Konsep Kualitas Pendidikan

KONSEP MUTU PENDIDIKAN


Konsep mutu mulanya meningkat dalam dunia bisnis tetapi lalu dunia pendidikan menyadari kewajiban untuk menjangkau mutu, sehingga akhir-akhir ini duduk permasalahan mutu menjadi perhatian dalam upaya membangun pendidikan. Mutu merupakan duduk permasalahan pokok yang mau menjamin keyakinan penduduk terhadap forum pendidikan. Kesadaran mutu dimulai pada tahun 1930-1940 oleh Deming dan meningkat pada tahun 1950 di Jepang. Sedangkan dalam dunia pendidikan, kesadaran akan pentingnya mutu dimulai pada tahun 1980-1990. Mutu yang dihasilkan forum pendidikan merupakan berupa mutu layanan (jasa).
Konsep mutu perlu dimengerti dengan baik dan terang mudah-mudahan rencana kegiatan kenaikan mutu sanggup terarah dan menyediakan hasil yang optimal. Para cakap mendefinisikan mutu dari aneka macam sudut pandangnya masing-masing. Usman (2014, hlm. 541) mengutip beberapa definisi tentang mutu selaku berikut:
1)   Deming, mendefinisikan mutu selaku satu tingkat yang sanggup diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada ongkos yang rendah sesuai pasar.
2)   Juran, mengartikan mutu selaku kesanggupan untuk digunakan (fitness for use).
3)   Crosby, menyatakan bahwa mutu sesuai persyaratan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, yang disebut mutu merupakan sifat-sifat produk atau jasa yang cocok persyaratan dan memiliki kesanggupan dalam menyanggupi keperluan penggunanya.
Shen dkk. (dalam Saghier & Nathan, 2013) mengungkapkan bahwa “Quality can be defined as satisfying or exceeding customer requirements and expectations, and consequently to some extent it is the customer who eventualy judges the quality of a product” (mutu sanggup didefinisikan selaku memuaskan  atau menyanggupi keperluan dan impian pelanggan, maka dari itu hingga batas tertentu konsumen yang kesudahannya menganggap mutu suatu produk). Pelanggan merupakan pihak yang paling berkepentingan dalam menganggap mutu suatu produk atau mutu layanan yang diterimanya. Pelanggan suatu produk akan merasa puas jikalau hasil analisa mereka terhadap produk yang digunakan bisa menyediakan sesuatu yang dicari atau diperlukan hingga batas tertentu. Sedangkan konsumen pada industri jasa, akan merasa puas jikalau mereka mendapat pelayanan yang bagus atau sesuai dengan yang diharapkan.
Pendapat di atas selaras dengan persepsi Sriwidadi (2001) yang mendefinisikan mutu secara lazim selaku menyanggupi atau melebihi persyaratan pelanggan. Lebih lanjut Sriwidadi mengungkapkan bahwa hal itu memiliki arti produk atau jasa sempurna bagi penggunaan oleh pelanggan. Ketepatan  untuk penggunaan bermitra dengan nilai yang diterima konsumen dan kepuasan pelanggan. Akan tetapi berlainan dengan Tjiptono (2012, hlm.152) yang memberi persepsi bahwa mutu (mutu) bukan cuma dinilai dari faktor hasil semata, melainkan juga meliputi proses, lingkungan, dan sumber daya manusia. Dalam hal ini menurut Tjiptono analisa terhadap mutu suatu produk atau jasa meliputi aneka macam faktor yang saling terkait. Dalam dunia pendidikan diantaranya lokasi sekolah, desain kelas, biaya, status akreditasi, proses pembelajaran, kualifikasi guru, akomodasi belajar, aksesbilitas, dan sebagainya. Setiap individu akan menyediakan analisa yang berlainan tergantung pada bobot kepentingan pada masing-masing faktor.
Mutu akan menyediakan kepuasan terhadap konsumen apabila dikontrol dengan tepat. Menurut Anderson dkk. (dalam Mulyono, Yoestini, Nugraheni, & Kamal, 2007) Kepuasan konsumen merupakan keseluruhan analisa dari suatu pengalaman pembelian dan konsumsi atas barang maupun jasa. Kepuasan konsumen timbul alasannya merupakan suatu produk dicicipi sesuai dengan harapan. Seperti yang dikemukakan oleh Angelova dan Zekiri (2011), “Customer satisfaction is the outcome felt by those that have experienced a company’s performance that have fulfilled their expectation” (kepuasan konsumen merupakan hasil yang dicicipi oleh orang-orang setelah mencicipi kinerja perusahaan yang menyanggupi impian mereka).
Kotler (dalam Mulyono dkk., 2007) mengemukakan bahwa suatu perusahaan sanggup mengukur kepuasan pelanggannya dengan beberapa cara yakni: Pertama, metode unek-unek dan nasehat (complaint & suggestion system). Kedua, survei kepuasan konsumen (customer satisfaction survei). Ketiga, pembeli bayangan (ghost shopping). Keempat, analisis konsumen yang hilang (loss customer analysis). Perusahaan  atau institusi mesti bisa menanggulangi komplain konsumen dengan sebaik mungkin dan ditindaklanjuti oleh administrasi untuk melakukan perbaikan. Menurut Elu (dalam Aryani & Rosinta, 2010) keputusan perusahaan melakukan langkah-langkah perbaikan pelayanan yang sistematis merupakan payung yang menyeleksi dalam menindaklanjuti komplain konsumen dari suatu kegagalan sehingga pada kesudahannya bisa mengikat loyalitas konsumen.
Kepuasan konsumen dalam hal ini sungguh penting dalam bikin loyalitas pelanggan. Loyalitas merupakan kesetiaan yang timbul tanpa adanya paksaan. Ganiyu, Uche, dan Elizabeth (2012) menyatakan bahwa “Customer loyalty can be defined as the adherence of customers to a company” (loyalitas konsumen sanggup didefinisikan selaku kesetiaan konsumen terhadap perusahaan). Jadi, loyalitas konsumen sanggup diartikan selaku kesetiaan konsumen terhadap suatu produk  dengan mempercayai produk tersebut dan menggunakannya berulang-ulang. Lebih jauh konsumen yang loyal akan menganjurkan produk atau jasa tersebut terhadap orang lain. Upaya menjaga loyalitas konsumen merupakan hal penting yang mesti dijalankan institusi alasannya merupakan menurut para cakap penjualan sepakat bahwa menjaga konsumen yang loyal lebih efisien ketimbang mencari konsumen baru.

Berdasarkan uraian di atas, maka sanggup diambil kesimpulan bahwa mutu merupakan produk atau jasa yang cocok dengan persyaratan dan memberi nilai kepuasan serta faedah bagi konsumen sehingga timbul loyalitas dalam diri konsumen untuk terus memakai produk atau jasa tersebut. Peningkatan mutu produk maupun jasa menjadi duduk permasalahan penting yang mesti diamati alasannya merupakan dengan mutu yang bagus suatu produk atau jasa akan diterima oleh konsumen dan bertahan dalam menghadapi persaingan. 

Related : Konsep Kualitas Pendidikan

0 Komentar untuk "Konsep Kualitas Pendidikan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)