Saat hati bingung tanpa sebab..
percayalah, sebetulnya.. niscaya ada sebabnya. Hanya saja, mungkin kita tidak sadar, apa itu. Air bisa membeku, lantaran suhu udara yang sungguh minim di sekitarnya. Cicak bisa memutus ekornya, lantaran ancaman pemangsa menjamah tubuhnya. Manusia bisa menangis, lantaran perasaan yang memiliki efek sudah mendorong kelenjar air mata untuk memproduksi air mata. Maka hati bisa gelisah, pastilah ada penyebabnya.
Saat hati bingung tanpa sebab..
jangan jauh-jauh lihat ke luar diri. Ini kebiasaan yang keliru, lantaran mencari penyebab dari luar diri, secara tidak eksklusif sudah menempatkan diri kita di posisi korban. Ya, seakan-akan suatu hal jelek yang terjadi pada diri kita merupakan suatu akhir dari sesuatu di luar diri. Padahal, di saat kita merasa selaku korban, penyelesaian yang mau otomatis keluar merupakan menuntut. Menuntut perbaikan dari hal-hal yang ada di luar diri. Dan inilah yang menghasilkan kita sering kali kelelahan. Hey!! Sesuatu di luar diri kita tidak dapat kita kontrol. Maka menuntut hal dari luar diri, sama saja dengan menggantungkan kesempatan perbaikan pada sesuatu yang serupa sekali tak punya jaminan kepastian. Atau sama juga dengan meminta pertanggungjawaban pada sesuatu yang belum tentu bisa bertanggungjawab. Makara kegundahan hati, apa penyebabnya?
“Apa saja lezat yang kau peroleh merupakan dari Allah, dan apa saja kejadian yang menimpamu merupakan dari (kesalahan) dirimu sendiri…” QS. An-Nisa (4): 79
Ya, penyebabnya merupakan kesalahan diri sendiri.. Look inside, not outside! Dalam hal ini, menyalahkan diri sendiri itu perlu. Kenapa? Karena memang begitulah adanya. Dengan pengertian ini, kita bisa jauuuh lebih bijaksana menempatkan diri kita di posisi aktor utama atau pelaku, bukan lagi selaku korban. Karena di saat kita merasa selaku pelaku, maka akan ada perilaku yang timbul dari dalam diri untuk menanggulangi segala hal tidak cocok yang terjadi. Dengan ini, rasa tanggung jawab pun muncul. Kita paham bahwa haruslah diri yang turun menyelesaikan, tanpa menyalahkan orang lain.
“Jika kau berbuat baik (berarti) kau berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kau berbuat buruk, maka (keburukan) itu bagi dirimu sendiri…” QS. Al Isra (17): 7
Pahamilah, kebaikan dan kejelekan yang kita lakukan.. cuma akan kembali pada pelakunya. Siapa? Ya diri sendiri. Maka kegundahan pun, siapa yang mesti bertanggung jawab menyelesaikan? Diri sendiri. Kenapa? Tentu lantaran penyebabnya pun merupakan diri sendiri, meski mungkin diri tak menyadari.
Saat hati bingung tanpa sebab..
dan sudah tertangkap tangan pula bahwa diri lah yang bertanggung jawab sarat atas penyelesaiannya, ketahuilah.. semua tak tuntas cuma hingga disitu. Ada kuasa yang jauh lebih besar, yang kita perlukan untuk menyertai. Ya, kuasa dari penguasa langit dan bumi, juga sang penggenggam hati, Allah subhanahu wata’alla. Apa keterkaitannya hati bingung dengan Allah?
“Dia lah yang sudah menurunkan ketenangan (sakinah) ke dalam hati orang-orang mukmin mudah-mudahan keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang sudah ada.” – QS. Al Fath (48): 4
Kita mencari penyebab hati gelisah, tentu lantaran kita ingin situasi hati kita berubah, kan. Berubah dari gelisah, menjadi sakinah. Dan ternyata.. yang dapat menurunkan rasa sakinah atau ketenangan hanyalah Allah. Tidak ada selain-Nya. Pemberiannya pun merupakan hak prerogatif Allah. Maka di saat hati bingung dan ingin diubah menjadi sakinah, solusinya adalahperbaiki kekerabatan dengan Allah. Karena sakinah cuma diturunkan ke dalam hati orang-orang mukmin, yakni orang-orang yang di hatinya ada bibit keimanan. Dan orang yang di dalam hatinya ada keimanan, pastilah orang-orang yang memiliki kekerabatan yang bagus dengan Allah.
Sederhananya, kalau hati sedang gelisah, cek! Pasti diri tersebut sedang jauh dari Allah. Sedang banyak lalainya, sedang beragam maksiatnya. Sumber utama kegundahan hati merupakan buruknya kekerabatan dengan Allah atau sedang jauh dari Allah. Karena itulah bisa jadi diri berbuat salah, lalu kesalahan itu kembali pada diri selaku pelakunya.
Pengundang rasa sakinah atau ketenangan merupakan iman, kekerabatan yang bagus dengan Allah. Dengan pengertian ini, kita akan merasa abnormal jika banyak orang mencicipi gelisah, lalu mencari-cari penyelesaian selain-Nya, selain memperbaiki kekerabatan dengan Allah. Ada yang mengharapkan ketenangan dengan pergi ke tempat-tempat sepi, melakukan ritual-ritual ini dan itu, atau mungkin juga dengan hura-hura. Tidak salah, cuma kurang tepat. Hal-hal tersebut bisa saja menenangkan, tetapi tidak permanen. Ketenangan yang hakiki cuma akan diturunkan ke dalam hati orang-orang mukmin, yang dengan ketenangan tersebut, justru kian mendekatkannya terhadap Allah, memperbesar keimanan yang sudah ada.
Saat hati bingung tanpa sebab..
- Sadari bahwa penyebab hal itu pastilah diri sendiri, look inside not outside.
- Perbaikilah kekerabatan dengan Allah.
Ingatlah dua hal ini.. apabila hati gelisah, tanpa sebab.
0 Komentar untuk "Dikala Hati Bingung Tanpa Sebab"