Makalah Kapita Selekta - Sarana, Prasarana, Dan Akomodasi Pendidikan Islam Belahan Ii

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Pendidikan Islam

Sekolah ialah forum pendidikan kedua yang bertugas menolong keluarga dalam membimbing dan mengarahkan pertumbuhan serta pendayagunaan potensi tertentu yang dimiliki siswa atau anak, biar bisa menjalankan tugas-tugas kehidupan selaku manusia, selaku anggota masyarakat, ataupun selaku individual. Sekolah ialah pendidikan yang berjalan secara formal artinya terikat oleh peraturan-peraturan tertentu yang mesti dimengerti dan dilaksanakan. Di sekolah, murid atau anak tidak lagi diajarkan oleh orang tua, akan tetapi gurulah selaku pengganti orang tua.

Hafidz (1989) menyediakan pemahaman fasilitas pendidikan yakni peralatan dan peralatan yang secara pribadi dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses mencar ilmu mengajar, menyerupai ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Peralatan dan peralatan yang sudah disebutkan dalam klarifikasi yang dimaksud oleh Hafidz yakni alat yang dipakai dalam proses mencar ilmu mengajar baik seorang pendidik ataupun seorang anak didik, umpamanya dalam menggunakan buku dan alat tulis lainnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana pendidikan yakni segala sesuatu yang secara tidak pribadi menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, menyerupai halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi tidak dimanfaatkan secara pribadi untuk proses mencar ilmu mengajar, menyerupai taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah selaku sekolah lapangan olahraga, komponen tersebut ialah fasilitas pendidikan.

Jadi, kepraktisan pendidikan Islam yakni segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang sanggup diartikan selaku fasilitas dan prasarana yang sanggup memudahkan terselenggaranya dalam pembelajaran pendidikan Islam. Sarana yang diharapkan dalam pembelajaran dibedakan menurut fungsi, jenis,dan sifat barang. 

Proses belajar-mengajar akan berjalan dengan baik kalau metode yang dipakai betul-betul tepat, alasannya yakni antara pendidikan dengan metode saling berkaitan. Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan yakni perjuangan atau langkah-langkah untuk membentuk manusia. Pendidikan agama selaku salah satu faktor dasar ketimbang pendidikan nasional.

Berbicara wacana fasilitas dalam pendidikan yakni salah satunya metode. Metode selaku salah satu fasilitas penting dalam proses pendidikan agama juga mesti dikaji dan dikembangkan. Sejalan dengan permintaan pertumbuhan jiwa anak didik atau sampaumur biar bisa menenteng dirinya dalam arena persaingan kehidupan modern. Yaitu kehidupan yang sarat tantangan dan pertentangnan nilai-nilai sosial- sekuleristik dan nilai sosial-religius atau nilai-nilai relativisme kultural yang berubah-ubah.

Sarana-sarana yang lain bersifat fisik menyerupai kepraktisan peribadatan dan buku-buku bacaan yang bernilai moral religius dan memotivasi sikap susila atau sopan santun sosial dan nasional. Yaitu fasilitas yang mendorong terciptanya kesanggupan inovatif dalam cerdas pengetahuan.

Sarana prasarana pendidikan perlu dimanajemen dengan baik biar sanggup menyediakan donasi yang maksimal pada jalannya proses pendidikan di sekolah. Mulyasa (2002) menyampaikan bahwa administrasi fasilitas dan prasarana yang bagus diharapkan sanggup bikin sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga bikin kondisi yang mengasyikkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah.

Pengertian metode bisa diberikan terhadap suatu perangkat atau prosedur yang berisikan bagian-bagian yang satu dan yang lain saling berafiliasi dan saling memperkuat. Sarana yakni suatu alat atau media yang dipakai dalam metode mencar ilmu atau prosedur mencar ilmu pendidikan Islam. Sarana juga menjadi salah satu sumber dalam melakukan  pembelajaran.

Sarana lain yang tidak kalah pentingnya yakni organisasi organisasi ialah wadah kolaborasi antara sekolah dan rumah di mana pelaksanaan pendidikan agama berarti sungguh penting untuk penghayatan dan pengalaman yang berkelanjutan akan nilai-nilai pendidikan di kedua lembaga.

AECT mendefenisikan sumber mencar ilmu yakni aneka macam atau semua sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang sanggup dipakai oleh siswa dalam mencar ilmu baik secara terpisah maupun secara terkombinasi, sehingga menghipnotis dan memudahkan siswa dalam meraih tujuan belajarnya.

B. Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam

Dalam arti yang luas lingkungan meliputi iklim dan geografis, wilayah tinggal, adab istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan yakni sesuatu yang terlihat dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia yakni seluruh yang ada, baik insan maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang memiliki kekerabatan dengan seseorang. Sejauh manakah seseorang berafiliasi dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka potensi masuknya imbas pendidikan kepadanya. Tetapi keadaan-keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya memiliki nilai faktual pertumbuhan seseorang, alasannya yakni bisa saja malah menghancurkan perkembangannya.

Lingkungan yang tenteram dan mendukung bagi terselenggaranya suatu pendidikan sungguh diperlukan dan turut kokoh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam metode pendidikan Islam, lingkungan mesti diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.

Seperti diketahui, setiap bayi insan dilahirkan dalam lingkungan tertentu, yang ialah lingkungan pendidikan paling penting hingga anak mulai masuk taman kanak-kanak ataupun sekolah. Sebelum anak menginjakkan langkah dunia ke dunia sekolah ia apalagi dulu melalui kesehariannya di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, tidak lain halnya sesudah ia masuk sekolah maka menyerupai sanggup dipahami bahwasannya lingkungan dalam pendidikan itu sungguh penting dan senantiasa diperhatikan.

Manusia selama hidupnya senantiasa akan mendapat imbas dari keluarga, sekolah, dan penduduk luas.ketiga lingkungan itu sering disebut tripusat pendidikan, yang mau menghipnotis insan secara bervariasi. Muhammad Joko Susilo (2006) dalam kutipan bukunya menerangkan wacana lingkungan pendidikan yakni dimensi lingkungan sanggup dibedakan menjadi dua yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik lebih condong dikaji dari sisi bangunan yang berada di sekeliling sekolah, sedangkan lingkungan sosial dilihat dari kondisi penduduk di sekeliling sekolah.

Sehingga, lingkungan pendidikan ialah salah satu faktor paling penting dalam pertumbuhan dan pertumbuhan dalam pendidikan, dari bentuk sekitar bangunan penunjang umpamanya gedung sekolah, perpustakaan, dan gedung yang lain yang sanggup dipakai untuk fasilitas dan prasarana pendidikan.

1. Fungsi Lingkungan Pendidikan

Manusia memiliki sejumlah kesanggupan yang sanggup dikembangkan lewat pengalaman, pengalaman itu terjadi alasannya yakni interaksi insan dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial secara efesien dan efektif. Seperti dimengerti lingkungan pendidikan pertama dan utama yakni keluarga. Berdasarkan berpedaan ciri-ciri penyelenggaraan pendiidkan pada ketiga lingkungan pendidikan itu, maka ketiganya dibedakan selaku pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.

Secara biasa fungsi lingkungan pendidikan yakni menolong akseptor didik dalam berinteraksi dengan aneka macam lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya) utamanya aneka macam sumber daya pendidikan yang bersedia, biar sanggup diraih tujuan pendidikan yang optimal. Konsep yang dipakai dalam lingkungan pendidikan itu sendiri biar menolong akseptor didik dalam mengikuti pendidikan yang efektif dan efesien. Dengan mengenal lingkungan sosial seorang anak akan mengalami suatu proses yang tidak di ketahui di dalam lingkungan keluarga dan juga sekolah, tetapi mesti juga memperhatikan batasan dalam bersosial.

2. Berbagai lingkungan yang mempengaruhi

Semangat atau dorongan perjuangan disamping ditimbulkan dalam diri pribadi insan sendiri, umpamanya nafsu egocentris, polemos religius, dan mungkin juga nafsu eros, juga banyak faktor lingkungan kerja yang mengandung dorongan-dorongan, baik yang faktual dan negatif terhada semangat berproduksi.  Kualitas manusia, baik faktor kepribadian maupun penguasaan ilmu-ilmu pengetahuan, serta  kemahiran dalam keutamaan tertentu, ialah hasil kerja ketiga lingkungan pendidikan.

Kemajuan masyarakat, pertumbuhan Iptek yang kian cepat, serta makin menguatnya masa globalisasi akan menghipnotis kiprah dan fungsi ketiga lingkungan pendidikan. Manusia mengalami pergantian dalam menghadapi masa globalisasi, dimana pada masa teknologi maka akan memperbesar kiprah yang ditangani oleh keluarga. Perkembangan teknologi yang mendorong insan untuk memadai segala impian dan kebutuhannya.

3. Tripusat Pendidikan

Lingkungan pendidikan yang mula-mula paling penting yakni keluarga. Pada penduduk yang masih sederhana dengan struktur sosial yang belum kompleks, cakrawala anak sebagian besar masih terbatas pada keluarga. Pada penduduk tersebutr keluarga memiliki dua fungsi yakni fungsi produktif dan fungsi konsumsi. Pada lazimnya kehidupan seorang anak didalam penduduk tradisonal tidak jauh beda dengan kehidupan orang tuanya, di dalam penduduk condong menyaksikan sosok dan latar belakang orang tuanya dan lingkungan keluarga. Hal ini sanggup menjadi efek dan momok yang membingungkan dan menangkal anak dalam bersosial.

Tetapi di dalam penduduk terbaru di mana industrialisasi kian meningkat dan membutuhkan spesialisasi. Maka pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab keluarga itu sekarang sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Dalam keluarga pada penduduk yang belum maju, orang bau tanah ialah sumber pegetahuan dan kemampuan yang diwariskan atau diajarkan kepada  anak-anaknya. Dalam keluarga  ini orang bau tanah memegang otoritas sepenuhnya. Sedangkan dalam keluarga terbaru orang bau tanah mesti membagi otoritas dengan orang lain, utamanya guru dan pemuka masyarakat, bahkan dengan anak mereka sendiri yang memperoleh wawasan gres dari luar keluarga.

Lain halnya dengan negara yang ada dalam negara barat, negara dengan materiil dan teknologi yang besar, sungguh diharapkan penasehat untuk sanggup menjadi pendiidkan dalam menhadapi masa yang kian maju, dan minim akan budpekerti dan kebajikan. Dalam peraturan dasar sekolah tinggi tinggi Nasional Taman Siswa (putusan Kongres X tanggal 5-10 Desember 1966) pasal 15 ditetapkan bahwa :

a.   Untuk meraih tujuan pendidikan nya, Taman Siswa melaksanakan kolaborasi yang serasi antara ketiga pisat pendidikan yaitu:

1)   Lingkungan keluarga;
2)   Lingkungan perguruan;
3)   Lingkungan penduduk / pemuda.

b.   Sistem pendidikan tersebut dinamakan metode “tripusat” (suparlan,1984:110). Bagi taman Siswa, di samping siswa yang tetap tinggal di lingkungan keluarga, sebgaian siswa tinggal di asrama (Wisma Priya dan Wisma Rini) yang dikontrol secara kekeluargaan dengan menerapkan metode Among. Sedangkan pada lingkungan masyarakat,taman siswa, menerapkan dengan pengutamaan pemupukan semangat kebangsaan. (Suparlan,1984: 119-120).

1) Keluarga

Komponen utama dalam keluarga yakni orang tua. Mereka yakni orang yang paling potensial menghipnotis akseptor didik. Keluarga ialah pengelompokan primer yang berisikan sejumlah kecil orang alasannya yakni kekerabatan semenda dan sedarah. Keluarga itu sanggup berupa keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (di samping itu ada orang lain: kakek, nenek, adik/ipar, pembantu, dan lain-lain).

Perkembangan keperluan dan aspirasi individu maupun masyarakat, memicu kiprah keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya juga mengalami pergantian kegiatan. Dengan meningkatnya keperluan dan aspirasi anak, maka keluarga kebanyakan tidak dapat memenuhinya. Maka dari itu langkah-langkah yang ditangani oleh orang bau tanah untuk menyanggupi tujuan pendiidikan maka diambil suatu langkah mengikuti suatu acara di luar sekolah sepetri kursus, mencar ilmu kalangan atau pun home teaching.

Fungsi dan peranan keluarga, disamping pemerintah dan masyarakat, dalam sisdiknas Indonesia  tidak terbatas cuma pada pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga berpartisipasi bertanggung jawab terhadap pendidikan. Tidak susah dipahami kalau orang bau tanah memiliki imbas yang besar dalam pertumbuhan anaknya. Sehubungan dengan ini terdapat hadits antara lain selaku berikut:

a).   Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Rasulullah bersabda: “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orangtuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan hewan melahirkan binatang, apakah kau menyaksikan kehabisan padanya?” (HR. Al-Bukhari)
b).   Menurut Al-Jamali,” Pendidikan Islam yakni proses yang mengarahkan insan terhadap kehidupan yang bagus dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kesanggupan dasar (fitrah) dan kesanggupan ajarannya (pengaruh dari luar).
c).   Menurut Ki Hajar Dewantara, situasi kehidupan keluarga ialah wilayah yang sebaik mungkin untuk melaksanakan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Peran orang bau tanah dalam keluarga selaku penuntun, selaku pengajar, dan selaku contoh.

2) Sekolah/Madrasah

Di antara tiga sentra pendidikan yakni sekolah/madrasah. Semakin maju suatu penduduk kian penting peranan sekolah dalam merencanakan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya. Dari sisi lain, sekolah juga memperoleh banyak kritik atas aneka macam kehabisan dan kekurangannya, yang meraih puncaknya dengan ide Ivan Illich untuk membebaskan penduduk dari wajib sekolah dengan buku yang kondang bebas dari sekolah (deschooling society, 1972/1982).

Sekolah selaku sentra pendidikan yakni sekolah yang merefleksikan penduduk yang maju alasannya yakni pemanfaatan secara maksimal ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dengan demikian sekolah semestinya sanggup secara sebanding dalam menghadapi pertumbuhan dan kebudayaan, faktor perbudayaan, faktor wawasan dan pemikiran akseptor didik.

3) Masyarakat

Kaitan antara penduduk dan pendidikan sanggup ditinjau dari tiga sisi yaitu:

a)   Masyarakat selaku penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
b)   Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan / kalangan sosial di masyarakat, baik pribadi maupun tak langsung, ikut memiliki kiprah dan fungsi edukatif.
c)   Dalam penduduk tersedia aneka macam sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility).

Fungsi penduduk selaku sentra pendidikan sungguh tergantung pada taraf pertumbuhan dari penduduk itu berserta sumber-sumber mencar ilmu yang tersedia di dalamnya. Perkembangan penduduk sangat  bervariasi, sehingga sanggup dibedakan menjadi beberapa tipe. Menurut Koentjaraningrat (dari Wayan Ardhana,1986: modul 1/71-72) menurutnya ada enam tipe sosial-budaya yaitu:

a)   Tipe penduduk menurut metode berkebun yang amat sederhana, hidup dengan berburu, dan belum memiliki kebiasaan menanam padi.
b)   Tipe penduduk perdesaan menurut bercocok tanam di ladang atau sawah dengan tumbuhan pokok padi. Ini disebut juga dalam stratifikasi sosial sedang.
c)   Tipe penduduk perdesaan menurut sitem bercocok tanam di ladang atau sawah dengan pokok padi.
d)   Tipe penduduk perdesaan menurut metode bercocok tanam di sawah dengan tumbuhan pokok padi. Sistem dasar kemasyarakatannya yakni komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang agak kompleks.
e)   Tipe penduduk perkotaan yang memiliki ciri-ciri sentra pemerintahan dengan sektor jual beli dan indistri yang lemah.

Menurut Muhammad Ustman Najati, selain orang tua, sobat dan orang yang terdekat juga memiliki imbas besar terhadap pertumbuhan sikap anak, utamanya pada masa remaja. Biasanya sobat yang moralnya buruk kadang juga akan mempengarui orang yang sering menerimanya.pengaruh sobat ini diperkuat oleh beberapa sikap studi yang menyinari langkah-langkah penyimpangan mereka.

Sebenarnya bila kita lihat dari klarifikasi tripusat pendidikan ini, yang terbesar pengaruhnya yakni lingkungan masyarakat, lebih ke dalam kegiatan dan sobat bermain anak itu sendiri. Lain halnya bila di sekolah, seorang murid atau akseptor didik. Dia mengikuti segala ketentuan yang berlaku di sekolah tersebut, dengan perintah dan contoh seorang guru atau lembaga, sedangkan di dalam keluarga seorang anak akan menyaksikan seberapa besar orang bau tanah menyediakan waktu untuk mereka, saat dalam lingkungan keluarga tidak ada keselarasan menyerupai yang anak inginkan, maka ia akan mencari jalan dan kehidupannya sendiri.

Related : Makalah Kapita Selekta - Sarana, Prasarana, Dan Akomodasi Pendidikan Islam Belahan Ii

0 Komentar untuk "Makalah Kapita Selekta - Sarana, Prasarana, Dan Akomodasi Pendidikan Islam Belahan Ii"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)