Kisah Nabi Muhammad Saw Selaku Nabi Dan Rosul Terakhir

Pada Kisah Nabi Muhammad SAW selaku rosul dan nabi terakhir ini, diceritakan sejarah singkat kehidupan Nabi Muhammad SAW sejak lahir hingga dia wafat. Sebagai umat Islam, kita sudah semestinya mengenali kisah dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, selaku panutan dan suri tauladan bagi seluruh umat Islam. Tidak ada lagi insan yang patut dicontoh dari semua faktor kehidupan kecuali nabi kita Nabi Muhammad Rosululloh SAW.

Berikut ini detail kisah Nabi Muhammad SAW, mulai dilahirkan hingga Beliau meninggal :
1. Nabi Muhammad SAW dilahirkan
2. Nabi Muhammad SAW disusukan
3. Ibunda Nabi Muhammad SAW wafat
4. Kakek Nabi Muhammad SAW wafat
5. Dalam ASuhan Abu Thalib
6. Berbisnis dengan Khadijah
7. Menikah dengan Khadijah
8. Mendamaikan Pemuka Quraisy
9. Turunnya Wahyu Pertama
10. Turunnya Wahyu Kedua
11. Dakwah Secara Sembunyi
12. Dakwah Secara Ternag-terangan
13. Penganiayaan Thd Rosululloh dan Pengikutnya

Kisah Nabi Muhammad SAW dilahirkan

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di kota mekah pada tanggal 12 Rabi'ul Awal tahun gajah, atau tanggal 20 April tahun 571 Masehi. Disebut tahun gajah alasannya pada waktu itu raja Abrahah tiba ke kota mekah menenteng pasukannya dengan menunggang gajah, dengan tujusn akan merusak ka'bah. Namun Alloh menyuruh burung ababil yang menenteng kerikil kerikil dari neraka dan dilemparkan terhadap pasukan gajah raja Abrahah.

Beliau dilahirkan dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Siti Aminah. Abdullah bin Abdul Muthalib selaku ayah beliau, meninggal pada dikala Muhammad masih di dalam kandungan ibunya
dan gres berusia 6 bulan.

Sudah menjadi kebiasaan di kelompok pemuka bangsa arab pada waktu itu, jikalau mempunyai bayi gres lahir, maka bayi tersebut akan dititipkan dan disusukan terhadap kaum ibu daerah pedesaan. Tujuannya mudah-mudahan bayi bisa menghirup udara higienis dan segar.


Nabi Muhammad SAW disusukan terhadap orang lain

Setelah Muhammad dilahirkan, disusui oleh ibunya cuma beberapa hari saja, kemudian disusukan Tsuaibah selama 3 hari. Setelah itu oleh kakeknya yakni Abdul Munthalib menyusukan Muhammad  kepada seorang ibu yang belum memilki anak dari kabilah Banu Saad yang berjulukan Halimah Sa’diyah istri dari Haris.

Muhammad mempunyai spesialisasi yang sungguh menonjol, berlainan dengan bawah umur biasa,  wajahnya memancarkan cahaya, kemajuan badannya cepat, sudah bisa berlangsung di usia 5 bulan. Pada usia 9 tahun, Muhammad sudah tanpa hambatan berbicara, dan pada dikala usianya 2 tahun sudah bisa menggembalakan kambing.

Pada usia 4 tahun Muhammad didekati oleh malaikat Jibril dan menelentangkannya kemudian membelah dada dan mengeluarkan hati serta segumpal darah dari dada Muhammad, kemudian Jibril mencucinya kemudian menata kembali ke tempatnya sehingga Muhammad tetap dalam kondisi sehat dan bugar menyerupai biasa.

Setelah insiden pembelahan dada Muhamad itu dimengerti oleh Halimah, Halimah sungguh cemas dan cemas jikalau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan terhadap Muhammad. Akhirnya Halimah mengembalikan Muhammad ke pangkuan ibundanya Siti Aminah.

Ibundanya Wafat

Pada usia 6 tahun Nabi Muhammad SAW diajak ibundaya ke Yatsrib yang berjarak 500 km dari Mekah untuk berziarah ke makam ayahnya. Mereka ditemani oleh Ummu Ayiman, seorang budak perempuan milik Abdullah. Setelah selesai berziarah, dalam perjalanan pulang ke Mekah Siti Aminah sakit, dan meninggal di perjalanan, yakni di desa Abwa, terletak kurang lebih 140 km dari Madinah ke arah Mekah. Aminah dimakamkan di di sana.

Tidak terbayangkan bagaiamana kesedihan Muhammad SAW di saat itu, anak yang gres berusia 6 tahun, ditinggalkan ibunya di daerah orang lain, dan jauh dari kampung halamannya.

Ummu Ayiman  beserta Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanannya ke Makkah, dan mengirimkan Muhammad ke kediaman kakeknya yakni Abdul Muthalib. Sejak itu Nabi Muhammad SAW menjadi seorang anak yatim piyatu tak mempunyai ayah dan ibu.

Kakeknya Wafat

Kakek Nabi Muhammad SAW yakni Abdul Muthalib, sungguh mencintai cucunya. Beliau merupakan tokoh pemuka suku Quraisy yang sungguh disegani di kota Mekah. Namun  pada dikala usia Muhammad meraih 8 tahun 2 bulan 10 hari, kakeknya pun wafat. Sebelum mengehembuskan nafas terakhir, Abdul Muthalib sempat berwasiat terhadap anaknya Abu Thalib, mudah-mudahan mempertahankan dan merawat Muhammad selaku pengganti dirinya.

Dalam Asuhan Pamannya Abu Thalib

Setelah kakek dia Abu Thalib wafat, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya yang berjulukan Abu Thalib. Pamannya pun sungguh menyayanginya alasannya Muhammad memilki sifat-sifat yang bagus dan terpuji. Abu Thalib bukanlah tergolong golongan orang kaya, sehingga Muhammad pun mesti menggembala kambing untuk menolong kehidupan keluarganya.

Pada usia 12 tahun nabi Muhammad SAW diajak pamannya untuk berjualan ke negeri Syam. Di tengah perjalanan tepatnya di kota Busyro di negeri Syam, mereka berjumpa dengan pendeta yang berjulukan Buhaira. Buhaira mengenali dengan terperinci bahwa pada diri Muhammad terlihat tanda tanda kenabian. Demi keamanan Muhammad, Buhaira meminta Abu Thalib untuk kembali ke Makkah.
Karena dikhawatirkan orang-orang yahudi akan membunuh Muhammad.

Setelah kembali dari Syam, Nabi Muhammad SAW kembali mengembalakan kambing. Ketika dia berusia 15 tahun terjadi perang Fijar. Perang antara kabilah Quraisy bareng Kinanah dengan suku Qais Ailan. Muhammad pun ikut bergabung dalam perang ini dengan menghimpun bawah umur panah untuk paman-pamannya.

Berbisnis dengan Khadijah

Dalam asuhan Abu Thalib, Muhammad diajarkan bagaimana cara-cara berjualan sejak berusia 12 tahun. Dengan bekal kejujuran dan keuletannya, Muhammad sungguh jago berjualan dan senantiasa berhasil dalam setiap bisnis yang dilakukannya. Menurut sejarah, tercatat bahwa Muhammad pernah melaksanakan lawatan bisnis ke mancanegara yakni ke negeri Syam, Yaman, Bahrain, dan Yordania.


Khadijah selaku pengusaha perempuan ternama di negara arab, sudah usang mendengar reputasi Muhammad selaku pengusaha yang jujur dan amanah. Khadijah alhasil merekrut Muhammad menjadi manager bisnisnya.

Pernikahan dengan Khadijah

Setelah melakukan pekerjaan sama Muhammad, Khadijah tahu bagaimana cara Muhammad berbisnis. Karena kejujuran dan amanahnya, Khadijah terpikat dan ingin menikahi Muhammad.

Beberapa hari setelah pulang berniaga dari negeri Syam, Abu Thalib menemukan lamaran dari Khadijah untuk menikahi Muhammad. Abu Thalib tidak merasa keberatan, dan pribadi melaksanakan proses pernikahan. Pada dikala itu Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.


Nabi Muhammad SAW Mendamaikan Pemuka Quraisy

Pada suatu di saat terjadi banjir di kota Mekkah, sehingg kabah yang mereka hormati mengalami rusak. Para pemuka kaum Quraisy sepakat untuk melaksanakan perbaikan.

Selama proses perbaikan kabah tidak ada pertengkaran di antara semua kabilah. Namun di saat saatnya menempatkan hajar aswad, mulailah timbul perselisihan, masing-masing kabilah merasa paling berhak untuk mengangkat dan menempatkan hajar aswad tersebut. Bahkan perseilisihan tersebut makin meruncing hingga nyaris terjadi pertumpahan darah.

Akirnya Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi menampilkan nasehat terhadap semua kabilah yang bertikai mudah-mudahan menyerahkan keputusan megenai siapa yang berhak menempatkan hajar aswad terhadap orang yang pertama kali melalui pintu masjid. Semua kabilah menyepakati anjuran tersebut.

Allah SWT maha berkehendak, kemudian Nabi Muhammad SAW ditakdirkan menjadi orang yang pertama kali melalui pintu masjid. Pada dikala itu Beliau berusia 35 tahun dan belu, diangkat menjadi nabi dan rosul. Orang-orang Quraisy pun merasa bahagia terhadap Nabi Muhammad SAW selaku orang yang berhak menyeleksi keputusan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Karena Nabi Muhammad SAW dimengerti selaku orang yang paling  jujur dan adil bahkan mereka sendiri menampilkan gelar Al-Amin.

Nabi Muhammad SAW kemudian menyarankan cara yang sungguh hebat yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh mereka.

Nabi Muhammad SAW mengambil selembar kain selendang. Kemudian Hajar Aswad diangkat dan  ditaruh di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau kemudian meminta seluruh kepala suku dari masing-masing kabilah yang bertikai untuk memegang masing masing ujung selendang tersebut. Kemudian mereka bantu-membantu secara serentak mengangkat Hajar Aswad itu, dan menenteng ke tempat akan dimana kerikil tersebut akan ditempatkan. Setelah mendekati tempatnya, para kabilah mempersilahkan Nabi Muhammad SAW untuk menaruh Hajar Aswad pada tempatnya.

Dengan cara Muhammad menyesaikan pertengkaran tersebut, maka seluruh kabilah yang melaksanakan renovasi kabah tersebut berdamai kembali dan merasa puas. Setelah insiden tersebut Nabi Muhammad SAW menjadi makin terkenal.

Wahyu Pertama Turun


Pada usia 40 tahun Muhammad sering  menyendiri dan bertapa di dalam suatu gua yang terletak di jabal nur, yakni di gua Hira.  Beliau senantiasa ingin mendekatkan diri terhadap Allah. Pada dikala dia sedang melaksanakan khalwat di gua hira, tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan datanglah malaikat Jibril menenteng wahyu pertama.  Mula-mula Muhammad panik dan gemetaran menyaksikan kemunculan Jibril.  Kemudian Jibril merangkulnya,  Beliau makin ketakutan,  tubuhnya menggigil. Setelah dilepas,  malaikat Jibril berkata Bacalah "Aku tidak dapat membaca,"  jawab Muhammad
Jawaban itu diulanginya hingga tiga kali.  Akhirnya ia berkata terhadap Jibril "Apa yang mesti kubaca?, Kemudian Jibril membacakan surah Al-Alaq ayat satu hingga ayat lima.

Sesudah Beliau pulang dengan tubuh metar.  Beliau disambut oleh Khadijah yang sungguh setia dan memperhatikannya.  Beliau diselimuti oleh Khadijah dan dihiburnya dengan kata yang menentramkan Lalu Khadijah pergi ke tempat tinggal anak pamannya yang ber nama Waraqah bin Naufal untuk berkonsultasi.  Waraqah mengumumkan bahwa yang tiba terhadap Muhammad merupakan malaikat Jibril yang pernah tiba juga pada Nabi Musa.  Makara Muhammad akan diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul .


Turunnya Wahyu Kedua


 Sesudah wahyu yang pertama,  selama dua setengah tahun dia tidak menemukan wahyu lagi.  Beliau sungguh cemas wahyu yang diturunkan kepadanya akan terputus,  maka ia pergi menyepi ke goa Hira lagi.  Ketika ia menengadahkan parasnya ke langit tampaklah malaikat Jibril.  Beliau panik dan secepatnya pulang ke rumah.  Beliau minta terhadap Khadijah mudah-mudahan disellimuti.

Dalam kondisi berselimut itu,  datanglah malaikat Jibril menyodorkan wahyu kedua yang artinya Hai orang yang berselimut Bangunlah dan berilah peri ngatan.  Besarkanlah Nama Tuhanmu,  Bersihkanlah pakaianmu,  jauhilah perbuatan ma'syiat,  janganlah kau memberi alasannya hendak menerima yang lebih banyak.  Dan hendaklah kau bersabar untuk menyanggupi perintah Tuhanmu. (QS.  Al-Mudatstsir 1-7).  Dengan demikian jelaslah sudah,  bahwa Muhammad diperintah oleh Alloh SWT untuk menyodorkan risalah-Nya yakni mengajak insan menyembah Allah Maha Esa.


Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi


Setelah dia menemukan wahyu untuk berdakwah,  maka yang pertama dia kerjakan merupakan berdakwah secara sembunyi sembunyi terhadap keluarga,  sobat dan orang-orang dekatnya.  Yang pertama kali dia ajak merupakan istri dia sendiri,  Khadijah.  Kedua merupakan Ali bin Abi Thalib kemudian Zaid bin Haritsah.

Sesudah itu dia mengajak sobat akrabnya yang berasal dari golongan orang renta yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq. Setelah Abu Bakar masuk Islam,  maka banyaklah orang-  orang yang mengikutinya antara lain Utsman bin Affan,  Zubair bin Awwam,  ad bin Abi Waqash,  Abdur Rahman bin 'Auf,  Thalhah bin Uabidillah,  Abu Ubaidah bin Jarrah,  Arqam bin Abil Arqam,  Fatimah bin Khattab.  Mereka inilah yang dimengerti selaku golongan yang pertama kali masuk Islam atau "Assaabiqunal Awwaalun”  Mereka biasa menemukan pelajaran ihwal Islam di rumah Argam bin Abil Arqam.


Berdakwah Secara Terang-terangan


Setelah tiga tahun lamanya,  Rasulullah berdakwah secara sembunyi sembunyi,  kemudian datanglah perintah untuk berdakwah secara terang-terangan.  Namun seperti  nabi nabi sebelum Nabi Muhammad SAW,  ajakannya sering ditolak oleh sebagian besar kaumnya.  Hanya sedikit yang hendak menemukan permohonan beliau. Walaupun demikian dia tetap bersabar dan terus melaksanakan dakwah dengan bijaksana.

Karena Nabi Muhammad SAW terus berdakwah tanpa henti siang malam, maka Orang-orang kafir mulai jengkel.  Mereka meminta Abu Thalib selaku pamannya untuk memerintahkan dia menghentikan dakwahnya.  Kemudian Abu Thalib menyodorkan permohonan kaum kafir quraisy tersebut terhadap keponkannya. Tetapi hal itu dijawab oleh Nabi Muhammad SAW,  Demi Allah wahai paman,  jikalau sekiranya mereka bisa menaruh matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku dengan maksud mudah-mudahan saya menghentikan pekerjaan ini (dakwah)  sehingga agama ini tersiar ke seluruh permukaan bumi, atau saya akan binasa karenanya,  tetapi saya tetap tidak akan menghentikan pekerjaan ini. Mendengar tekad keponakannya yang membaja ini,  Abu Thalib berkata: "Pergilah dan katakanlah apa yang kau kehendaki,  demi Allah saya tidak akan menyerahkan kau alasannya suatu bantalan an apap pun selamanya”.


Penganiayaan Terhadap Rosululloh dan Pengikutnya


Melihat Nabi Muhammad SAW yang  masih tetap menjalankan dakwahnya, dan terus menentang sesembahan  kaum kafir  yakni patung-patung, orang-orang kafir mulai tersinggung.  Terlebih setelah para pemuka kaum kafir meng amati,  kian banyak saja orang yang masuk Islam dan mengikuti permohonan nabi Muhammad SAW,  maka mereka kaum kafirin mulai menghalang-halangi dakwah Beliau. Bahkan mereka tidak segan segan menganiaya dia secara langsung.

Ketika dia sedang melakukan  shalat dan bersujud di Masjidil Haram,  tiba-tiba Abu Jahal tiba sambil mengangkat kerikil besar dan hendak ditimpakan terhadap rosululloh SAW, tetapi tujuannya itu tidak kesampaian alasannya Allah menyuruh Malaikat Jibril untuk melindungi beliau.  Mendadak tubuh Abu Jahal gemetar dan pucat alasannya ketakutan.


Beliau juga pernah dilempari kotoran unta dan perihal cuilan atas pundaknya.  Ketika pulang dari masjid dia ditaburi debu dan pasir oleh seseorang dari kaum  pada wajah beliau.
Penganiayaan secara pribadi terhadap tubuh dia yang sungguh keterlaluan merupakan yag pernah ditangani oleh  Uqbah bin Abi Mu'ith,  di saat nabi Muhammad SAW sedang  shalat di Masjidil Haram tiba-tiba orang kafir itu menjerat leher belliau dengan selendang yang dia pakai, sehingga dia tidak berdaya untuk melepaskanny.  Untunglah dikala itu tiba Abu Bakar dan pribadi memiting dan menghempaskan dia dari Rasulullah.


Beberapa pengikut rosululloh SAW juga banyak yang menemukan perlakuan yang kejam,  menyerupai Bilal bin Rabah,  yakni seorang budak  milik Umayyah bin Khalaf seorang tokoh penting dari kaum kafir. Umayvah bin Khalaf beserta algojonya  menelentangkan Bilal di atas padang pasir di bawah terik matahari dan dadanya ditindih dengan kerikil besar, badannya dicambuk, dipaksa untuk menyampaikan hinaan terhadap rosululloh SAW. Namun malah ia mengeluarkan kalimat Ahad…Ahad…Ahad yang makin memajukan amarah tuannya.
Bilal dipakaikan baju besi dan dijemur di padang pasir di bawah terik matahari yang begitu panas. Ia juga disiksa dengan cara lain lehernya diikat dengan tali kasar, bawah umur disuruh menariknya layaknya menawan seekor kambing.  Ia dipaksa untuk meninggalkan fatwa nabi Muhammas SAW, tetapi ia tetap teguh, bahkan imannya semakin  bertambah tebal. Hal ini dimengerti oleh Abu Bakar. Akhirnya Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar setelah ditebus dengan harga yang cukup mahal.

Shahabat Rasulullah lainnya yang disika di luar batas kemanusiaan merupakan Amar bin Yasir beserta kedua orang tuanya yakni Yair bin Amir dan Sumayyah binti Khayyath. Mereka tergolong kaum miskin dan Bani Makhsum selaku tempatnya bernaung.  Mendengar mereka sudah masuk Islam, Bani Makhsum sungguh marah. Mereka disiksa di padang pasir pada waktu Dhuhur yakni pada waktu matahari sedang terik di atas kepala. Amar bin yasir dan orang tuanya didera, disulut dengan api menyala, dan aneka macam macam langkah-langkah keji yang menakutkan di luar batas peri kemanusiaan. Bahkan ibunya ditusuk dengan tombak dari selangkangannya hinga tembus ke punggungnya oleh Abu Jahal. Maka ibunya Amar bin Yasir menjadi  orang pertama yang mati syahid dalam Islam. Ayahnya juga meninggal dalam penyiksaan kafir quraisy. Penyiksaan-penyiksaan itu ditangani untuk mengembalikan keimanan mereka terhadap berhala berhala yang sebelumnya mereka sembah. Namun kerja keras kaum kafir quraisy sia sia saja, keimanan mereka sungguh teguh dan kokoh, tidak tergoyahkan oleh siksaan-saiksaan tersebut.  Amar bin Yasir dibebaskan setelah ditebus oleh Abu Bakar Sidiq dengan tebusan yang cukup mahal.




Sumber http://afm98.blogspot.com

Related : Kisah Nabi Muhammad Saw Selaku Nabi Dan Rosul Terakhir

0 Komentar untuk "Kisah Nabi Muhammad Saw Selaku Nabi Dan Rosul Terakhir"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)