Bagaimana Anak Mengembangkan Kemampuan Berbahasa?
Pernahkah Bapak dan Ibu guru menimbang-nimbang tentang bagaimana seorang anak sanggup menguasai bahasa yang mereka gunakan sehari-hari? Semua anak sanggup menguasai Bahasa Ibu mereka tersebut dengan sungguh baik, terkecuali pada bawah umur dengan masalah khusus menyerupai adanya cacat fisik menyerupai tuli.Para andal psikologi pertumbuhan berasumsi bahwa banyak aspek terlibat dalam pertumbuhan bahasa anak, baik aspek biologis maupun aspek pengalaman-pengalaman yang mereka peroleh. Budaya memegang peranan besar dalam menyeleksi hal-hal penting untuk kemampuan berbahasa seseorang. Anak-naka menyebarkan kesanggupan berbahasanya bersama-sama dengan pertumbuhan kesanggupan kognitifnya dengan terus-menerus secara aktif dan simultan memicu apa yang didengarnya masuk nalar (dipikirkan) dan mendapatkan pola-pola kebahasaan dari puzzle-puzzle yang tercipta setiap harinya dikala mereka berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Walapun dalam proses ini acap kali terjadi bias, akan namun pertumbuhan berbahasa anak akan terus berlanjut sehingga memicu seorang dengan kemampuan berbahasa yang mencukupi untuk berkomunikasi dengan orang lain.
anak sanggup mencampuradukkan tata bahasa 2 bahasa yang dipelajari |
Keragaman Bahasa dan Perkembangan Keterampilan Dua Bahasa
Anak-anak Indonesia memiliki bahasa yang mereka gunakan di rumah berlawanan dengan bahasa yang digunakan secara formal di sekolah, yakni bahasa Indonesia. Untungnya dalam pertumbuhan kebahasaan kedua bahasa (bahasa tempat dan bahasa Indonesia) tidak saling mengganggu. Bahkan menurut observasi yang ditangani oleh Cummins, 1984 dan 1994, bahwa ternyata penguasaan bahasa pertama akan mempermudah penguasaan bahasa yang kedua. Bagia bawah umur yang mesti menguasai dua bahasa sekaligus, pada usia 2 -3 tahun pertumbuhan kebahasaannya akan melambat alasannya yakni mereka belum mengetahui sepenuhnya bahwa mereka sedang menggunakan (mempelajari) dua bahasa yang berbeda. Anak-anak ini sanggup mencampuradukkan tata bahasa antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.Pada usia 4 tahun, di saat mereka sudah cukup usang terdedah terhadap lingkungan yang menggunakan 2 bahasa itu, maka mereka akan mulai menguasai bahasa pertamanya dengan baik.
Anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan dua bahasa, juga akan mencampuradukkan kosa kata dari kedua bahasa yang banyak digunakan alasannya yakni mereka mencontek orang-orang bau tanah yang juga acap kali suka mencampuradukkan kosa kata kedua bahasa bahasa tersebut dalam percakapan sejari-hari dikala berkomunikasi dengan anak. Pencampuradukan kosa kata dari dua bahasa yang berlawanan ini bukan bermakna bahwa anak tidak paham atau risau dengan pemakaian kosa kata dan tata bahasa. Mereka hanya mencontek orang-orang berilmu balig cukup akal di sekitarnya.
Mengajarkan anak bahasa lebih permulaan (pada anak-anak) ternyata akan besar lengan berkuasa pada bagaimana mereka menjalankan pengucapan (pelafalan) kosa kata bahasa kedua mereka. Jika mereka pribadi berguru dua bahasa, maka cara pengucapan mereka akan jauh lebih fasih dibanding orang berilmu balig cukup akal yang berguru sebuah bahasa kedua mereka belakangan. Seringkali orang bau tanah yang berguru sebuah bahasa kedua mereka (misal orang Indonesia yang berguru Bahasa Inggris), tidak akan sanggup menjalankan pengucapan sebagaimana lafal atau suara aslinya. Akan nampak aksen atau pengaruh bahasa pertamanya pada bahasa kedua yang dipelajari belakangan.
Tetapi perlu dicata bahwa ada miskonsepsi yang beredar bahwa bawah umur lebih singkat berguru bahasa kedua dibanding anak-anak. Kenyataannya justru sebaliknya, orang berilmu balig cukup akal sanggup mempelajari bahasa kedua mereka dengan lebih singkat dibanding anak-anak. hal ini dikarenakan orang berilmu balig cukup akal sudah memiliki beragam taktik berguru dan wawasan yang lebih luas tentang kebahasaan secara umum. Hal ini akan menolong orang berilmu balig cukup akal untuk sanggup lebih singkat menguasai bahasa kedua mereka (Diaz-Rico & Weed, 2002).
Seorang andal pertumbuhan bahasa berjulukan Kathleen Berger (2003) menyatakan bahwa berguru bahasa kedua paling manis diberikan pada dikala seorang berada di usia permulaan kanak-kanak atau pertengahan kanak-kanak, menyerupai usia SD.
Anak Bosan Belajar
Perkembangan Kemampuan Intelektual
Perkembangan Perilaku
Otak dan Perkembangan Anak
0 Komentar untuk "Perkembangan Berbahasa Anak (Seri Psikologi Pendidikan)"