Mengapa Siswa Aku Tidak Termotivasi Belajar?

Beberapa guru sungguh mungkinn sekali mengeluhkan kondisi siswa-siswa kini yang nampaknya tidak termotivasi untuk belajar. Ini kadang sanggup menghasilkan guru putus asa dan putus asa. Apa yang sanggup memicu siswa-siswa menjadi demikian? Bagaimana cara mengatasinya? Tulisan berikut menjajal mengulasnya.

"Mengapa Siswa Saya Tidak Termotivasi untuk Belajar?"

Di suatu kelas, nyaris senantiasa sanggup didapatkan siswa yang tak mempunyai motivasi untuk belajar. Ketika guru sudah menjajal melibatkannya dalam pembelajaran, tetapi mereka tetap bergeming, apa yang harusnya dijalankan oleh guru?

huh...! kami sama sekali tak peduli dengan pembelajaran itu

Ada banyak alasannya yang sanggup membuat siswa menjadi tidak termotivasi untuk belajar. Beberapa hal di bawah ini merupakan penyebab-penyebab yang mungkin menjadi pangkal mengapa mereka begitu apatis dan sama sekali tak mempunyai motivasi untuk belajar.

• Siswa tersebut terlalu sering mengalami kegagalan dalam pembelajaran. 

Kegagalan untuk meraih kompetensi baik pengetahuan, ataupun kemampuan yang diperlukan oleh guru akan menghasilkan mereka merasa tidak berdaya. Mereka merasa bahwa mereka bodoh, kehilangan keyakinan diri sanggup menjangkau kesuksesan, kemudian berujung pada kian kehilangan motivasi untuk belajar. Karena itu perlu bagi guru untuk memperhatikan tujuan pembelajarannya mudah-mudahan sanggup memungkinkan semua siswa sanggup menjangkau kesuksesan. Tetapkan tujuan pembelajaran dalam jangkauan mereka. Tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak terlampau rendah.

• Berbahaya membandingkan keberhasilan siswa yang satu dengan siswa yang lain. 

Guru mesti betul-betul mengerti ini. Bagi beberapa siswa dengan kesanggupan di bawah rata-rata, pembandingan pencapaian kompetensi mereka dengan siswa lain (di atas rata-rata) tentu akan menyudutkan mereka. Tidak selayaknya guru membandingkan seorang siswa dengan siswa lainnya. Yang terbaik merupakan membandingkan pencapaian kompetensi siswa tersebut dengan potensi yang dimilikinya. Ketika siswa berhasil meraih kompetensi sesuai potensinya, meskipun itu bermakna tidak sebaik teman-temannya yang lain, maka sudah sanggup dibilang dia menjangkau kesuksesan. Setiap siswa merupakan individu yang unik. Tidak ada yang sama, begitu juga dengan potensi yang mereka miliki. Makara jangan pernah membandingkan prestasi kecepatan berlari seekor kijang dengan kecepatan berlari seekor kura-kura. Siswa sanggup menonjol dalam satu mata pelajaran, dan kurang menonjol atau condong lemah pada mata pelajaran lain. Guru yang mengerti ini akan menghasilkan siswa merasa lebih tenteram dalam pembelajarannya tanpa merasa terintimidasi.

• Kondisi rumah tangga dan lingkungan siswa tinggal. 

Guru perlu mengenal semua siswanya dengan baik. Pada keluarga dan lingkungan yang bagaimana dia tinggal. Ada kondisi rumah tangga yang keadaannya justru kontraproduktif dengan pendidikan anak. Keluarga yang broken home, kondisi ekonomi yang sulit, sampai lingkungan yang kumal dan sarat kriminalitas (misal di kota-kota besar) kadang kala menghasilkan bawah umur menjadi susah untuk konsentrasi pada sekolah dan pembelajaran mereka. Siswa-siswa menyerupai ini sungguh memerlukan perhatian guru. Memahami mereka merupakan kuncinya, kemudian mengajak mereka untuk mengatakan secara terbuka sarat kehangatan. Komunikasi yang intens antara guru dengan siswa yang bersangkutan mungkin akan sanggup menyelematkan mereka untuk peduli dengan pendidikan mereka dan menghasilkan mereka kembali termotivasi untuk belajar.

Demikian beberapa penyebab yang sanggup menjadi duduk kasus serius sehingga menghasilkan seorang siswa menjadi tak mempunyai motivasi berguru yang kuat.

Cara Memotivasi Siswa untuk Belajar
Bagaimana Cara Menjaga Siswa mudah-mudahan Tetap Termotivasi untuk Belajar
Interaksi Proses Pembelajaran di Kelas
Bagaimana Memotivasi Siswa dengan Model ARCS