Wajah Indon yaitu wajah kita sendiri. Istilah Indon sangat terkenal di Malaysia, yaitu sebutan untuk warga negara Indonesia yang ada di Malaysia. Sebutan tersebut yaitu olok-olokan terhadap warga Indonesia yang dianggap insan kelas dua.
Semua pembantu rumah tangga, pekerja kasar, kuli bangunan, pekerja di kebun-kebun sawit umumnya berasal dari Indonesia sehingga terpatri di benak orang Malaysia bahwa setiap warga Indonesia yaitu pekerja kasar. Pencitraan ini tentu sangat menyakitkan lantaran menyangkut kehormatan bangsa.
Sebelum istilah Indon ada, nampaknya terkait huruf bangsa Indonesia sebagaimana yang disebutkan oleh Mochtar Lubis (1986). Beliau pernah mencoba mengidentifikasi sejumlah ciri wajah bangsa Indonesia, yaitu:
Semua pembantu rumah tangga, pekerja kasar, kuli bangunan, pekerja di kebun-kebun sawit umumnya berasal dari Indonesia sehingga terpatri di benak orang Malaysia bahwa setiap warga Indonesia yaitu pekerja kasar. Pencitraan ini tentu sangat menyakitkan lantaran menyangkut kehormatan bangsa.
Sebelum istilah Indon ada, nampaknya terkait huruf bangsa Indonesia sebagaimana yang disebutkan oleh Mochtar Lubis (1986). Beliau pernah mencoba mengidentifikasi sejumlah ciri wajah bangsa Indonesia, yaitu:
- Manusia Indonesia munafik dan hipokrit. Berpura-pura, lain di muka lain di belakang. Ciri ini nampaknya masih menjelaga pada wajah kita. Kita semua mengutuk korupsi, tetapi kita terus saja melaksanakan korupsi dari hari ke hari korupsi bertambah besar saja. Para pejabat yang di muka berkata sebagai orang yang terbuka dan berpikir positif, tetapi setiap hari selalu ngedumel ke sana kemari. Ciri orang yang suka ngedumel yaitu bukti adanya perilaku hipokrit terhadap apa yang ia akui sebagai orang yang terbuka. Di siang hari ia berbicara dan mengakui dirinya sebagai orang yang berpikir positif, tetapi di sore hari ia terus menerus berprasangka jelek terhadap orang lain sampai memuncak menjadi fitnah.
- Manusia Indonesia segan dan enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, putusannya, kelakuannya, atau pikirannya. Kata-kata "bukan saya" yaitu kalimat yang terkenal di verbal insan Indonesia. Manusia macam ini selalu berusaha meminta dukukang orang lain dikala bertindak sesuatu. Ketika ada orang yang mendukung pendapatnya, barulah ia akan melaksanakan keputusannya. Ketika di tamat dongeng ternyata keputusannya salah, maka ia akan menyalahkan orang lain sebagai kambing hitam. Ia akan berkata "ini bukan keputusan saya, tetapi keputusan itu yaitu menurut janji bersama". Ia berkelit dan ia tidak mengakui terhadap keputusan yang diambilnya tadi. Sebaliknya bila keputusannya ternyata benar, maka ia akan berbangga diri. Ia akan berkata kepada semua orang bahwa tindakannya merupakan keberhasilan dirinya sendiri (tanpa ada tugas dari orang lain). Ciri lain dari orang yang tidak bertanggungjawab yaitu selalu memberi motivasi kepada orang lain supaya bekerja lebih giat, sedangkan urusan keuangan dan atau yang menyangkut laba akan diurus oleh dirinya sendiri dengan tidak transparan sebagaimana mestinya.
- Manusia Indonesia berjiwa feodal, Dalam hbungan organisasi kepegawaian masih nampak jelas. Para istri komandan, istri gubernur, atau istri ketua secara otomatis akan menjadi ketua Darma Wanita. Pemilihannya bukan menurut kecakapan tetapi menurut feodalisme. Ciri feodal masih nampak di banyak sekali kalangan pemimpin., contohnya ingin selalu diagung-agungkan, diacungi jempol, dipuji-puji, atau "dijilati". Jika ada bawahan yang berbeda pendapat apalagi menentang perintahnya maka dianggap berusaha menjatuhkan kedudukannya. Sifat kekanak-kanakan dalam memandang makna kerjasama. Contohnya, bila ada anak buahnya kebetulan tidak mengikuti satu kali rapat dinas maka dianggap tidak setia terhadap dirinya dan menjadi catatan pribadinya dalam waktu yang sangat lama.
- Manusia Indonesia percaya kepada takhayul. Banyak para pejabat dan para artis yang mempercayai paranormal supaya sanggup mempertahankan jabatannya. Para artis percaya kepada dukun supaya tetap laku. Walaupun tidak percaya pada takhayul, orang macam ini akan cenderung paranoid (yaitu ketakutan yang tidak beralasan) terhadap sesuatu yang belum terjadi. Dengan jiwa yang paranoid, ia akan berusaha mempertahankan kedudukannya dengan mewaspadai setiap orang. Kalau perlu diwaspadai dengan ketat, diikuti gerak geriknya dan bila ada kesempatan akan memfitnahnya. Jiwa paranoid muda dibaca dari dari huruf yang sangat ketakutan bila jabatannya hilang dan diakhir jabatannya akan jatuh ke lembah post power sindrome. Selain itu,biasanya suka kasak kusuk dan mencela orang lain bila ia merasa gagal meraih apa yang diinginkannya.
- Manusia indonesia yaitu artistik. Karena insan indonesia sangat percaya kepada roh-roh, sukma, jiwa yang mengisi benda-benda. Karena hidupnya lebih banyak dengan naluri dan prasangka, maka ia melihat masa depan dengan cara menerawang dan melihat gejala alam yang tidak rasional. Jika mereka tidak percaya pada takhayul, biasanya akan tetap terlihat dari kebiasaan dirinya yang selalu memakai simbol dan baju-baju kebesaraanya setiap hari. Cara ini merupakan wujud dari jiwa "artistik" yang terpendam.
- Manusia Indonesia berwatak lemah. Manusia Indonesia kurang berpengaruh mempertahankan keyakinannya. Jiwa lemahnya disebabkan oleh rasa takut kehilangan kedudukan dan jabatannya. Lebih baik mengorbankan keyakinan atau pendapatnya daripada harus kehilangan jabatannya. Watak yang lemah bila menjadi pemimpin tidak pernah terus terang, tidak tegas, dan selalu mengharapkan supaya anak buahnya selalu mengerti terhadap apa yang dikehendakinya. Ia akan menggerutu atau ngedumel tetapi tetap tidak berani terus terang. Enggan menegur bawahan tetapi meminta setiap orang supaya mengerti terhadap keinginannya. Jika sudah kronis, pemimpin macam ini akan selalu tidak bisa menahan diri. Berbicaranya bernuansa fitnah dan cenderung berpikiran negatif kepada setiap orang.
Penjelasan di atas yaitu wajah Indon dikala menjadi pemimpin di tanah air. Sedikit berbeda bila mereka menjadi bawahan atau pekerja di negeri tetangga. Oleh lantaran mereka umumnya berpendidikan rendah maka dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga sering keliru (karena memakai teknologi yang canggih). Karena banyak salah, maka majikannya sering marah-marah dan meluncurlah kata-kata "dasar Indon!"
Ciri-ciri orang yang disebutkan di atas apakah terbawa ke negeri jiran? Tentu saja akan terbawa. Walaupun perlu bukti penelitian yang mendalam, tetapi nampaknya akan tergambar wajah penakut dari para TKI di negeri jiran. Jiwa feodalnya tetap terpelihara yaitu selalu merendah kepada majikan walaupun disiksa. Banyak kasus penyiksaan yang dilakukan oleh majikan, tetapi umumnya gagal diproses secara adil. Hal itu merendahkan bahwa bangsa Indonesia tidak bisa melaksanakan pinjaman terhadap warga negaranya sendiri. Mungkin telah diusahakan oleh pemerintah Indonesia. Tetapi pertanyaaanya apakah dari pihak TKI sendiri telah berusaha menjadi warga negara yang punya harga diri? Terbayang oleh penulis, dengan wajah yang lugu dan gampang ditakut-takuti, mereka sangat patuh terhadap majikannya.
Kualitas bangsa Indonesia baik sebagai pemimpin "Indon" di tanah air maupaun sebagai Indon di negeri jiran, sangat tidak strategis untuk di ajak berjuang dalam memelihara ketahanan nasional bangsa Indonesia. Dengan wajah hipokritnya mereka akan menjadi koruptor ulung di dalam negeri dan dengan tabiat yang lemah akan mejadi bangsa penjilat, penuh tipu tipu muslihat dan dalam kerangka berpikirnya selalu mecari cara supaya sanggup menjebak orang lain.
Wajah-wajah Indon tersebut harus kita hapus dari bumi bangsa Indonesia , Jika tidak dihapus, bangsa Indonesia tidak akan mempunyai kekuatan geopolitik yang strategis. Berapatapun kita mempunyai kekayaan sumber daya alam dan juga kekuatan militer, akan hancur menghadai musuh yang berasal dari dalam, yaitu berwatak lemah. Oleh Indon dalam negeri, bangsa dan negara indonesia gampang sekali dijual kepada pihak absurd lantaran mereka hanya mementingkan dirinya sendiri, mungkin keluarga dan kelompoknya semata.
Sumber:
Haryati, Sri dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung: PT Refika Aditama.
0 Komentar untuk "Wajah Indon Yang Perlu Kita Lawan"