“Cita-citaku ingin jadi professor, cita-citaku ingin jadi presiden….” (salah satu kalimat dari syair lagu Ria Enes).
Cita-cita merupakan suatu impian dan hasrat seseorang akan masa depannya, bagi sebagian orang impian itu merupakan tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain impian itu hanyalah mimpi belaka. Bagi orang yang menganggapnya selaku tujuan hidupnya maka impian merupakan suatu impian yang sanggup mengkremasi semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang terang dan mantap dalam kehidupan ini sehingga ia menjadi suatu akselerator pengembangan diri tetapi bagi yang menilai impian selaku mimpi maka ia merupakan suatu impian belaka tanpa api yang sanggup mengkremasi motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa impian menyerupai air yang mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai membawanya. Manusia tanpa impian bagaikan seseorang yang sedang kesasar yang berjalan tanpa tujuan yang terang sehingga ia bahkan sanggup lebih jauh kesasar lagi. Ya, impian merupakan suatu rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari kerikil bata keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.
Bagaimanakah akibatnya nanti kalau kita memiliki beribu-ribu kerikil bata, berpuluh-puluh karung semen dan berkubik-kubik pasir serta bahan-bahan bangunan yang lain untuk menghasilkan rumah tetapi kita tidak punya rancangan maupun bayangan mirip apakah bentuk rumah itu nanti. Alhasil, mungkin kita akan mendapat rumah dengan bentuk yang aneh, simpel rubuh atau bahkan kita tidak akan pernah bisa menghasilkan suatu rumah pun.
Fenomena seseorang tanpa impian bisa dengan simpel kita temui, cobalah tanya terhadap beberapa orang siswa SMU yang gres lulus, akan melanjutkan studi di mana mereka atau apa yang hendak mereka laksanakan setelah mereka lulus. Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab tidak tahu, menjawab dengan rasa ragu, atau mereka menjawab mereka akan memutuskan suatu jurusan favorit di Perguruan Tinggi Negeri tertentu. Apakah jurusan favorit tersebut mereka pilih alasannya merupakan memang mereka tahu potensi mereka, tahu mirip apa citra lazim perkuliahan di jurusan tersebut dan peluang-peluang yang sanggup mereka raih kedepannya alasannya merupakan berkuliah di jurusan tersebut, sekedar ikut-ikutan teman, gengsi belaka, trend, alasannya merupakan mengikuti “anjuran” orang tua, atau bahkan asal pilih? Yang terjadi berikutnya merupakan di di saat perkuliahan sudah berlangsung, beberapa dari mereka ada merasa jurusan yang dipilihnya tidak cocok dengan apa yang ia bayangkan atau tidak cocok dengan kemampuannya. Boleh jadi setelah itu ia akan mengikuti cobaan lagi di tahun depan atau malas-malasan menimba ilmu dengan Indeks Prestasi Kumulatif alakadarnya. Sungguh suatu pemborosan terhadap waktu, ongkos dan tenaga.
Dahulu ada suatu tradisi kurung ayam, balita yang sudah berumur beberapa bulan dikurung dalam suatu kurungan ayam yang ditutuipi kain. Lalu di sekeliling kurungan tersebut disimpan aneka macam macam benda yang mewakili profesi mirip gitar (musisi),
spidol (pengajar/guru), sarung tinju (atlit), pesawat-pesawatan (pilot) dan lain-lain. Lalu orang bau tanah akan memperhatikan benda apakah yang pertama kali diambil oleh balita tersebut, kalau ia mengambil terompet maka orang bau tanah akan berasumsi sang bayi kelak akan menjadi seorang musisi atau potensial menjadi seorang musisi. Namun sepertinya adab seperti ini jarang dijalankan lagi. Nilai yang sanggup diambil dari tradisi seperti ini merupakan bahwa orang bau tanah memiliki peranan penting dalam memfasilitasi anaknya untuk mengeksplorasi talenta dan minat yang dipunyainya. Dan menolong untuk berbagi potensi yang dimilikinya.
Cita-cita bukan cuma terkait dengan suatu profesi tetapi lebih dari itu ia merupakan suatu tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang terkenal, mengelilingi dunia, memiliki prestasi yang anggun dan segudang impian lainnya. Namun seorang muslim pastinya akan menempatkan cita-citanya di daerah yang paling tinggi dan mulia yakni menggapai keridhaan Allah.
https://loker.paperplane-tm.site/search?q=arti-sebuah-cita-cita
0 Komentar untuk "Arti Suatu Cita-Cita"