Tantangan-Tantangan Dalam Pelaksanaan Versi Pembelajaran Berbasis Proyek

Melaksanakan versi pembelajaran berbasis proyek itu tidak gampang, terlebih bagi guru dan kelas (siswa-siswa) yang belum biasa melakukan. Hambatan-hambatan dan kesusahan mungkin akan dijumpai di saat proses sedang berjalan. Tetapi, guru mesti percaya bahwa lambat laun kelas (siswa) akan sudah biasa dengan versi pembelajaran ini. Bagaimanapun, versi pembelajaran berbasis proyek sungguh bagus untuk dilaksanakan di dalam pembelajaran. Berikut ini beberapa persoalan yang mungkin akan dijumpai dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek oleh guru yang belum biasa melakukannya, juga pada kelas yang belum terlatih mengikuti pembelajaran ini.

Menentukan Masalah yang Akan Kaprikornus Acuan Pemecahan Masalah untuk Proyek

Penentuan perkara bukanlah hal yang gampang. Masalah-masalah memang seharusnya digagas oleh siswa setelah mereka diberi stimulus oleh guru. Stimulus ini mesti dijadwalkan dengan baik sehingga perkara yang dicicipi oleh siswa sungguh-sungguh anggun untuk dibentuk pemecahannya lewat suatu proyek. Seringkali siswa cuma mengajukan perkara yang sungguh sederhana dalam artian pemecahannya sanggup dilakukan dalam waktu sungguh singkat. Atau barangkali keadaannya sebaliknya, siswa mengajukan perkara yang terlalu rumit untuk terselesaikan lewat suatu proyek untuk dijalankan oleh mereka untuk mengakhiri permasalahan itu. Di sini, hal ini pastinya menjadi suatu dilema bagi guru. Menghargai masalah-masalah yang sudah diidentifikasi oleh siswa dan kelompoknya pastinya merupakan prospek guru, namun sering kali perkara yang sukses mereka kenali tadi belum cocok untuk dijadikan dasar pelaksanaan suatu proyek untuk mereka. Ketika guru berupaya mengarahkan ke suatu perkara menurut ide guru, bisa saja perkara tersebut tidak lagi menawan bagi siswa dan kelompoknya sehingga dari permulaan pembelajaran berbasis proyek yang hendak mereka laksanakan tidaklah terlalu menyenangkan. Oleh alasannya itu, guru perlu hati-hati dalam menyeleksi permasalahan yang hendak diangkat menjadi proyek siswa.

Melaksanakan versi pembelajaran berbasis proyek itu tidak praktis Tantangan-Tantangan dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
tantangan-tantangan pelaksanaan PjBL

Membuat Semua Siswa Berpartisipasi Aktif dalam Proyek Mereka

Pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan secara berkelompok. Masalah besar dalam suatu golongan sering kali merupakan adanya anggota yang tidak ikut serta secara optimal, sementara yang yang lain mendominasi secara berlebihan. Suatu proyek dalam pembelajaran bisa saja menghasilkan semua siswa anggota golongan belajar. Mereka mungkin akan berguru lewat cara mereka masing-masing sesuai minatnya terhadap sub-sub kiprah yang mesti terselesaikan dalam proyek tersebut. Beberapa siswa mungkin lebih berkeinginan dengan tugas-tugas yang terkait dengan pekerjaan bersifat fisik, sementara yang lain condong lebih senang melaksanakan hal-hal yang bersifat menggunakan pemikiran. Hal ini memang ada baiknya juga, alasannya siswa akan melaksanakan hal-hal yang lebih disukainya untuk mengakhiri proyek kelompoknya, akan namun timbul pertanyaan baru: apakah siswa akan mendapatkan kemampuan yang sama? Proyek dijalankan di luar jam berguru khusus yang sudah dialokasikan di kelas, oleh alasannya itu guru juga akan kesusahan untuk memonitor siswa mana yang melakukan pekerjaan (belajar), dan mana yang tidak atau kurang.


Memberi Nilai dengan Adil

Ketika permasalahan kedua di atas muncul, maka hal ini akan berlanjut pada persoalan selanjutnya yakni kesusahan untuk menampilkan analisa yang adil terhadap siswa. Tentunya tidak adil jika guru menampilkan nilai yang serupa terhadap semua siswa pada satu kelompok. Siswa mesti mendapat nilai menurut donasi mereka terhadap proyek kelompoknya. Ketika hal ini mesti dilakukan, dan proyek tidak senantiasa dijalankan di hadapan guru, maka akan sulit menyeleksi berapa besar andil seorang anggota golongan dalam proyek tersebut. Hal ini mungkin sanggup diminimalkan dengan terus menghasilkan catatan-catatan di saat guru berinteraksi dengan golongan siswa. Guru sanggup menanyakan terhadap golongan seperti: wangsit siapa itu? siapa yang menghasilkan ini? kau kelihatannya mengetahui sekali prinsip kerja alat ini, apa saja yang kau laksanakan dalam proyek ini? dan sebagainya.

Memonitor Kemajuan Belajar pada Setiap Siswa

Hal ini bermitra lagi dengan perkara analisa yang adil dan andil masing-masing siswa dalam kelompoknya untuk solusi proyek. Salah satu hal penting yang mesti dicapai dalam pelaksanaan versi pembelajaran berbasis proyek merupakan kenaikan kemampuan dan wawasan siswa. Berkaitan dengan kenaikan keterampilan, sangatlah krusial untuk memonitor apa kiprah atau andil siswa dalam kelompoknya. Apakah ia terlibat dengan kiprah yang berlainan atau melulu melaksanakan sub-sub kiprah yang sama? Misalnya, seorang siswa dalam kelompoknya bisa saja kiprahnya melulu selaku tukang penyajian saja alasannya ia lebih arif tampil mengatakan di depan kelas, sementara yang lain melulu melaksanakan pekerjaan fisik untuk mengakhiri proyek-proyek mereka, menyerupai memotong kayu, mengecat, mengangkat barang-barang yang dikehendaki tanpa ikut berpikir atau melaksanakan hal yang lain yang juga penting. Jangan-jangan selama pembelajaran berbasis proyek, seorang siswa tak pernah sanggup meningkat kesanggupan berkomunikasinya, tak pernah menjajal menimbang-nimbang bagaimana pemecahan perkara dan menuangkannya dalam proyek mereka. Perlu bagi guru untuk menekankan bahwa mereka mesti berguru banyak dari suatu proyek. Banyak hal yang mungkin mereka belum pernah atau belum biasa melakukannya sehingga wawasan dan kemampuan mereka sungguh-sungguh meningkat secara optimal.

Memberikan Kesempatan Sesuai Minat Siswa

Sepanjang semester atau sepanjang tahun bisa saja proyek-proyek yang mesti dibentuk oleh siswa bareng kelompoknya sungguh-sungguh membosankannya alasannya sama sekali tak memungkinkannya untuk menerapkan hal-hal yang menjadi minatnya. Ketika ada siswa dengan minat di bidang musik, bisa saja tak ada proyek yang menampilkan potensi kepadanya untuk menampilkan atau mengasah kemampuannya di bidang itu. Atau siswa yang sungguh berkeinginan dengan komputer, tidak mendapat potensi lewat proyek-proyek mereka untuk melatihkan keterampilannya di bidang tersebut. Pemberian potensi yang luas untuk mengakomodasi beraneka ragam minat dan keperluan yang berlainan dari setiap individu siswa merupakan hal lain yang dapat saja menjadi persoalan dalam pelaksanaan versi pembelajaran berbasis proyek.

Menyediakan Sumber Belajar yang Berlimpah dan Bervariasi

Kondisi di sekarang ini di sekolah-sekolah kita sudah mendorong guru untuk menjadi sumber utama pembelajaran siswa. Hal ini harusnya dimaklumi di saat fasilitas dan sarpras yang tersedia di sekolah sungguh minim. Ketika siswa dan kelompoknya melaksanakan suatu proyek, mereka memerlukan beraneka ragam sumber belajar. Harus tersedia banyak dan beraneka ragam buku, lingkungan yang mendukung untuk pengumpulan data, alat-alat dan materi untuk solusi proyek yang tersedia, koneksi internet (mungkin), narasumber selain guru, dan sebagainya. Guru akan menemui persoalan jika seluruhnya serba minim. Memang beberapa sanggup ditanggulangi dengan mempergunakan apa saja yang ada secara kreatif, namun pastinya ini tetap akan menjadi pembatas yang sungguh besar lengan berkuasa bagi pelaksanaan versi pembelajaran berbasis proyek yang dilakukannya.

Demikian beberapa tantangan yang sanggup saja didapatkan dalam melaksanakan versi pembelajaran berbasis proyek.

Baca Juga:

Related : Tantangan-Tantangan Dalam Pelaksanaan Versi Pembelajaran Berbasis Proyek

0 Komentar untuk "Tantangan-Tantangan Dalam Pelaksanaan Versi Pembelajaran Berbasis Proyek"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)