untuk memperpendek sepanjang lereng, memperbesar resapan air, dan mengurangi erosi.

Saluran drainase dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng pendek sehingga aliran sanggup diperlambat dan mengatur aliran air hingga ke sungai.

3. Metode Kimia
Metode kimia dilakukan dengan memakai materi kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah).

Tanah dengan struktur yang mantap tidak gampang hancur oleh pukulan air hujan sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (run off) tetap kecil.

Penggunaan materi kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan. Walaupun cukup efektif, biayanya mahal.

Sekarang ini umumnya masih dalam tingkat percobaan-percobaan. Beberapa jenis materi kimia yang sering dipakai untuk tujuan ini, antara lain bitumen dan krilium.

Emulsi dari materi kimia tersebut dicampur dengan air, contohnya dengan perbandingan 1:3, kemudian dicampur dengan tanah.

Berbagai metode konservasi tanah ini akan sangat efektif bila dilaksanakan secara bersama-sama.

Misalnya, metode vegetatif dan mekanis lantaran kedua metode ini saling mendukung

Related : Dinamika Litosfer Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

0 Komentar untuk "Dinamika Litosfer Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)