Prostitusi Online
“Serakah membutakan hati”, begitulah kiranya kalimat singkat yang sanggup mewakili citra kondisi bangsa cukup umur ini. Keinginan memiliki kekayaan yang melimpah menghasilkan insan silau dan lupa pada kebenaran. Pesatnya kemajuan tekhnologi membuat lebih gampang jerih payah dalam menghimpun pundi-pundi rupiah, tak menjadi sebuah kesalahan jikalau cara yang dijalankan sesuai hukum main.
Satu dekade belakangan, memang sedang menjamur bisnis berbasis tekhnologi online, namun yang perlu diperhatikan, ada sebagian golongan yang mempergunakan kedigdayaan tekhnologi ini untuk bikin puas nafsunya mencari kenikmatan dunia. Sebut saja “bisnis” pengerjaan website-website yang berujung pada praktek prostitusi online. Masalah seperti ini kian marak terjadi, makin mutakhir tekhnologi kian “kreatif” pula dimanfaatkan.
Uang berlarian menghampiri dengan mudahnya, siapa yang tidak tergiur dengan penghasilan puluhan juta per pekan? bahkan omzet mereka sanggup meraih angka ratusan juta, tak sadar yang dijalankan yaitu dosa besar. Sempat ramai belum usang ini, salah satu pemerintah kawasan mencanangkan ide untuk melokalisasi prostitusi, apapun maksud dari ide tersebut, yang terperinci ini bukan solusi.
Prostitusi kian marak, apalagi di kota-kota besar, tak usah jauh-jauh di kawasan sekitar kawasan Sentul, terjadi urusan prostitusi via aplikasi whatsapp, polisi setempat melakukan peyelidikan pada beberapa bulan lalu. Degan cara menyerupai ini, prostitusi kian ketat dilacak, sebab mereka tak butuh lagi base camp, semua sanggup terjadi by one click, dan rupiah pun sanggup mereka kantongi.
Selain haus akan kekayaan, boleh jadi ada hidden goal dari para cecunguk prostitusi itu untuk melakukan dekadensi adab bagi anak bangsa. Dengan kedigdayaan perangkat tekhnlogi, gampangnya mengakses situ-situs terlarang yang terdiri dari blue film menghasilkan para remaja yang kondisi psikologisnya masih labil menjajal untuk mencarinya. Awalnya ini cuma urusan bisnis, kemudian menjelma permasalahan sosial.[1]
Bagi sebagian dari pelaku, melakukan hal seperti ini sebab keterpaksaan desakan ekonomi, tergiur dengan duit jutaan yang mereka dapatkan tanpa sering mengusap keringat. Memang betul kefakiran itu sungguh akrab dengan kekufuran, sampai membutakan hati pelakunya. Yang menghasilkan miris, mengenali bahwa tidak sedikit dari mereka yaitu orang yang notabenenya mengakui selaku muslim, dimana agama mereka letakan? Bukankah telah terperinci ada al-Qur`an selaku pedoman?
Kemudian, mengapa mereka itu rela `izzah nya tergadaikan cuma sebab harta? Bagaimana implementasi penyelesaian yang dipersiapkan al-Qur`an untuk kondisi menyerupai ini? Kiranya itulah yang mau menjadi inti pembahasan
0 Komentar untuk "Prostitusi Online (1)"