Ingatlah, Darimana Kita Lahir Dan Kemana Kita Akan Kembali

Hari-hari yang kita lalui tak terasa hingga terhadap hitungan umur yang keberapa? Tak terasa kita berada di titik kehidupan dunia yakni mati.

Mati bukanlah tamat dari segalanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur'an surah Ali Imran ayat 185 yang artinya: " Tiap-tiap yang berjiwa akan mencicipi mati. Dan sebenarnya pada hari tamat zaman sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia sudah beruntung. Kehidupan ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."

hari yang kita lalui tak terasa hingga terhadap hitungan umur yang keberapa Ingatlah, Darimana Kita Lahir dan Kemana Kita Akan Kembali


Tentu kita menyadari sebuah di saat maut akan datang. Kedatangan yang tidak seorangpun tahu. Untuk itu kita mesti mengantisipasi sejak dini. Kita mesti menawarkan perbekalan hingga selamat hingga tujuan. Dengan berbekal kepercayaan dan taqwa, mata air kebaikan akan terpancar dari lubuk hati, lahirlah kebenaran dalam jiwa-jiwa yang tulus sarat keseriusan dan tahan ujian. Setiap muslim tidak mungkin sanggup melintasi jalan kehidupan dengan baik tanpa mengerti Islam dan semua tuntunannya. Ilmu merupakan pangkal setiap amal.

Tanpa mengerti Islam, seseorang tak mungkin sanggup bersifat islami. Melalui buku-buku islami, majalah islami, pengajian, khutbah, dan lain-lain kita bisa menggali ilmu. Bila kepercayaan dan taqwa sudah ada di dada, segala kemudahan, rezeki yang berkah niscaya Allah berikan.

Rezeki yang berkah merupakan walau sedikit bisa merasa cukup dan menghadirkan kebaikan serta kebahagiaan. Rezeki dan harta yang tidak berkah (dari korupsi, manipulasi dan lain-lain), meskipun banyak dikumpulkan sejak lama, tetapi akan hilang sekejap mata bareng segala kegelisahan dana perasan takut senantiasa hadir di dalam hatinya. Susungguhnya kita dan alam ini milik Allah dan akan kembali terhadap Allah, "innaalillaahi wa innailaihi raaji'uun."

Kita mesti banyak berfikir dan mengoreksi diri. Mengapa Allah SWT belum memamerkan fasilitas dan belum memamerkan kebaikan pada kita? Jawaban ada di hati kita. Hati kita dan segala perbuatan kita belum merefleksikan apa yang diharapkan Allah.

Hati kita belumlah bersih. Hati kita mati terhadap kebenaran yang ada. Shalat saja, bersujud menyembah Allah masih ogah-ogahan. Ketika melaksanakannya diiringi kemalasan yang amat sangat.

Kita memamerkan keperluan hidup istri dan anak kita saban hari di samping selaku keharusan dan hak alasannya merupakan ada timbal balik berupa kebahagiaan dan kesegaran hati. Pernahkah berpikir memamerkan timbal balik terhadap Allah? Mengapa kita cuma berakal menuntut hak terhadap Allah sedangkan kewajibannya terabaikan?

Padahal kita mengerti; umur, nyawa, tubuh sehat, anak istri dan semuanya merupakan Allah yang memberikan. Sedangkan Allah tidak menuntut apa-apa dari kita. Allah cuma minta disembah dan segala acara kita sehari-hari sesuai hukum Allah.

Kita juga mengerti bahwa shalat merupakan tiang agama, bahkan merupakan ibadah yang paling besar nilainya dan paling favorit oleh Allah. Shalat merupakan ibadah yang paling gampang dilaksanakan. Sehingga tidak ada argumentasi bagi insan untuk meninggalkan shalat. Apabila tidak ada air wudhu atau tidak terkena air maka bisa dengan debu bertayamum. Apabila tidak tidak dapat bangun maka boleh sambil duduk. Apabila tidak dapat duduk maka boleh sambil berbaring. Apabila tidak dapat berbaring maka boleh shalat dalam hati. Dan apabila tidak dapat shalat dalam hati maka giliran ia disholatkan.

Jika shalat dijalankan terstruktur lima waktu, niscaya kesehatan akan terjaga, baik sehat tubuh maupun sehat hatinya. Dan Allah pun akan menjamin kehidupannya dengan ketenangan, kecukupan dan kebahagiaan. Sesungguhnya nilai hamba di segi Allah merupakan yang paling taqwa.

Berfikir, dan teruslah berfikir. Dari mana kita lahir dan ke mana kita akan kembali. Kita lahir dari setetes air yang hina, telanjang, kurang berakal tanpa mengerti apa-apa. Dan kitapun akan kembali mati tidak akan ada yang dibawa, selain selembar kain murahan.

Hanya iman, taqwa, amal shaleh serta bawah umur yang shaleh yang dapat mendoakan orang tuanya, itulah kekayaan yang berharga. Oleh-oleh tiada terkira besarnya.

Dahulu di saat kita di alam kandungan tidak mengenali mengenai dunia alasannya merupakan kita belum mencicipi dunia. Kita tidak pernah mengenali faedah panca indera, kita tidak mengenali faedah kaki maupun tangan kita. Dan sekarang di dunia sanggup mengambil pelajaran, bahwa kita tidak tahu niscaya mengenai darul abadi alasannya merupakan kita belum mati.

Belum banyak tahu faedah shalat terlebih kalau dilakukan secara berjamaah, belum tahu faedah shadaqah, belum banyak tahu faedah salam, dan semua acara kehidupan kita sehari-hari yang bernilai ibadah dari yang paling besar berjihad, hingga terhadap yang terkecil mencampakkan duri dijalanan. Betapa bahagianya apabila kita masuk syurga dan betapa sengsaranya apabila kita masuk neraka. untuk itu jangan hingga kita menyesal sehabis kita mati di alam darul abadi kelak.

Amru bin Ash kawan Rasulullah saw menjelang kematiannya, membisikkan terhadap anaknya:" Demi Allah, wahai anakku, kurasakan tubuh ini menyerupai dalam sumur api. Hidung seakan menyempit, nafas bagaikan hembusan angin dari celah lubang jarum. Roh ditarik dari telapak kaki hingga otak bagai melintasi ranting berduri."

Sampailah waktunya maut niscaya akan datang, malaikat maut secepatnya menjelang. Dicabut nyawa tiada terbilang sakit dinikmati bukan kepalang. Air tujuh lautan mau diteguk, sebesar tujuh bumi rasa lapar merobek usus. Kulit tampang terkelupas sakit bagai disiram air cuka. Mati iti terlalu sakit, di dalam kubur terlalu sempit. Ular dan kala jengking tiba menggigit, papan dan bumi akan menghimpit. Setelah masuk ke dalam bumi Munkar dan Nakir tanyakan diri. Tiada terjawab amalan sendiri, dipukul malaikan ke dasar bumi. Tiada berkhasiat harta, kawan, karib, dan sanak saudara.

Banyak sekali nasehat-nasehat di sekeliling kita misalnya; apabila ada gunjingan duka-cita atas kematian yang menimpa tetangga, sobat atau sanak saudara, di situ malaikat Isroil mengingatkan kita kalau kematian sebuah di saat akan menjemput. Kalau kita melalui menyaksikan kuburan, di situ ada nasehat bahwa kita niscaya akan menyusul kelak. Sesungguhnya nasehat akan sungguh berfaedah bagi manusia-manusia yang bijaksana dan yang terbuka mata hatinya.

Kita sadar betul apa yang sudah digariskan Allah SWT terhadap hamba-Nya. Kematian akan mengingatkan kita apabila kita terlalaikan oleh kesenangan dunia dan segala wujudnya. Apabila sang maut tiba maka tidak sanggup dielak lagi. Tak bisa ditawar-tawar sekalipun oleh seorang raja.

Sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya:" Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melewatkan darai mengenang Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang sudah kami berikan kepadamu sebelum tiba kematian terhadap salah seorang diantara kamu, lalau ia berkata: wahai Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku hingga waktu yang dekat. Yang memunculkan saya sanggup bershodaqah dan saya tergolong orang-orang yang shaleh. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila tiba waktu kematian. Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan."(QS.Al-Munafiquun:9-11)

Kematian merupakan kehidupan yang hendak dinikmati selama-lamanya, di mana kenikmatan akan abadi dinikmati oleh mereka yang bertaqwa, dan siksa pedik ditunggu mereka yang durhaka. Ada orang yang terus terlena hingga sang maut tiba menjemput, Hingga penyesalan itu tiada berkhasiat lagi, bila sang maut sudah datang. Sementara bagi yang menyadarinya mereka mengerti bahwa kehidupan dunia hanyalah selaku medan haluan dan daerah persinggahan.

Dunia bukanlah tujuan melainkan ladang daerah tempat untuk bertanam amal kebajikan mudah-mudahan bisa dipetik di syurga kelak. Sedangkan hunia yang kekal merupakan di negeri darul abadi nanti. Hari-hari akan dialuinya dengan keimanan dan kesungguhan. Dengan amal dan keikhlasan. Tiada lagi rasa sesak kaki melangkah. Cobaan dalam kehidupan bahkan menjadi pemacu dirinya untuk berjuang. Kesulitan terasa ringan bahkan terasa cantik bila diikuti dengan keimanan dan keikhlasan. Satu kepercayaan tertanam dalam dirinya niscaya Allah akan tetap membantu hamba-Nya. Karena sebenarnya pinjaman Allah itu amat akrab bagi orang-orang yang tetap istiqamah di jalan-Nya.

Jika sang maut tiba menjemput, disambutnya dengan senyum dan keridhoan. Sebagai wujud keinginannya untuk secepatnya berjumpa dengan yang paling dicintai dan dikasihinya yakni Allah SWT dan Rasulullah saw. Tiada keraguan dalam hatinya. Dia akan kembali terhadap pemiliknya dengan ridho dan diridhoi oleh Allah.

Akhir kata, Mati bukan tamat segalanya, tetapi perlu kesiapan segalanya.

Wallahu a'lam bishawab.
Sumber https://www.kabarmakkah.com

Related : Ingatlah, Darimana Kita Lahir Dan Kemana Kita Akan Kembali

0 Komentar untuk "Ingatlah, Darimana Kita Lahir Dan Kemana Kita Akan Kembali"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)