Resensi Filsafat Ilmu



Identitas Buku

Judul Buku      : Filsafat Ilmu, Mengurai Ontologi, Epistimologi, dan Aksioloigi Pengetahuan
Penulis             : Prof. Dr. Ahmad Tafsir
Penerbit           : PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Tahun Terbit    : 2004
Jumlah Halama : 247 hlm
Cetakan           : Pertama







Pembahasan dalam Buku
Bab 1   PENDAHULUAN
Bab 2   PENGETAHUAN SAIN
A.  Ontologi Sain
1.    Hakikat Pengetahuan Sain
2.    Struktur Sain
B.  Epistimologi Sain
1.    Objek Pengetahuan Sain
2.    Cara Memperoleh Pengetahuan Sain
3.    Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sain
C.  Aksiologi Sain
1.    Kegunaan Pengetahuan Sain
2.    Cara Sain Menyelesaikan Masalah
Bab 3   PENGETAHUAN FILSAFAT
A.  Ontologi Filsafat
1.    Hakikat Pengetahuan Filsafat
2.    Struktur Filsafat
3.    Epistimologi Filsafat
1.    Objek Pengetahuan Sain
2.    Cara Memperoleh Pengetahuan Sain
3.    Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sain
4.    Aksiologi Filsafat
1.    Kegunaan Pengetahuan Filsafat
2.    Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah
3.    Orang-orang Umum Menilai
Bab 4   PENGETAHUAN MISTIK
A.    Ontologi Pengetahuan Mistik
1.    Hakikat Pengetahuan Mistik
2.    Struktur Pengetahuan Mistik
B.     Epistimologi Pengetahuan Mistik
1.    Objek Pengetahuan Mistik
2.    Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
3.    Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
C.     Aksiologi Pengetahuan Mistik
1.      Kegunaan Pengetahuan Mistik
2.    Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah
D.    Beberapa Contoh Pengetahuan Mistik




BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dimengerti selaku makhluk berfikir. Dan hal inilah yang memunculkan insan istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Kemampuan berpikir atau daya nalar manusialah yang menyebabkannya bisa menyebarkan wawasan berfilsafatnya. Dia mengenali mana yang benar dan mana yang salah, mana yang bagus dan mana yang buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus insan diberikan aneka macam pilihan. Dalam menjalankan opsi ini insan berpegang pada filsafat atau pengetahuan.
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, tetapi mengingat banyaknya perkara kehidupan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi rujukan untuk menjawabnya. Filsafat memberi klarifikasi atau jawaban substansial dan radikal atas perkara tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batasan wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau interaksi tersebut intinya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh lantaran itu filsafat ilmu sanggup dipandang selaku upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menilai rendah pada filsafat, dan filsafat tidak menatap ilmu selaku sebuah pengertian atas alam secara dangkal.
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berhubungan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman perihal ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun faedah ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari contoh pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan aneka macam pengembangan dan pendalaman yang ditangani oleh para ahli.










BAB II
RINGKASAN  BUKU

Dari sisi motif wawasan itu diperoleh lewat dua cara. Pertama, wawasan yang diperoleh begitu saja tanpa niat dan motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha. Kedua, wawasan yang didasari motif ingin tahu, wawasan diperoleh lantaran diusahakan, biasanya lantaran belajar. Manusia memiliki tiga wawasan yang masing-masing memiliki objek, paradigma, metode dan kriteria, yakni :
Tabel 1.1
Pengetahuan Manusia
Pengetahuan
Objek
Paradigma
Metode
Kriteria
Sain
Empiris
Sain
Ilmian
Rasional-empiris
Filsafat
Abstrak – Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Mistik
Astrak – Supra-rasional
Mistik
Latihan, percaya
Rasa, iman, logis, sering kali empiris

Istilah logis dan rasionala merupakan 2 kata yang berarti yang berbeda, menurut Kant rasional itu merupakan sebuah fatwa yang masuk budi tetapi menggunakan ukuran aturan alam, dengan kata lain rasional itu merupakan kebenaran budi yang diukur dengan aturan alam. Kebenaran logis terbagi dua, pertama logis-rasional mirip yang sudah diterangkan sebelumnya, kedua logis-supra-rasional. Logis-supra-rasional merupakan fatwa budi yang kebenarannya cuma mengandalkan argumen, ia tidak diukur dengan aturan alam.
Dari klarifikasi di atas kita sanggup menciptakan beberapa ungkapan selaku berikut :
1)        Yang logis merupakan yang masuk akal
2)        Yang logis itu meliputi yang rasional dan yang supra-rasional
3)        Yang rasional merupakan yang masuk budi dan sesuai dengan aturan alam
4)        Yang supra-rasional merupakan yang masuk budi sekalipun tidak cocok dengan aturan alam
5)        Istilah logis boleh dipakai dalam pengtahuan rasional atau dalam pengertian supra-rasional



1.      Pengetahuan Sain
Pengetahuan sain merupakan wawasan rasional empiris, berikut akan diterangkan wacana ontologi, epistimologi dan aksiologi sain
A.    Ontologi Sain
1)      Hakikat wawasan sain
Pengetahuan sain itu rasional empiris. Rumus baku metode ilmiah merupakan : logico-hypothetico-verificatif  (buktikan bahwa itu logis, tarik hipotesis, ejekan bukti empiris) logis di sini dalam artian logis rasional. Pada dasarnya cara kerja sain merupakan cara kerja mencari korelasi lantaran akhir atau mencari dampak sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sain merupakan tidak ada tragedi tanpa sebab. Ilmu atau sain berisi teori. Teori intinya pertanda korelasi lantaran akhir
2)      Struktur Sain
Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yakni sain ke-alaman dan sain sosial dan ditambah satu Humaniora. Berikut akan diterangkan struktur sain dalam bentuk nama-nama ilmu :
ü Sains Ke-alaman : Astronomi, Fisika, Kimia, Ilmu Bumi, Ilmu Hayati
ü Sain Sosial : Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Ekonomi, Politik
ü Humaniora : Seni, Hukum, Filsafat, Bahasa, Agama, Sejarah
B.     Epistimologi Sain
Akan diuraikan cara memperoleh wawasan sain dan cara mengukur benar tidaknya wawasan sain.
1)      Objek Pengetahuan Sain
Objek wawasan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) merupakan semua objek yang empiris, objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman di sisni merupakan pengalaman indera.yanng sanggup diteliti oleh sain diantaranya adalah, hewan, tumbuhan, insan serta kejadian-kejadian alam dan semua yang sanggup diteliti oleh sain.

2)      Cara Memperoleh Pengetahuan Sain
Untuk memperoleh wawasan sain diinginkan metode, metode yang dipakai merupakan Metode ilmiah. Menurut metode ini untuk memperoleh pengetahuan  yang benar jalankan langkah berikut : logico-hypothetico-verificatif. Maksudnya buktikan bahwa itu logis, kemudian ejekan hipotesis (berdasarkan logika) kemudian jalankan pembuktian secara empiris. Metode ini secara teknis dan rinci diterangkan dalam bidang ilmu yang disebut metode riset. Metode ini menciptakan model-model penelitian.
3)      Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sain
Ukuran kebenaran dalam wawasan sains merupakan logis empiris menurut masing-masing ilmu.
C.    Aksiologi Sain
Pada penggalan ini akan diterangkan wacana kegunaan sain, cara menyelesaikan perkara , dan netralitas sain.
1)      Kegunaan Pengetahuan Sain
Sekurang-kurangnya ada tiga kegunaan sain yaitu: selaku alat menciptakan eksplanasi, selaku alat peramal, dan selaku alat pengontrol. Sain merupakan sebuah tata cara eksplanasi yang paling sanggup mendapatkan amanah dibandingkan dengan tata cara yang lain dalam mengerti masa lampau, kini serta merubah masa depan. Tatkala menciptakan ekplanasi , biasanya ilmuan sudah mengenali juga aspek penyebab terjadinya tanda-tanda itu. Dengan “mengutak-atik” penyebab itu, ilmuwan sanggup menciptakan ramalan. Selain bisa menciptakan ramalan menurut eksplanasi gejala, juga sanggup menciptakan kontrol.
2)      Cara Sain dalam Menyelesaikan Masalah
Untuk menyelesaikan perkara para ilmuan menjalankan tindakan selaku berikut :
a.       Mengidentifikasi masalah. Identifikasi biasanya ditangani dengan cara mengadakan penelitian, hasil observasi kemudian dianalisis.
b.      Mencari teori wacana lantaran permasalahan yang terjadi
c.       Menetapkan tindakan penyelesaiannya



2.      Pengetahuan Filsafat
A.    Ontologi Filsafat
1)      Hakikat wawasan Filsafat
Filsafat merupakan jenis wawasan yang berupaya mencari lantaran yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu menurut budi asumsi belaka. Filsafat itu wawasan yang diperoleh dari berfikir. Ciri khas filsafat merupakan ia diperoleh dengan berfikir dan balasannya berupa fatwa (yang logis tetapi tidak empiris)
2)      Struktur Filsafat
Filsafat terdiri atas tiga cabang besar yakni : ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
ü Ontologi, membicarakan hakikat (segala sesuatu); ini berupa wawasan wacana hakikat segala sesuatu,
ü Epistimologi cara memperoleh pengetahuan
ü Aksiologi membicarakan guna pengetahuan, ini berlaku bagi semua cabang filsafat
B.     Epistimologi Filsafat
Epistimologi filsafat membicarakan tiga hal, yakni objek filsafat (yaitu yang dipikirkan), cara memperoleh wawasan filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan) filsafat
1)      Objek Pengetahuan Filsafat
Objek wawasan filsafat lebih luas dari objek observasi sain. Sain cuma meneliti objek yang ada, sedangkan filsafat meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Filsafat meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada, sudah terang abstrak, itu pun kalau ada.
2)      Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Bagaimana insan memperoleh wawasan filsafat? Dengan berfikir secara mendalam, wacana sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek pemikirannya sesuatu yang konkret, tetapi yang henddak diketaahuinya merupakan penggalan belakang objek faktual itu. Secara mendalam artinya hendak mengenali penggalan yang abnormal sesuatu itu, ia ingin mengenali sedalam-dalamnya. Dapat dibilang bahwa cara memperoleh filsafat merupakan dengan cara berfikir secara mendalam menggunakan akal.

3)      Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Ukuran kebenaran dalam wawasan filsafat merupakan logis tidaknya wawasan itu kalau logis benar, kalau tidak logis salah. Kebenaran teori filsafat diputuskan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuan logis tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang menciptakan kesimpulan teori itu
C.    Aksiologi Filsafat
Pada penggalan ini akan diterangkan wacana kegunaan filsafat, cara filsafat menyelesaikan masalah.
1)      Kegunaan Pengetahuan Filsafat
Untuk mengenali kegunaan filsafat, kita sanggup mengawali dengan menyaksikan filsafat selaku tiga hal, pertama filsafat selaku kumpulan teori filsafat, Mengetahui teori-teori sungguh perlu lantaran dunia dibikin oleh teori-teori filsafat. kedua filsafat selaku metode pemecahan perkara yang dihadapi, di sini filsafat dipakai selaku satu cara atau versi pemecahan perkara secara mendalam dan universal,  ketiga filsafat selaku persepsi hidup, sama dengan agama dalam hal menghipnotis perilaku dan tindakan penganutnya. Bila agama dari Tuhan atau dari langit, maka filsafat ( selaku persepsi hidup)berasal dari fatwa manusia.
2)      Cara Sain dalam Menyelesaikan Masalah
Sesuai dengan sifatnya, filsafat menyelesaikan perkara secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafat bersifat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal artinya filsafat ingin perkara itu dilihat dalam hubunngan seluas-luasnya mudah-mudahan nantinya solusi itu cepat dan berakibat seluas mungkin.
3.      Pengetahuan Mistik
A.    Ontologi Pengetahuan Mistik
1)      Hakikat wawasan Mistik
Mistik merupakan wawasan yang tidak rasional. Pengetahuan gaib merupakan wawasan yang tidak sanggup dipahami rasio, tujuannya korelasi lantaran akhir yang terjadi tidak sanggup dipahami rasio. Pengetahuan ini sering kali memiliki bukti empiris tetapi pada biasanya tidak sanggup dibuktikan secara empiris.

2)      Struktur Pengetahuan Mistik
Dilihat dari sisi sifatnya kita membagi gaib menjadi dua, yakni gaib biasa dan gaib magis. Mistik biasa merupakan gaib tanpa kekuatan tertentu, dalam islam gaib ini disebut tasawuf. Mistik magis merupakan gaib yang menganduk kekuatan  tertentu dan biasanya untuk meraih tujuan tertentu.
B.     Epistimologi Pengetahuan Mistik
Pengetahuan gaib merupakan wawasan yang diperoleh tidak lewat indera dan bukan lewat rasio. Pengetahuan ini diperoleh lewat rasa, lewat hati selaku alat merasa.
1)      Objek Pengetahuan Mistik
Objek wawasan pengetahuan gaib merupakan objek yang abstrak-supra-rasional, mirip alam gaib termasuk, Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin dan lain-lain
2)      Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
Kaum sufi memperoleh wawasan gaib dengan cara membersihkan diri atau disebut thariqat. Pada biasanya cara memperoleh wawasan pengetahuan gaib merupakan latihan yang disebut juga riyadhah. Dari riyadhoh itu insan memperoleh pencerahan, memperoleh wawasan yang dalam tasawuf disebut ma’rifat
3)      Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
Kebenaran wawasan gaib diukur dengan aneka macam ukuran. Bila wawasan gaib itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya merupakan teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Ada kalanya ukuran kebenaran wawasan gaib itu kepercayaan. Adakalanya juga ukuran kebenaran wawasan gaib merupakan bukti empiris.
C.    Aksiologi Mistik
Di sini dibahan kegunaan wawasan gaib dan cara wawasan gaib menyelesaikan masalah
1)      Kegunaan Pengetahuan Mistik
Pengetahuan gaib itu amat subjektif, yang paling tahu penggunaannya merupakan pemiliknya. Secara garang kita sanggup mengenali bahwa gaib yang biasa dipakai untuk memperkuat keimanan, sanggup dipakai untuk kebaikan ataupun kejahatan
2)      Cara Mistik dalam Menyelesaikan Masalah
Cara gaib menyelesaikan perkara dengan cara supra-rasional, menggunakan kekuatan rohaniah. Menggunakan kekuatan supra- natural yang terdapat dalam wirid dan doa, wafaq atau isim untuk tujuan tertentu.
D.    Contoh Pengetahuan Mistik
Berikut merupakan beberapa contoh wawasan mistik, yakni :
ü  Mukasyafah               
ü  Ilmu Laduni
ü  Saefi
ü  Jangjawokan
ü  Sihir
ü  Ilmu Kebal
ü  Santet
ü  Pelet, dll


























BAB III
PEMBAHASAN dan ANALISIS

Dalam buku filsafat ilmu yang ditulis oleh Ahmad tafsir, bahwa ada tiga wawasan manusia. Setiap jenis wawasan memiliki ciri-ciri yang spesifik perihal apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) wawasan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; jadi ontologi ilmu terkait dengan epistimologi, epistimologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Makara kalau ingin membicarakan epistimologi ilmu, maka hal ini mesti dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.  Tiga wawasan yang dimaksud sanggup diringkas pada tabel di bawah ini :
Pengetahuan Manusia
Pengetahuan
Objek
Paradigma
Metode
Kriteria
Sain
Empiris
Sain
Ilmian
Rasional-empiris
Filsafat
Abstrak – Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Mistik
Astrak – Supra-rasional
Mistik
Latihan, percaya
Rasa, iman, logis, sering kali empiris

Suriasumantri (2010, hlm. 105-106) Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita, wawasan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi insan dan untuk dipakai dalam memamerkan aneka macam fasilitas kepadanya. Pengetahuan sain sanggup diumpamakan selaku alat untuk pemecahan perkara yang dihadapi oleh manusia.
Pemecahan tersebut intinya dengan meramalkan atau mengendalikan tanda-tanda alam. Untuk meramalkan atau mengendalikan tanda-tanda alam, kita mesti sanggup menguasai wawasan yang sanggup menerangkan tragedi tersebut. Penelaahan ilmiah diarahkan terhadap kerja keras untuk mendapatkan klarifikasi perihal aneka macam tanda-tanda alam.
Suriasumantri (2010. Hlm. 127-128), alur berfikir dengan menggunakan metode ilmiah ada 5 langkah, yakni :
1.      Perumusan masalah
2.      Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis
3.      Perumusan hipotesis
4.      Pengujian hipotesis
5.      Penarikan kesimpulan.
Pada wawasan filsafat diawalli dengan berfikir menggunakan budi budi untuk mendapatkan atau mencari kebenaran secara mendalam, kebenaran menurut filsafat bersifat logis, kalau tidak logis tidak benar kalau logis itu gres benar.
Mistik juga merupakan pengetahuan, lantaran wawasan gaib sanggup dipelajari, meskipun wawasan ini tidak sanggup dipahami secara rasional dan masih jarang para pakar membicarakan wacana wawasan gaib ini. Pengetahuan gaib bersifat supra-rasional ukuran kebenarannya pun ada aneka macam ukuran, kebenaran sanggup berupa keyakinan atau sanggup juga berupa bukti empiris.
Pada buku filsafat ilmu Ahmad tafsir ini wawasan gaib memperoleh perhatian lebih banyak ketimbang dua wawasan lainnya, lantaran wawasan gaib kurang memperoleh perhatian para piawai di perguruan tinggi tinggi. Sementara kita mengenali bahwa wawasan gaib memang ada dan menghipnotis sejumlah anggota masyarakat.





















DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, A.  2004. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Suryasumantri, S. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar harapan


Related : Resensi Filsafat Ilmu

0 Komentar untuk "Resensi Filsafat Ilmu"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)