Dewasa ini, bertambah banyak inovator-inovator perkasa yang lahir, begitu pun dengan para kreator. Tapi sayangnya siklus ini juga diikuti dengan timbulnya para plagiator dan follower. Berarti ada perkembangan juga ada kekurangan. Di satu segi kita besar hati dengan lahirnya para inovator juga kreator, segi lain, memanggil miris menyaksikan lebih banyak yang menjadi plagiator ato malah berpuas selaku follower.
Saya pernah baca kalo daya tampung otak insan itu lebih besar ketimbang hard disk berskala tetabyte. Dan katanya, hingga insan mati, daya yang di pakai otak untuk menyimpan memori dan melakukan pekerjaan itu tidak sampe seperempatnya. Einstein saja yang katanya insan terpintar "cuma" memakai sepertiga kesanggupan memori otaknya. Simpel kata, di saat mati, otak kita masih banyak menyisihkan space yang belum terpakai. Dan sungguh disayangkan sekali, dengan daya tampung otak yang sebesar itu, kita cuma dapat menjadi plagiator/follower.
Kalo menurut saya sih sungguh disayangkan di saat kita cuma bisa memplagiat atau cuma membisu bertepuk tangan selaku follower sementara banyak hal yang dapat kita lakukan. Oiya, sebelum lanjut, mendukung suatu karya itu beda lho dengan menjadi follower. Pun berinovasi alasannya pans menyaksikan orang berhasil juga beda dengan plagiator, terlebih di Indonesia.
Jadi pada dasarnya Broo, sebaik sebaik cipataan yang diciptakan apabila mengikuti seratus persen pengikut yang diidam idamkan maka kerja keras yang dijalankan akan sia – sia saja, alasannya sebaik baik karya merupakan hasil buata sendiri bukan mengcopy paste karya orang lain, lain halnya untuk menjadi suatu reverensi saja atau diambil inti – pada dasarnya saja dalam pembuata postingan misalnya.
Lalu bagaimana dengan saya?
Dari dahulu saya menjajal menekankan pada diri sendiri untuk lebih menekan otak pada titik batas tertinggi. Mencoba lebih inovatif dan inovatif. Meyakinkan diri saya untuk bisa dan bisa. Kalau orang lain bisa kreatif, kenapa kita ga? Toh otak insan dimana-mana sama kok, baik ukurannya, materi dasarnya, juga posisinya. Yang membedakan cuma cara kita untuk menggunakannya. Juga mindset kita terhadap otak.
Saya suka mencontek desain orang, namun bukan untuk di pakai mentah-mentah. Saya coba sederhanakan atau malah saya buat lebih besar kalau mampu. Saya suka mencari referensi, bukan tuk di copy paste, namun cuma selaku contoh pola yang dapat diperbaiki atau di buat lebih baik.
Kalo kita dapat menjadi seorang kreator, buat apa menjadi plagiator? Dengan menjadi kreator, karya situ di kenang sepanjang masa dan juga memberi nafas baru. Menjadi plagiator? Cuma kebanggaan sesaat kemudian jatuh dan tak dikenal. Lagian menjadi suatu kehinaan buat saya kalo hidup cuma untuk memplagiat karya orang. Plagiator cuma menyediakan dua hal, apakah beliau tidak kreatif, ato malah tak punya ciri khas, makanya memplagiat.
Menjadi inovator lebih baik malah, alasannya situh di tuntut senantiasa keluar dengan wangsit dan ajaran segar, kadang gila. Ini juga menciptakan otak situh sepuluh kali lebih baik ketimbang yang lain, alasannya senantiasa diasah dan berpikir. Inovator ga pernah mati. Follower? Sekali situh "menasbihkan" diri menjadi follower, selamanya akan menjadi pengikut. Masa depan pengikut? Tak pernah lebih baik ketimbang seorang babu. Kenapa? situh mengekor. Situh mengikuti, bukan di ikuti.
Tapi kan jalan untuk menjadi kreator dan inovator itu susah! Emang iya!!, dan lagi emang ga ada yang simpel kalo ingin menjadi "sesuatu" atau "seseorang". Mau gampang? ya jadilah plagiator atau follower. Tugas situh cuman menggandakan dan bertepuk tangan serta berteriak amin.
Ciputra berhasil kenapa? Dia kreator. Kalo ditanya siapa entepreuner berhasil di Indonesia? Saya rasa kompak kita menjawab Ciputra. Bagaimana Ciputra memulai karier entepreneurnya? Ciputra muda cuma memelihara kambing, yang dirawat hingga beranak pinak hingga hasilnya di jual. Mendapat keuntungan, kemudian beliau berbelanja hewan yang bernilai lebih besar, dirawat kemudian di jual. Begitu terus siklusnya selama berpuluh tahun, hingga karenanya sukses. Tau mimpi mulanya Ciputra? Dia cuma ingin punya kerja keras yang besar dan stabil. Hasilnya? Lihat sendiri.
Aqua itu apaan? Itu merek jualan inovator. Sebelum ada Aqua, siapa sih yang hendak iseng memasarkan aer putih dalam botol plastik, sementara air di tampang bumi ini melimpah? Semua ga ada yang mau, namun Aqua mau. Dan hasilnya? Saat ini, setiap orang yang bicara air mineral niscaya menyebut Aqua.
Itu cuma contoh kecil. Masih banyak contoh faktual yang lain di sekeliling kita yang luar biasa dan lebih hebat. Kreator dan inovator yang pada mulanya di katain absurd alasannya wangsit gilanya. Mereka-mereka yang mulanya memperoleh istilah pemimpi yang karenanya sukses. Ya mereka-mereka itu yang berani berpikir out of the box. Dan untungnya masih banyak orang-orang menyerupai itu jaman sekarang, meski telah terimpit dengan para plagiator dan follower.
Mungkin kita masih hidup tanpa lampu kalo Edison ga iseng eksperimen. Mungkin kita masih aja surat-suratan kalo Bell mau main aman. Kita juga mungkin masih jalan kaki kalo aja si Ford ga kepikiran kendaraan bermesin. Dan juga mungkin ga ada yang namanya koran kalo si Julius Caesar tidak iseng menulis pada kerikil dan meningkatkan pada rakyatnya.
Iseng? iye, mulanya mereka iseng. Tapi iseng yang kreatif, iseng yang inovatif. Yang menghasilkan. Kita bisa ga? Bisa dong, lha wong otak kita sama, berat jenisnya sama, bahannya sama. Tinggal gimana kita menggunakannya
0 Komentar untuk "Jadilah Inovator Dan Jangan, Jadi Pengikut Jadilah Kreator Jangan Jadi Plagiator"