Penyakit Ruhani

Penyakit Ruhani
A.    Cinta Dunia
Setiap orang mukmin menyakini dengan sepenuh hatinya bahwa beliau akan mengalami tiga terminal kehidupan, yaitu:
1.      Kehidupan dunia selaku kawasan untuk berzakat sebanyak-banyaknya.
2.      Kehidupan di alam barzah; suatu kawasan pemisah antara dunia dan akhirat, kawasan setiap insan menanti hari kebangkitannya.
3.      Kehidupan akhirat; kehidupan yang sebenarnya, kawasan mendapatkan
respon amal baik dan buruknya di saat didunia.
Namun seseorang yang terpanah cinta dunia, menilai kehidupan itu hanyalah apa yang sanggup dilihat didengar, dan dicicipi di dunia ini.
Mereka dipermainkan oleh dunianya sehingga sebanyak-banyaknya menghimpun dan menghimpun seluruh materi dunia yang beliau cintai.
Dalam hal ini Allah Swt berfirman
"Ketahuilah bahwa kehidupan ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, extra dan bermegah-megahan di antara sesamamu, saling berbangga-bangga sebab banyak harta dan anak, mirip hujan (yang menyirami) tanaman-tanaman yang menakjubkan penanamnya, kemudian tumbuhan itu menjadi kering dan kau melihatnya menjadi kering dan hancur. Dan di alam abadi nanti (ada yang mendapat) azab yang keras dan (ada yang mendapat) ampunan serta keridhaan Allah. Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang sarat tipuan.” (QS Al Hadid, 20)
Dengan adanya larangan menyayangi dunia (hubbud-dun-ya) ini, bukan mempunyai arti kita mesti berbalik sikap menjadi benci dunia (bughdud-dun-ya). Karena, sehabis disebar Allah di tampang bumi ini, insan tidak akan mengelak dari realitas dunianya. Sesuai dengan amanah kekhalifahannya, beliau mesti bisa mengolah bumi dengan seluruh sumber dayanya ini, selaku lezat dari Allah untuk sepenuhnya menjadi bekal ibadah. Jika seorang Muslim mengabaikan kiprah kekhalifahan, dan membiarkannya direbut orang kafir, di mana beliau akan melaksanakan roda kerajaan (mulkiyah) dan syariah Allah, padahal
menegakkan aturan merupakan suatu keharusan yang mutlak. Oleh Karena itu, kerja keras untuk menguasai peraturan dunia pun wajib diperjuangkan oleh setiap Muslim. Lebih sederhana lagi, tak seorang pun dianggap sah melaksanakan shalat bila tidak menutup aurat, sedangkan busana epilog aurat ini merupakan potongan dari kehidupan dunia yang merupakan potongan dari kehidupan dunia yang mesti diperjuangkan. Karena
itu, sungguh keliru bila ada suatu paham yang menolak realita kehidupan dunia.
Allah berfirman:
"Dan carilah pada apa yang sudah Allah anugerahkan kepadamu (berupa kebahagiaan) di akhirat, dan janganlah kau melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah sudah berbuat baik kepadamu dan janganlah kau berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menggemari orang-orang yang suka berbuat kerusakan.” (QS Al Qasas, 77)
Adanya larangan hubbud-dun-ya merupakan perayaan (tarhib) biar setiap orang senantiasa berhati-hati dalam menghadapi dan mengantisipasi seluruh problematika dan dinamika kehidupan di dunia.
Rasulullah Saw bersabda:
"Mungkinkah bila salah seorang di antaramu berjalan di atas air tetapi tidak basah? " Para sobat menjawab: "Tidak mungkin, wahai Rasulullah." Rasul meneruskan perkataannya:
"Demikian pula, orang yang menyayangi dunia tidak akan selamat dari dosa." (HR Baihaqi)
"Cinta dunia merupakan sumber segala kesalahan.” (HR Baihaqi)
"Dunia itu, halalnya (harus menjalani) hisaban; sedangkan haramnya menyebabkan neraka." (HR Baihaqi)
Oleh sebab itu, ulama tasawuf menyediakan pelajaran bahwa cara yang sempurna dalam menghadapi dunia yakni dengan gaya hidup zuhud, yaitu:
"Mengosongkan hati dari keterikatan dengan dunia” Selain itu, juga dengan gaya hidup wara', yakni "Menjaga diri dari segala sesuatu yang tidak boleh oleh syarak.”
Dengan demikian, zuhud dan wara' bukanlah mengharamkan segala sesuatu yang halal, tetapi mempertahankan diri dari segala tipuan materi dunia.
Zuhud dimaksudkan untuk membentengi diri biar jangan salah dalam memperlakukan semua materi dunia yang sudah dianugerahkan, sedangkan wara' untuk membentengi diri biar dalam mencari dan mendayagunakannya tidak terjerumus dalam dosa (maksiat). Berdasarkan makna zuhud dan wara' tersebut, sangatlah mungkin pada zaman perkembangan dunia ini ada seorang konglomerat yang zuhud dan wara'. Sebaliknya, ada juga kemungkinan si miskin menjadi budak dunia yang sungguh berani melanggar aturan Allah.

B.     Bakhil
Al-syuhh atau bakhil boleh didefinisikan selaku suatu sifat menahan diri dari memberi, walaupun keperluan peribadi mirip makana, pakaian, minuman dan kawasan tinggal sudah berjaya dipenuhi. Dari sisi praktikaliti, bakhil bermaksud lokek, tangkai jering, pelit, kikir dan tamak. Perkataan bakhil sudah Allah sebutkan secara spesifik dalam Surah Al-Lail, ayat ke-8:
"Sebaliknya: orang yang bakhil (daripada berbuat kebajikan) dan merasa cukup dengan kekayaan dan kemewahannya."
Bakhil atau syuhh merupakan suatu perbuatan yang bukan sahaja merosakkan kesalihan, merugikan penduduk dan membuka terhadap jalan penyakit hati yang lain mirip 'ujub, riya' dan ghurur, bahkan mendapat ancaman dari Tuhan sendiri. Dalam Surah Al-Lail, pada ayat yang kontekstual dengan ayat di atas, yakni ayat 9 dan 10, Allah berfirman:
"Serta ia mendustakan problem yang baik; maka sesungguhnya Kami akan memberikannya fasilitas untuk mendapat kesulitan dan kesengsaraan."
Maka di sini kita sanggup menyaksikan betapa sifat bakhil ini cuma menenteng terhadap kejelekan diri-sendiri. Ya, mungkin dengan kebakhilan, kita boleh menjadi insan  yang sarat lezat dan kekayaan di dunia, tetapi di akhirat, siapakah yang dapat menyediakan syafa'at? Adakah harta kita bisa membelikan kita suatu gondola bagi mengelakkan panas lautan api neraka? Ini juga, sudah Allah jelaskan dalam Surah Ali Imran, ayat 180:
"Dan jangan sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta benda yang sudah dikurniakan Allah terhadap mereka dari kemurahanNya - mengira bahawa kondisi bakhilnya itu baik bagi mereka. Bahkan ia yakni jelek bagi mereka. Mereka akan dikalongkan (diseksa) dengan apa yang mereka bakhilkan itu pada hari selesai zaman kelak..."
C.     Sombong/Takabur
Takabur yakni Berbangga diri dan kecenderungan menatap diri berada di atas orang yang disombonginya.
Berikut akhir keangkuhan yang akan dirasakan, baik didunia maupun di akhirat:
1.      Semua orang akan tidak suka dan menjauhi, sebab sikapnya yang suka menyepelekan orang lain.
2.      Selalu condong pada kemaksiatan, walaupun sungguh luar biasa dalam hal ilmu agama sebab keangkuhan lebih banyak didominasi menolak kebenaran. Allah berfirman, "Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di bumi tanpa argumentasi yang benar dari gejala kekuasaan-Ku, mereka tidak beriman kepadanya. Dan bila menyaksikan jalan yang menenteng terhadap petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya. Tetapi bila menyaksikan jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya.” (QS Al 'Araf, 146)
3.      Di alam abadi nanti keangkuhan akan menjadi penghalang mendapat pahala surga. Rasulullah bersabda, "Tidak akan masuk surge orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi (atom) dari kesombongan." (HR.Muslim)
Hindari penyakit tercela ini dengan cara berikut:
1.      Memahami ancaman sifat ini, utamanya bahayanya di alam abadi kelak.
2.      Melatih diri kita secara perlahan untuk bersikap tawadlu,baik terhadap Allah maupun terhadap sesama makhluk.
3.      Merasakan hakikat kelemahan diri dan kelebihan yang ada pada orang lain bila sewaktu-waktu tiba sifat takabur.
4.      Menyadarkan kekhilafan kita dengan mengucap kalimat "Subhanallah" (Maha Suci Allah). Hanya Allah-lah Yang Maha Sempurna dalam zat, sifat, dan pekerjaan-Nya. Dialah yang layak dengan atribut kesombongan.
5.      Beristighfar atas kekhilafan tersebut.
6.      Merenungkan perayaan Allah berikut: "Dan janganlah kau memalingkan mukamu dari insan (karena sombong) dan janganlah kau berjalan di tampang bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menggemari orang-orang angkuh dan suka membanggakan dirinya. Dan sederhanalah kau dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk bunyi yakni bunyi keledai." (Q.S. Luqman, 18-19).
D.    Mengikuti Hawa Nafsu
Nafsu dengan syahwatnya merupakan potongan dari lezat Allah bagi manusia. Secara alami, nafsu itu condong pada hal-hal yang tidak baik. Nikmat yang satu ini memang mempunyai unsur kesamaan dengan apa yang dimiliki binatang. Allah Swt berfirman.
" Sesungguhnya nafsu itu suka memerintahkan (mengajak) ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang menemukan Rahmat Tuhanku." (Q.S. Yusuf, 53).
Orang-orang yang menemukan kasih sayang Allah yakni mereka yang sanggup membimbing dan menertibkan nafsunya sejalan dengan hidayah-Nya.
Dalam diri manusia, ada 4 (empat) potensi nafsu, yaitu:
1.      Nafsu Hayawani.
Nafsu jenis ini punya kecenderungan pada sikap binatang, contohnya rakus, tamak, tidak mempunyai rasa malu, dan sifat hewan lainnya.
2.      Nafsu Sabu'iyyah; nafsu yang mendorong seseorang bertingkah mirip hewan buas. Misalnya, kebencian, permusuhan, hasut, dengki, amarah, dan saling hantam.
3.      Nafsu Syaithaniyyah; nafsu yang mewakili watak setan yang mengajak insan ke jalan sesat.
4.      Nafsu rabbaniyyah; nafsu yang memakai atribut-atribut ketuhanan, mirip egois, takabur, ingin senantiasa disanjung dan diagungkan.
Apabila sukses menertibkan hawa nafsu dengan melaksanakan atau mendayagunakannya di jalan Allah, kita akan mencicipi ketenteraman surgawi, baik di dunia maupun di akhirat; sebagaimana disebutkan dalam firman Allah berikut:
" Dan adapun orang-orang yang takut terhadap kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari kesempatan hawa nafsunya, sungguh surgalah kawasan mereka." (Q.S. An Nazi'at: 40-41).
Pengendalian hawa nafsu tidak mempunyai arti menahan hawa nafsu dari hajat kesenangan duniawi dan sepenuhnya cuma menimbang-nimbang akhirat, tetapi membimbingnya lewat pedoman iman dan takwa. Iman mempunyai arti keterikatannya dengan Allah, dan takwa mempunyai arti pembiasaan tindakannya dengan aturan-Nya. Jika nafsu ini sedang diperalat setan biar keluar dari pedoman tersebut, hendaknya kita bisa memeranginya. Itulah makna jihadun-nafsi yang dianggap lebih besar dibandingkan dengan perang fisik.
Karena watak nafsu itu mengajak ke jalan yang buruk, dalam pengendalian dan penyadarannya, mesti bertahap, terlebih bila nafsunya sudah terbelenggu norma-norma jelek yang melingkupinya. Jika nafsu seseorang berada dalam kondisi yang aslinya, beliau mesti berupaya menyediakan bimbingan, pengajaran, dan pengendalian biar mengetahui, mengerti, dan menyadari arah perjalanan sebenarnya, kemudian melatihnya beramal. Namun, kita tidak perlu memaksanya agar mempunyai efek memikul seluruh aturan dan undang-undang persis mirip yang disunahkan oleh Rasulullah, sebab kita tidak akan bisa memikulnya.
Rasulullah Saw bersabda: "Wahai manusia, lakukanlah sebagian dari amal-amal (salehmu) sekuatmu. ( Jika kau memaksa nafsumu untuk memikul amal-amal berat di luar kemampuanmu, kau niscaya akan secepatnya mengalami kebosanan). Sebab sesungguhnya Allah tidak akan jenuh (menerima amalmu) kecuali bila kau sudah bosan. Sesungguhnya sebaik-baik amal yakni amal yang terus menerus ditangani walaupun sedikit.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Begitu juga, jangan sekali-kali mengekangnya dengan tidak acuh terhadap realitas perkembangan dunia yang sudah Allah tebar di tampang bumi ini. Berilah beliau hiburan dengan extra dan hingar bingar yang dilihatnya. Ali bin Abi Thalib berkata: "Hiburlah hatimu, sebab bila (terus) dipaksa (memikul beban), beliau bakal (cepat) merasa lelah.”
E.     Tamak/rakus
Ketahuilah bahwa obat Rakus/Tamak ini berisikan tiga unsur: sabar, ilmu, dan amal. Secara keseluruhan terangkum dalam hal-hal berikut ini:
1.      Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta.
2.      Jika seseorang bisa menemukan keperluan yang mencukupinya, maka beliau tidak perlu risau menimbang-nimbang masa depan, yang dapat dibantu dengan mencegah harapan-harapan yang akan dicapainya dan merasa percaya bahwa beliau niscaya akan menemukan rezeki dari Allah. Jika suatu pintu rezeki tertutup baginya, sesungguhnya rezeki akan tetap menunggunya di pintu-pintu yang lain. Oleh sebab itu hatinya tidak perlu merasa gusar.
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَآبَّةٍ لاَ تَحْمِلُ رِزْقُهَا اللهُ يَرْزُقُهَا وَإيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan berapa banyak hewan yang tidak (dapat) menenteng (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-’Ankabut: 60)
3.      Hendaklah beliau mengenali bahwa qana`ah itu yakni kemuliaan sebab sudah merasa tercukupi, dan dalam kerakusan dan tamak itu ada kehinaan sebab dengan kedua sifat tersebut, beliau merasa tidak pernah cukup. Barangsiapa yang lebih mementingkan hawa nafsunya dibandingkan kemuliaan dirinya, mempunyai arti beliau yakni orang yang lemah akalnya dan tipis imannya.
4.      Memikirkan orang-orang Yahudi dan Nasrani, orang-orang yang hina dan udik sebab karam dalam kenikmatan. Setelah itu hendaklah beliau menyaksikan terhadap para nabi dan orang shalih, menyimak perkataan dan kondisi mereka, kemudian memerintahkan akalnya untuk menegaskan antara makhluk yang mulia di sisi Allah ataukah mirip penghuni dunia yang hina.
5.      Dia mesti memahami bahwa menumpuk harta itu dapat membuat efek yang kurang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُنْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَأَنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah menyaksikan orang yang di atas kalian, sebab yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak menatap hina lezat yang Allah limpahkan terhadap kalian.” (Hadits riwayat Muslim)
Hadits ini berlaku dalam urusan dunia. Adapun dalam urusan akhirat, maka hendaklah setiap muslim berlomba-lomba untuk meraih derajat kedudukan tertinggi.
Penopang urusan ini yakni sabar dan mencegah cita-cita serta menyadari bahwa sasaran kesabarannya di dunia cuma berjalan tidak seberapa usang untuk menemukan kenikmatan yang abadi, mirip orang sakit yang mesti menanti pahitnya obat di saat menelannya, sebab beliau menginginkan kesembuhan selama-lamanya.




Related : Penyakit Ruhani

0 Komentar untuk "Penyakit Ruhani"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)