5 Level Kepemimpinan

INTISARI THE 5 Levels of Leadership
Bagan di bawah ini sanggup memberi citra singkat perihal 5 Levels of Leadership
Bagan 1.
5 Levels of Leadership
Puncak
-- R E S P E K –
Orang lain mengikuti lantaran jati diri Pemimpin dan apa yang diwakilinya.
Mengembangkan Orang Lain
-- R E P R O D U K S I –
Orang lain mengikuti lantaran apa yang sudah Pemimpin lakukan untuk mereka.
Produktivitas
-- H A S I L –
Orang lain mengikuti lantaran apa yang sudah Pemimin lakukan untuk organisasi.
Perkenanan
-- H U B U N G A N –
Orang lain mengikuti Pemimpin lantaran mereka ingin.
Jabatan
-- H  A K –
Orang lain mengikuti Pemimpin lantaran keharusan.
5
4
3
2
1

LEVEL 1 - - JABATAN
Jabatan yakni level paling rendah dan tingkatan permulaan dalam kepemimpinan. Satu-satunya imbas yang dimiliki oleh seseorang yang memimpin menurut jabatan yakni imbas yang diberikan oleh jabatannya tersebut. Orang lain mengikuti lantaran keharusan. Kepemiminan yang mengandalkan jabatan ditangani menurut hak yang diterima dari jabatan mereka. Memiliki jabatan tidaklah salah, tetapi menggunakan jabatan untuk bikin orang lain mengikuti kita yakni salah.jabatan tidak dapat mengambil alih pengaruh. Orang yang cuma meraih level 1 dapat menjadi atasan, tetapi mereka tidak pernah menjadi pemimpin. Mereka mempunyai bawahan bukan anggota tim. Mereka mengatur bawahannya dengan mengandalkan peraturan, kebijakan, dan struktur organisasi. Orang-orang biasanya cuma menjalankan apa yang diminta dari mereka. Saat pemimpin meminta suplemen kerja keras dan waktu, biasanya bawahan tidak mau. Pemimpin level ini biasanya tidak akan bisa melakukan pekerjaan dengan para sukarelawan, orang-orang yang lebih muda, dan mereka yang berpendidikan tinggi. Mengapa? Karena pemimpin lebel 1 tak punya imbas terhadap pihak-pihak tersebut di atas yang condong sulit diatur. Jabatan yakni satu-satunya tingkatan yang tidak memerlukan kesanggupan dan kerja keras untuk meraihnya.
Tabel 1.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 1
Kelebihan Level 1
Kekurangan Level 1
1.   Jabatan biasanya diberikan lantaran seseorang dianggap mempunyai potensi untuk memimpin.
2.   Mereima jabatan artinya kewenangak kita diakui.
3.   Jabatan yakni ajakan untuk memajukan diri kita selaku seorang pemimpin.
4.   Jabatan bikin kandidat pemimpin bisa membentuk dan mendeskripsikan kepemimpinan mereka.
1.   Memiliki jabatan seringkali menyesatkan.
2.   Pemimpin yang mengandalkan jabatan sering kali tidak menghargai orang lain.
3.   Mereka yang memimpin menurut jabatan cuma mengandalkan peraturan.
4.   Pemimpin lebih menuntut hak ketimbang tanggung jawab.
5.   Pemimpin yang mengandalkan jabatannya sering kali kesepian.
6.   Pemimpin yang terus mengandalkan jabatannya akan dicap dan dibiarkan terdampar.
7.   Banyak anggota tim yang mengundurkan diri
8.   Pemimpin seringkali mendapatkan sisa-siswa bukan yang terbaik dari orang-orang mereka
Tindakan Terbaik di Level 1
1.      Berhentilah mengandalkan jabatan untuk bikin orang lain bekerja.
2.      Lupakan jabatan demi kemajuan
3.      Lupakan jabatan dan dekati orang-orang
Keyakinan yang Perlu Dimiliki Pemimpin Level 1 biar Naik ke Level 2
1.      Jabatan saja tidak cukup
2.      Orang, bukan jabatan, yakni asset yang paling bermanfaat dari seorang pemimpin
3.      Seorang pemimpin tidak mesti mempunyai semua informai perihal segalanya.
4.      Pemimpin yang bagus senantiasa melibatkan orang lain.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 1 Terlampaui
1.      Berterimakasihlah pada orang-orang yang memberi peluang memimpin
2.      Mendedikasikan diri untuk memajukan kepemimpinan
3.      Membuat citra kepemimpinan
4.      Bergeser dari jabatan menuju potensi.
5.      Berfokus pada citra organisasi di masa depan.
6.      Bergerak dari peraturan pada hubungan
7.      Mulai membina korelasi dengan anggota tim.
8.      Jangan menyebutkan jabatan
9.      Belajar menyampaikan “saya tidak tahu”
10.  Temukan orang yang sanggup melatih kita untuk memimpin

Untuk membuat lebih gampang penerapannya terapat beberapa aturan yang dapat dipraktekkan di level 1, yakni:
a.       Hukum Katup, kesanggupan memimpin memutuskan Tingkat Efektivitas seseorang.
b.      Hukum Proses, kepemimpinan dikembangkan setiap hari, bukan dalam satu hari saja.
c.       Hukum Navigasi, siapa pun bisa mengarahkan kapalnya, tetapi diperlukan seorang pemimpin untuk memetakan perjalanannya.

LEVEL 2 - - PERKENANAN
Satu-satunya hal yang mendasari kepemimpinan di level 2 yakni hubungan dengan orang lain. Pada di saat pemimpin menggemari orang lain dan memperlakukan mereka seakan-akan mereka bernilai, maka pemimpin tersebut mulai memajukan imbas dalam diri bawahannya. Pemimpin memajukan rasa percaya. Lingkungan menjadi jauh lebih positif. Agenda untuk pemimpin di level ini bukanlah mempertahankan posisi mereka. Tujuan pemimpin level 2 yakni mengenal orang-orang mereka dan mencari tahu bagaimana mereka bisa melakukan pekerjaan sama dengannya. Para pemimpin mendapatkan siapa sesungguhnya orang-orang mereka. Pengikut mendapatkan siapa sesungguhnya pemimpin mereka. Selanjutnya akan terbangun korelasi yang kuat dan bertahan lama.
Inti dari level 2 adalah, Pemimpin bisa menggemari orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi pemimpin tidak dapat memimpin orang lain dengan baik jika ia tidak menggemari mereka.

Tabel 2.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 2
Kelebihan Level 2
Kekurangan Level 2
1.      Mereka yang diperkenankan untuk memimpin lebih bisa menikmati pekerjaannya.
2.      Mereka yang diperkenankan untuk memimpin berkembang energinya.
3.      Mereka yang diperkenankan untuk memimpin mendapatkan bahwa jalur-jalur komunikasi sudah terbuka.
4.      Mereka yang diperkenankan untuk memimpin tahu bahwa setiap orang sungguh bermanfaat dan berkonsentrasi pada hal ini.
5.      Perkenanan bikin pemimpin mulai dipercaya.
1.     Terlihat teralu lunak bagi sebagian orang.
2.     Diperkenankan untuk memimpin bisa bikin mereka yang berprestasi merasa frustasi.
3.     Pemimpin yang menerima perkenanan bisa dimanfaatkan.
4.     Agar bisa memimpin dengan efektif, mereka yang diperkenankan memimpin memerlukan keterbukaan.
5.     Orang-orang yang secara alamiah membenci membina korelasi dengan orang lain, sulit menerima perkenanan untuk memimpin.
6.     Diperkenankan untuk memimpin memaksa kita untuk menghadapi sesesorang seutuhnya.
Tindakan Terbaik di Level 2
1.   Binalah korelasi dengan diri sendiri sebelum berupaya membina korelasi dengan oranglain.
2.   Kembangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada orang lain.
3.   Praktikkan Golden Rule.
4.   Jadilah motivator utama bagi tim.
5.   Seimbangkan antara kepemilkan dan keterbukaan
Keyakinan yang Perlu Dimiliki Pemimpin Level 2 biar Naik ke Level 3
1.   Membina korelasi saja tidak cukup.
2.   Saat membina hubungan, masing-masing pihak mesti memajukan diri.
3.   Hubungan yang sudah dibina patut untuk dipertaruhkan biar citra masa depan terwujud.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 2 Terlampaui
1.            Memastikan bahwa kita mempunyai perilaku yang benar terhadap orang lain.
2.            Terhubung dengan diri sendiri.
3.            Memahami asasl usul kita.
4.            Tunjukan bahwa setiap orang dalam tim bernilai.
5.            Mengevaluasi di mana posisi kita bareng tim.
6.            Menerima orang lain apa adanya selaku belahan dari kepemimpinan.
7.            Bersenang-senanglah.
8.            Berikan perhatian yang tidak bercabang.
9.            Menjadi orang yang senantiasa menyemangati tim.
10.        Tunjukan kepedulian dan keterbukaan.

Untuk membuat lebih gampang penerapannya terapat beberapa aturan yang dapat dipraktekkan di level 2, yakni:
a.       Hukum Pengaruh, kepemimpinan sesungguhnya diukur menurut pengaruh, tidak lebih tidak kurang.
b.      Hukum Nilai Tambah, pemimpin memberi nilai tambah dengan cara melayani orang lain.
c.       Hukum Dasar yang Kokoh, rasa percaya diri yakni dasar kepemimpinan.
d.      Hukum Magnet, jati diri kita diputuskan oleh siapa yang berhasrat pada kita.
e.       Hukum Koneksi, pemimpin menjamah hati sebelum memminta bantuan.
f.       Hukum Kepercayaan, sebelum mempercayai citra seorang pemimpin akan masa depan organisasi mereka, orang-orang mesti mempercayai pemimpin itu apalagi dulu.

LEVEL 3 - - PRODUKTIVITAS
Salah satu ancaman meraih level 2 yakni seorang pemimpin biasanya terpengaruhi untuk berhenti di sini. Para pemimpin yang bagus tidak cuma sekedar bikin lingkungan kerja yang menyenangkan, tetapi mereka menyelesaikan segalanya. Itulah argumentasi mengapa mereka naik ke level 3 yang didasarkan pada hasil. Pada level Produktivitas, pemimpin menerima imbas dan kepercayaan, orang-orang mulai mengikutinya lantaran apa yang sudah mereka lakukan untuk organisasi.
Banyak hal positif mulai terjadi di saat seorang pemimpin naik ke level 3. Pekerjaan diseselesikan, rasapercaya diri dan antusiasme meningkat, keuntungan meniingkat, orang-orang tidak lagi meninggalkan organisasi itu, dan tujuan tercapai. Di level 3 , peluang untuk terus meningkatkan hasil mulai terasa pengaruhnya. Memimpin dan memengaruhi orang lain menjadi menyenangkan. Pemimpin dapat menjadi orang yang mendorong terjadinya perubahan. Mereka bisa menanggulangi masalah-masalah sulit dan menghadapi suasana yang menyakitkan. Mereka bisa mengambil keputusan sulit yang menciptakan perbedaan. Mereka bisa menenteng orang-orang mereka ke tingkat efektivitas berikutnya.

Tabel 3.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 3
Kelebihan Level 3
Kekurangan Level 3
1.   Kepemimpinan yang produktif bikin orang-orang mempercayai sang pemimpin
2.   Menjadi rujukan dan tolok ukur yang sanggup dilihat dengan terperinci oleh orang lain.
3.   Kepemimpinan yang produktif bikin citra akan masa depan menjadi lebih terperinci dan realistis.
4.   Memecahkan banyak masalah
5.   Menciptakan kemanpuan untuk terus memajukan diri
6.   Menjadi dasar untuk membangun tim
1.  Menjadi seorang yang produktif bikin kita berpikir kitalah pemimpin di saat sesungguhnya pemimpinnya bukanlah kita
2.  Merasakan beban berat berupa tanggung jawab untuk menampilkan hasil
3.  Harus mengambil keputusan yang sulit
4.  Menuntut untuk memperhatikan level 2

Tindakan Terbaik di Level 3
1.   Pahami bagaimana talenta pemimpin berkontribusi pada citra masa depan kepemimpinan dan organisasi.
2.   Gambarkan masa depan dan hal-hal yang mesti diraih.
3.   Mulai memajukan orang-orang menjadi suatu tim.
4.   Prioritas pada hal-hal yang menampilkan keuntungan besar
5.   Bersedia dan bersipa untuk menjadi orang yang mendorong perubahan.
6.   Jangan melalaikan tujuan sesungguhnya, yakni memberikn hasil.
Keyakinan yang Perlu Dimiliki Pemimpin Level 2 biar Naik ke Level 3
1.   Produktivitas saja tidak cukup.
2.   Orang yakni asset yang paling bermanfaat dari suatu organisasi.
3.   Mengembangkan pemimpin yakni cara paling efektif untuk merealisasikan citra masa depan
4.   Melihat orang lain memajukan diri yakni kepuasan paling besar dari seorang pemimpin.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 3 Terlampaui
1.            Milikilah karakteristik yang diperlukan dari Anggota Tim.
2.            Ubahlah produktivitas eksklusif menjadi kepemimpinan.
3.            Pahamilah wilayah yang sempurna bagi setiap orang biar mereka masing-masing menjadi lebih pproduktif.
4.            Teruslah menggambarkan kondisi organisasi di masa depan.
5.            Bangunlah tim.
6.            Agar duduk kendala terpecahkan, gunakan kesanggupan untuk terus meningkatkan hasil.
7.            Pahami bagaimana anggota tim mempengaruhi kesanggupan untuk terus meningkatkan hasil.
8.            Praktikan prinsip Pareto.
9.            Menerima tugas selaku pemimpin yang mendorong terjadinya perubahan.
10.        Janganlah mengabaikan level 2

Untuk membuat lebih gampang penerapannya terapat beberapa aturan yang dapat dipraktekkan di level 3, yakni:
a.       Hukum Respek, secara alamiah orang-orang mengikuti pemimpin yang lebih besar lengan berkuasa ketimbang mereka.
b.      Hukum Magnet, jati diri kita diputuskan oleh siapa yang berhasrat pada kita.
c.       Hukum Kemenangan, pemimpin mendapatkan cara biar tim itu dapat menang.
d.      Hukum Peluang Besar untuk Terus Meningkatkan Hasil, peluang untuk terus meningkatkan hasil yakni sobat baik bagi seorang pemimpin.
e.       Hukum Prioritas, pemimpin tahu bahwa acara tidak dapat disamakan dengan prestasi.
f.       Hukum Pengorbanan, biar bisa naik seorang pemimpin mesti berkorban.
g.      Hukum Kepercayaan, sebelum bisa mepercayai citra seorang pemimpin akan masa depan organisasi mereka, orang-orang mesti bisa mempercayai pemimpin itu apalagi dulu.


LEVEL 4 - - MENGEMBANGKAN ORANG LAIN
Para pemimpin di level 4 menjadi besar bukan lantaran kekuasaan mereka, melainkan lantaran kesanggupan mereka mempekerjakan orang lain. Mereka menggunakan jabatan, relasi, dan produktivitas untuk berinvestasi dalam pengikut mereka, mengembangkannya hingga pengikutnya tersebut menjadi pemimpin. Hasilnya yakni reproduksi. Pemimpin level 4 mereproduksi diri mereka sendiri. Produktivitas mungkin bisa bikin kita mengungguli suatu pertandingan, tetapi memajukan orang lain akan bikin kita mengungguli suatu kejuaraan. Dua hal senantiasa terjadi di level 4. Pertama kolaborasi meningkat sungguh tinggi. Hal ini disebabkan lantaran investasi yang besar dalam diri orang lain memperdalam korelasi dan menolong orang-orang untuk saling mengenal dan memperkuat loyalitas mereka. Kedua, kinerja meningkat. Hal ini terjadi lantaran ada jauh lebih banyak pemimpin dalam tim dan mereka menolong meningkatkan kinerja semua orang.
Pemimpin level 4 merubah hidup orang-orang yang mereka pimpin. Sejalan dengan itu, orang-orang mereka mengikuti lantaran apa yang sudah pemimpin lakukan untuk mereka secara pribadi  dan korelasi mereka seringkali bertahan seumur hidup.

Tabel 4.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 4
Kelebihan Level 4
Kekurangan Level 4
1.   Mengembangkan orang lain akan bikin seorang pemimpin berlawanan dari pada biasanya pemimpin lainnya
2.   Mengembangkan orang lain menegaskan bahwa perkembangan akan terus terjadi.
3.   Mengembangkan orang lain akan mempekerjakan mereka untuk menyelesaikan tanggung jawab kepemimpinan mereka.
4.   Mengembangkan orang  lain bikin kepemimpinan seseorang meluas dan melibatkan banyak hal.
5.   Mengembangkan orang lain menampilkan kepuasan eksklusif yang mendalam.
1.     Keegoisan bisa bikin pemimpin tidak lagi berupaya memajukan orang lain.
2.     Rasa kondusif bisa bikin pemimpin merasa terancam di saat orang lain memajukan diri.
3.     Pandangan jangka pendek bisa bikin pemimpin tidak dapat menyaksikan kewajiban untuk memajukan orang lain.
4.     Kurangnya akad bisa bikin pemimpin tidak dapat bersusah payah untuk memajukan orang lain.
Tindakan Terbaik di Level 4
1.   Perekrutan, dapatkan orang terbaik.
2.   Penempatan, tempatkan orang yang sempurna di wilayah yang tepat.
3.   Menjadi contoh, menerangkan cara untuk memimpin pada orang lain
4.   Memperlengkapi, menolong orang lain menjalankan pekerjaan mereka dengan baik.
5.   Mengembangkan, mengajari mereka untuk hidup dengan baik.
6.   Memberdayakan, bikin orang lain merasa bisa menjangkau kesuksesan.
7.   Mengukur, memeriksa orang-orang yang sudah di kembangkan untuk memaksimalkan kerja keras mereka.
Keyakinan yang Perlu Dimiliki Pemimpin Level 4 biar Naik ke Level 5
1.   Tujuan tertinggi dari kepemiminan yakni memajukan pemimpin lain, bukan menerima pengikut dan memerintahkan mereka bekerja.
2.   Untuk memajukan pemimpin, ciptakan nilai dan kebiasaan kepemimpinan.
3.   Mengembangkan pemimpin yakni akad seumur hidup, bukan akad suatu pekerjaan.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 4 Terlampaui
1.         Bersedia untuk terus memajukan diri sendiri.
2.         Memutuskan bahwa nilai dari orang-orang yang dikembangkan seimbang dengan kerja keras kita.
3.         Berusaha untuk menanggulangi rasa tidak aman.
4.         Temukan orang terbaik yang bisa direkrut untuk dikembangkan menjadi pemimpin.
5.         Berkomitmen untuk menyempatkan segenap waktu yang diperlukan untuk memajukan kepemimpinan
6.         Memulai proses pengembangan pribadi.
7.         Jangan pernah melakukan pekerjaan seorang diri.
8.         Padukan proses dan mekanisme dengan segi sosial dari pengembangan.
9.         Menerima tanggung jawab untuk memotivasi orang lain.
10.     Tetaplah bisa dihubungi selaku seorang pemimpin, contoh, dan pelatih.

Untuk membuat lebih gampang penerapannya terapat beberapa aturan yang dapat dipraktekkan di level 4, yakni:
a.       Hukum Proses, kepemimpinan dikembangkan setiap haru, bukan dalam satu hari saja.
b.      Hukum Nilai Tambah, pemimpin memberi nilai tambah dengan cara melayani orang lain .
c.       Hukum Lingkaran Dalam, kesanggupan seorang pemimpin diputuskan oleh orang-orang terdekatnya.
d.      Hukum Pemberdayaan, cuma pemimpin yang tidak merasa terancamlah yang bersedia menampilkan kekuasaan pada orang lain.
e.       Hukum Pertumbuhan yang Meledak, untuk memajukan pimpinlah pengikut, untuk melipatgandakan , pimpinlah pemimpin .
f.       Hukum Kepercayaan, sebelum bisa mepercayai citra seorang pemimpin akan masa depan organisasi mereka, orang-orang mesti bisa mempercayai pemimpin itu apalagi dulu.


LEVEL 5 - - PUNCAK
Tingkatan tertinggi dan paling sulit dalam kepemimpinan yakni Puncak.  Kebanyakan orang bisa berguru untuk menapaki dari level 1 hingga 4,  namun level 5 memerlukan lebih dari usaha, keahlian, dan perhatian. Level 5 memerlukan kesanggupan yang lebih tinggi. Biasanya, cuma mereka yang mempunyai talenta alamiah untuk memimpinlah yang dapat datang di level tertinggi ini. Yang ditangani pemimpin level 5 yakni memajukan orang lain biar menjadi pemimpin level 4. Seseorang yang sarat rasa hormat, menyenangkan, dan produktif bisa menampilkan imbas besar dalam diri orang lain dan menerima pengikut dengan sungguh mudah, tetapi memajukan pengikut hingga bisa memimpin seringkali sulit. Hasil dari kepemimpinan level 5 yakni memajukan organisasi. Mereka bikin peluang yang tidak diciptakan oleh pemimpin di level lain. Orang-orang mengikuti mereka lantaran jati diri pemimpin dan apa yang mereka wakili. Artinya pemimpin mempunyai reputasi positif. Sebagai balasannya pemimpin level 5 sering kali memimpin lintas jabatan, organisasi, dan terkadang juga lintas industri.

Tabel 5.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 5
Kelebihan Level 5
Kekurangan Level 5
1.      Kepemimpinan puncak bikin organisasi level 5
2.      Masa depan organisasi yakni hasil dari kepemimpinan puncak di masa kini.
3.      Kepemimpinan puncak bikin dasar yang lebih luas untuk memimpin.
1.      Berada di puncak bisa bikin pemimpin merasa maksudnya sudah tercapai.
2.      Berada di puncak bisa bikin pemimpin meyakini hal tersebut atas kerja keras nya sendiri
3.      Mencapai puncak bisa bikin pemimpin kehilangan fokus.
Tindakan Terbaik di Level 5
1.      Memastikan ada banyak wilayah kosong di puncak.
2.      Terus membimbing kandidat pemimpin level 5
3.      Pemimpin mesti bikin bundar dalam yang mau menjadikannya tetap realistis.
4.      Lakukan hal-hal yang cuma bisa ditangani oleh seorang pemimpin level 5 pada organisasinya.
5.      Rencanakan siapa yang mau meneruskan kepemimpinan.
6.      Tinggalkan kondisi positif selaku hasil dari kepemimpinan.
Membantu Orang Lain Mencapai Level 4 dan 5
1.      Temukan apa saja, kemudian ciptakan, pelajaran kepemimpinan paling penting yang mesti merekapelajari
2.      Cari cobaan sungguh berat yang tidak diperlukan dan bisa mereka jadikan pelajaran.
3.      Gunakan cobaan yang sungguh berat selaku tutorial untuk mengajari orang lain.
4.      Kenalkan mereka pada orang-orang dan organisasi yang mau memengaruhi mereka.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 4 Terlampaui
1.         Pemimpin mesti tetap rendah hati dan mau belajar.
2.         Mempertahankan konsentrasi utama.
3.         Menciptakan bundar dalam yang bagus untuk bikin pemimpin tetap realistis
4.         Lakukan hal-hal yang cuma bisa ditangani oleh pemimpin level 5.
5.         Menciptakan lingkungan yang sungguh besar lengan berkuasa untuk memajukan kepemimpinan.
6.         Menciptakan wilayah di puncak.
7.         Mengembangkan para pimpinan puncak.
8.         Merencanakan pengganti pemimpin.
9.         Merencanakan kondisi positif apa yang ingin ditinggalkan selaku hasil dari kepemimpinan kita.
10.     Menggunakan kesuksesan kepemimpinan kita selaku dasar untuk meraih sesuatu yang lebih besar.

Untuk membuat lebih gampang penerapannya terapat beberapa aturan yang dapat dipraktekkan di level 5, yakni:
a.       Hukum Respek, secara alamiah orang-orang mengikuti pemimpin yang lebih besar lengan berkuasa ketimbang mereka.
b.      Hukum Intuisi: pemimpin mengevaluasisegala hal dengan menitikberatkan pada kepemimpinan.
c.       Hukum Saat yang Tepat, kapan mesti memimpin sama pentingnya dengan apa yang mesti ditangani dengan apa tujuannya.
d.      Hukum Warisan, penerus memutuskan apakah seorang pemimpin mempunyai nilai yang bertahan selamanya.
e.       Hukum Pertumbuhan yang Meledak, untuk memajukan pimpinlah pengikut, untuk melipatgandakan , pimpinlah pemimpin .

Selanjutnya organisasi  juga membagikan ulasan yang sanggup menjadi kunci untuk mempraktikkan tiap level di atas serta menolong kita untuk mengerti bahwa setiap level saling berhubungan. Kunci-kunci tersebut adalah:
1)      Anda bisa naik satu level, tetapi Anda tidak akan pernah meninggalkan level sebelumnya.
2)      Level Anda belum pasti sama dengan level orang lain.
3)      Semakin tinggi level Anda, kian gampang untuk memimpin.
4)      Semakin tinggi level Anda, kian banyak waktu dan komitmenyang diperlukan untuk meraih level selanjutnya.
5)      Mencapai level selanjutnya sering kali memerlukan waktu lebih lama, tetapi Anda bisa kembali ke level sebelumnya dengan cepat.
6)      Semakin tinggi level Anda, kian besar pula hasilnya.
7)      Mencapai level yang lebih tinggi senantiasa memerlukan pengembangan diri lebih lanjut.
8)      Tidak menapaki level yang ada akan mencegah Anda dan orang-orang Anda.
9)      Saat posisi atau organisasi Anda berubah Anda pun biasanya tidak bertahan di level yang sama.
10)  Anda tidak dapat menapaki semua level itu sendirian.


                                                                                      



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A.    METODE PENELITIAN         
Penelitian ini menggunakan tata cara observasi deskriptif, penelitian deskriptif (descriptive reasearch), yang lazim disebut juga observasi taksonomik (taksonomic research), menyerupai sudah disebutkan sebelumnya, dimaksudkan untuk eksplorasi dan penjelasan perihal suatu fenomena atua kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan duduk kendala dan uinit yang diteliti. Jenis observasi ini tidak hingga mempersoalkan jaringan korelasi antar variabel yang ada tidak maksudkan untuk memukau generasi yang menerangkan variabel-varibel anteseden yang memicu sesuatu tanda-tanda atau kenyataan sosial. Oleh lantaran itu, pada suatu observasi deskriptif, tidak menggunakan dan tidak menjalankan pengujian hipotesis (seperti yang ditangani dalam observasi eksplanasi) ; memiliki arti tidak dimaksudkan unutk membangun dan memajukan perbendaharaan teori. Dalam pengelolahan dan analisis data, lazimnya menggunakan pembuatan statistik yang bersifat deskriptif (statistik deskriptif).
Menurut Hidayatsyah observasi deskriptif yakni tata cara observasi yang digunakan untuk mendapatkan wawasan yang sekuas-luasnya terhadap objek observasi pada suatu masa tertentu.  Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia menerangkan bahwa observasi deskriptif yakni observasi yang berencana untuk  menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang dapat diterangkan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.  Hal senada juga dikemukakan oleh Best bahwa observasi deskriptif ialah tata cara observasi yang berupaya menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Sukmadinata (2006:72) menjelaskan  Penelitian deskriptif yakni suatu bentuk observasi yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) pada biasanya tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak memiliki arti semua observasi deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam observasi deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berupaya mendapatkan sesuatu yang memiliki arti selaku alternatif dalam menanggulangi duduk kendala observasi lewat mekanisme ilmiah.
Penelitian deskriptif tidak cuma terbatas pada duduk kendala pengumpulan dan penyusunan data, namun juga termasuk analisis dan interpretasi wacana arti data tersebut. Oleh lantaran itu, observasi deskriptif mungkin saja mengambil bentuk observasi komparatif, yakni suatu observasi yang membandingkan satu fenomena atau tanda-tanda dengan fenomena atau tanda-tanda lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan korelasi kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain.

B.     WILAYAH DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di suatu playschool (Pendidikan Anak Usia Dini yang terdiri atas playgroup/kelompok bermain dan Taman Kanak-Kanak/TK) yang berjulukan Mutiara Bunda Playschool yang beralamat di Jalan Batik Kumeli no 1, Sukaluyu, Bandung.
Kepala Sekolah berjulukan Ms. Tiara Karvini yang mempunyai anggota tim sebanyak 11 orang yang terdiri atas 7 orang guru, 1 orang satpam, 1 orang maintenance, 1 orang pelaksana umum, dan 1 orang psikolog.
Penelitian ditangani pada hari Selasa, 9 Mei 2017. Pada hari tersebut psikolog tidak hadir di sekolah, sehingga anggota tim dianggap cuma 10 yangmenjadi responden.
C.       JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang digunakan yakni data primer yang termasuk respon responden lewat pengisian questioner/angket di empat organisasi tersebut di atas. Jenis dan tutorial penggunaan angket terdapat pada buku The 5 Levels of Leadership (Maxwell, 2011) yang  terdiri atas 3 jenis, yakni:
a.       Angket A yakni Karakteristik Setiap Level Kepemimpinan yang terdiri atas 5 (lima) bagian. Tiap belahan berisi 10 (sepuluh) pernyataan yang mewakili aksara kepemimpinan tiap level. Angket ini mesti diisi oleh pemimpin organisasi (kepala sekolah). Teknik pengisian yakni selaku berikut, responden mengisi satu persatu belahan dari angket secara berangsur-angsur. Responden cuma sanggup melanjutkan pengisian belahan berikutnya, jika ia menyatakan terwakili oleh paling sedikit 8 (delapan) pernyataan dalam tiap bagian, atau  responden mencentang paling sedikit 8 pernyataan.

b.      Angket B yakni Penilaian Kepemimpinan untuk Anggota Tim Secara Individual – dari Sudut Pandang Pemimpin. Angket B ini terdiri atas pernyataan-pernyataan yang mewakili perilaku kepemimpinan tiap level. Angket B ini mesti diisi oleh pemimpin organisasi (kepala sekolah). Responden memutuskan ”Ya” dan ”Tidak” di ujung setiap pernyataan untuk menampilkan keterwakilannya terhadap perilaku kepemimpinan tiap level. Jumlah pernyataan di tiap level berbeda-beda, dengan uraian selaku berikut:
-          Di level 1 terdapat 3 pernyataan.
-          Di level 2 terdapat 5 pernyataan
-          Di level 3 terdapat 5 pernyataan
-          Di level 4 terdapat 4 pernyataan
-          Di level 5 terdapat 3 pernyataan
Responden mengisi angket B sejumlah anggota tim yang ia miliki.
c.       Angket C yakni Penilaian Kepemimpinan – dari Sudut Pandang Anggota Tim. Angket C terdiri atas pernyataan-pernyataan yang mewakili perilaku kepemimpinan tiap level, pernyataan pada angket C sama dengan pernyataan pada angket B, cuma sudut pandang yang berbeda. Yang menjadi Anda pada pernyataan di Angket C yakni anggota Tim, bukan pemimpin menyerupai pada angket B. Angket C ini mesti diisi oleh setiap anggota tim (guru dan staf). Responden memutuskan ”Ya” dan ”Tidak” di ujung setiap pernyataan untuk menampilkan keterwakilan dirinya terhadap perilaku kepemimpinan tiap level. Jumlah pernyataan di tiap level berbeda-beda, dengan uraian selaku berikut:
-          Di level 1 terdapat 3 pernyataan.
-          Di level 2 terdapat 5 pernyataan.
-          Di level 3 terdapat 5 pernyataan.
-          Di level 4 terdapat 4 pernyataan.
-          Di level 5 terdapat 3 pernyataan.
Tiap responden mengisi cuma satu angket.
Data primer inilah yang dimasak oleh peneliti. Data sekunder tidak diperlukan dalam observasi ini.

D.       Teknik Pengumpulan Data
Data primer dalam observasi ini dikumpulkan lewat penyebaran Questioner (angket). Peneliti memajukan angket ke empat organisasi di atas dengan membuka pernyataan bahwa observasi ini ingin menyaksikan keharmonisan penilaian kepemimpinan dalam organisasi tersebut menurut penilaian dari pemimpin itu sendiri dan anggota timnya. Peneliti tidak menerangkan rancangan The 5 Levels of Leadership dengan tujuan agar responden, utamanya pemimpin organisasi, tidak terpengaruh oleh prospek untuk semua mengisi belahan dari angket A.

E.        TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Setelah angket terkumpul, peneliti menjalankan pembuatan dengan teknik selaku berikut:
1)         Mencatat nama pemimpin organisasi.
2)         Menghitung jumlah anggota tim dalam organisasi.
3)         Mencatat tanggal pengisian angket.
4)         Membuat tabel Hasil Pengolahan Data menyerupai di bawah ini
Tabel 6
Hasil Pengolahan Data Primer

Bagian 1
Jumlah pernyataan yang dianggap benar oleh Pemimpin
(Hasil Angket A)
Bagian 2
Jumlah anggota tim di setiap level menurut pada penilaian Pemimpin perihal anggota tim
(Hasil Angket B)
Bagian 3
Jumlah tim yang menempatkan pemimpin dalam setiap level kepemimpinan
(Hasil Angket C)
Level yang Mendominasi
Level 1




Level 2




Level 3




Level 4




Level 5





5)         Mengolah hasil angket A dengan mengkalkulasikan penilaian kepemimpinan menurut dirinya sendiri menurut jumlah pernyataan yang dianggap mewakili aksara kepemimpinan di tiap belahan dari dari angket A. Selanjutnya dicatat di level mana pemimpin memposisikan level kepemimpinannya menurut isyarat di belahan mana ia berhenti. Saat responden (Kepala Sekolah) tidak melanjutkan pengisian angket selanjutnya, memiliki arti ia menganggap dirinya ada di level kepemimpinan tersebut.
Bagian selanjutnya yang tidak diisi lantaran tidak diberikan oleh peneliti diberi nilai jumlah 0 (nol).
Hasil perkiraan pada proses 5) dimasukan ke dalam kolom 2 pada tabel 6.

6)         Mengolah hasil angket B dengan mengkalkulasikan jumlah anggota tim yang menempatkan pemimpin mereka pada suatu level menurut sudut pandang pemimpin. Di level mana pemimpin ditempatkan, terlihat dari jumlah centang pada ”Ya” yang lebih atau sama banyak dibandingkan centang pada ”Tidak”di tiap level pada angket B.
Hasil perkiraan pada proses 6) dimasukan ke kolom 3 pada tabel 6.
7)         Mengolah hasil angket C dengan mengkalkulasikan jumlah anggota tim yang menempatkan pemimpin mereka pada suatu level menurut sudut pandang anggota tim. Di level mana pemimpin ditempatkan, terlihat dari jumlah centang pada ”Ya” yang lebih atau sama banyak dibandingkan centang pada ”Tidak”di tiap level pada angket C.
Hasil perkiraan pada proses 7) dimasukan ke kolom 4 pada tabel 6.

8)         Menghitung angka pada kolom ke-5 pada tabel 6 dengan cara menjumlahkan angka di kolom 2, 3, dan 4 secara mendatar setiap barisnya. Kemungkinan besar, level dengan jumlah tertinggi menampilkan level kepimimpinan dari pemimpin organisasi tersebut (Maxwell, 2011:46).

9)         Menganalisis hasil pembuatan data.











BAB IV
PENUTUP

A.       HASIL PENELITIAN
Dari penyebaran angket dan pembuatan data primer diperoleh hasil selaku berikut:
1)      Nama Kepala Sekolah                                      :  Tiara Karvini, S. S.
2)      Jumlah anggota tim                                          : 11 orang
Jumlah anggota tim yang menjadi responden  : 10 orang
3)      Tanggal pengisian angket                                 : 9 Mei 2017
4)      Pengolahan Angket A
-          Bagian 1. Ms. Tiara menilai kesepuluh penyataan di belahan 1  mewakili aksara kepemimpinannya.
-          Bagian 2. Ms. Tiara menganggap delapan dari sepuluh pernyataan di belahan 2 mewakili aksara kepemimpinannya.
-          Bagian 3. Ms. Tiara menganggap tujuh dari sepuluh pernyataan di belahan 3 mewakili aksara kepemimpinannya.
Karena pernyataan yang dinilai mewakili di belahan 3 cuma tujuh (kurang dari delapan), peneliti tidak menampilkan belahan 4 dan 5 dari Angket A. Dari hasil ini sanggup ditarik kesimpulan bahwa Ms. Tiara menganggap kapasitas kepemimpinannya berada pada level 3.
5)      Hasil pembuatan angket B dan C sanggup dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7
Hasil Pengolahan Data Mutiara Bunda Playschool

Bagian 1
Jumlah pernyataan yang dianggap benar oleh Pemimpin
(Hasil Angket A)
Bagian 2
Jumlah anggota tim di setiap level menurut pada penilaian Pemimpin perihal anggota tim
(Hasil Angket B)
Bagian 3
Jumlah tim yang menempatkan pemimpin dalam setiap level kepemimpinan
(Hasil Angket C)
Level yang Mendominasi
Level 1
10
10
10
30
Level 2
8
10
10
30
Level 3
7
8
8
23
Level 4
0
2
6
8
Level 5
0
0
2
2
6)      Dari hasil di atas terlihat bahwa baik kepala sekolah maupun anggota tim Mutiara Bunda Playschool cabang Sukaluyu menganggap kepemimpinan Ms. Tiara di sekolah sangat besar lengan berkuasa di level 1, besar lengan berkuasa di level 2, dan cukup besar lengan berkuasa di level 3. Hal ini terlihat dari sebanyak seluruh anggota tim setuju menganggap Ms. Tiara sesuai untuk jabatannya. Seluruh anggota tim juga setuju menganggap Ms. Tiara memberi keyakinan dan berkomitmen menolong kesuksesan anggota timnya. Sebanyak 8 dari 10 anggota tim menganggap kepala sekolah mereka mempunyai kekuatan di level 3, cuma 2 orang yang tidak menganggap begitu. Hal ini selaras dengan penilaian kepemimpinan dari sudut pandang pemimpin yang ditangani oleh Ms. Tiara.
Ms. Tiara bekerjsama mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin level 4, hal ini terlihat dari penilaian anggota timnya, sebanyak 6 dari 10 anggota tim setuju dengan hal ini. Sementara pada penilaian diri sendiri, Ms. Tiara memperkirakan cuma ada 2 dari 10 anggota timnya yang menempatkannya di level 4.
Dengan demikian, jika Ms. Tiara ingin mengasah kepemimpinannya ia sanggup mulai menyaksikan point-poin yang dijawab “Tidak” pada level 3 dan berkonsentrasi untuk memperbaiki hal tersebut, sehingga nantinya semua setuju bahwa Ms. Tiara berada di level 3 dan sanggup melanjutkan pengembangan dirinya ke level 4.
     Hasil pengisian angket sanggup ditelaah oleh Ms. Tiara secara lebih lanjut. Dari angket ini terlihat poin-poin di level 1 sudah tidak perlu menjadi perhatian lagi, lantaran sudah dikuasai oleh Ms. Tiara. Hal ini pun disepakati oleh seluruh anggota timnya.
     Pada level 3, ada sedikit perbedaan rekomendasi di poin perhatian terhadap keluarga, menghargai kekuatan dan kehabisan anggota tim, serta penghargaan terhadap prospek dan prospek anggota tim. Sebanyak 3 dari 10 anggota tim menganggap Ms. Tiara tidak memperhatikan kehidupan eksklusif anggota tim. Sebanyak 1 dari orang anggota tim menganggap Ms. Tiara tidak tahu kekuatan dan kelemahannya. Dan sebanyak 1 dari 10 orang anggota tim menganggap Ms. Tiara tidak menghargai prospek dan prospek mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus, walaupun jumlahnya sungguh kecil.
     Pada level 3, poin yang mesti diamati yakni pemberian hikmah terhadap anggota tim dan upaya mengajak mereka untuk lebih produktif. Poin-poin ini dianggap belum ditangani oleh Ms. Tiara menurut anggota tim.
     Pada level 4 dan 5, poin yang mesti menjadi perhatian yakni bimbingan dan pembinaan dari Ms. Tiara terhadap anggota tim. Sebagian besar menganggap hal ini belum ditangani oleh kepala sekolah mereka.

B.        KESIMPULAN
Dapat ditarik beberapa kesimpulan selaku berikut:
a.       The 5 Levels of Leadership bukan cuma berisi rancangan kepemimpinan, tetapi juga tindakan konkrit untuk memajukan diri pemimpin ke level tertinggi dalam kepemimpinan.
b.      Dengan tutorial dari The 5 Levels of Leadership, pemimpin sanggup menganggap kapasitas kepemimpinannya dibandingkan dengan penilaian dari anggota timnya per individu. Hal in imemudahkan pemimpin untuk memajukan diri dan berkonsentrasi pada keistimewaan dan kekurangannya.
c.       Penelitian dengan tutorial The 5 Levels of Leadership sanggup ditangani pada semua organisasi, baik kependidikan maupun non-kependidikan. Selanjutnya penulis menyarankan biar dalam observasi ditangani pada dua jenis organisasi tersebut di atas untuk menyaksikan perbandingan hasilnya.








DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M. Ngalim. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 2002. 
Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
Maxwell, C. John. 2013. The 5 Levels of Leadership. Surabaya: MIC Publishing. ISBN: 978-602-8482-51-6. Cetakan ketiga.
Hidayat syah.2010.Pengantar Umum Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Verivikatif. Pekanbaru : Suska Pres.
Punaji Setyosari.2010.Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana.
Sanapiah Faisal.2008.Format-format Penelitian Sosial. Jakarta : Rajawali Pers.
Sukardi.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sumardi Suryabrata.2008.Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.







Related : 5 Level Kepemimpinan

0 Komentar untuk "5 Level Kepemimpinan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)