PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan nasional merupakan “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh lantaran itu mudah-mudahan pendidikan sanggup terwujud diinginkan tenaga pendidikan yang berlatar belakang mengerti akan profesi keguruan. Menjadi guru merupakan menghayati profesi. Apa yang membedakan suatu profesi, dengan pekerjaan lain merupakan bahwa untuk hingga pada profesi itu seseorang berproses lewat belajar.“Profesi merupakan pekerjaan, sanggup juga berwujud selaku jabatan dalam suatu birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta mempunyai moral khusus untuk jabatan itu serta pelayanan baku terhadap penduduk profesi, forum pendidikan cuma akan diisi orang-orang yang garang bikin puas kepentingan diri dan kelompok. Guru yang professional merupakan guru yang melaksanakan pekerjaan yang sudah dikuasai atau sudah dibandingkan baik secara konsepsional secara teknik atau latihan.
Anda akan bertanya-tanya apakah menjadi guru merupakan opsi karir yang sempurna untuk diri anda dan apakah anda akan memasuki profesi yang menyampaikan peluang untuk berkembang menjadi pribadi yang profesional. Bahkan jikalau tujuan anda mengajar dalam rentang waktu yang lama, anda mungkin akan bertanya-tanya ihwal kesusahan apa yang mungkin akan anda hadapi di lapangan nantinya. Apakah harapan anda untuk menjadi seorang guru cukup kokoh untuk bertahan pada tantangan yang mungkin akan anda hadapi ? Apa yang sanggup anda kehendaki untuk menghadapi aktivitas persiapan anda, dan apa yang hendak anda hadapi kedepannya ketika anda menjadi seorang guru ? Pada Bab ini ( dan bab-bab selanjutnya ) akan membahas topik seperti; motivasi untuk menjadi seorang guru, pembekalan dan tuntutan guru, skala gajih, persiapan karir, dan upaya untuk meningkatkan tenaga pengajar dan untuk menyampaikan guru lebih banyak kesanggupan untuk mengambil keputusan.
B. Rumusan Masalah
Fokus pertanyaan yang merupakan permasalahan pada penggalan ini merupakan :
1. Apa yang biasanya menjadi motivasi untuk menjadi seorang guru, dan bagaimana argumentasi tersebut menurut anda ?
2. Berapa honor dan tunjangan apa yang ditemukan oleh guru ?
3. Bagaimana persiapan menjadi guru ? bagaimana mereka disertifikasi ?
4. Apa kecenderungan ketika ini dalam pendidikan guru ?
5. Apakah guru memperoleh kepuasan dan kekecewaan mengenai pekerjaan mereka?
6. Apa saja perkembangan ketika ini yang ada dalam mutu tenaga kerja guru dan kondisi pengajarannya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selaku berikut:
1. Untuk mengenali motivasi serta argumentasi untuk menjadi seorang guru.
2. Untuk mengenali honor dan tunjangan guru.
3. Untuk mengenali persiapan serta sertifikasi guru.
4. Untuk mengenali kecenderungan dalam pendidikan guru.
5. Untuk mengenali kepuasan dan kekecewaan mengenai pekerjaan para guru.
6. Untuk mengenali perkembangan yang ada dalam mutu tenaga kerja guru dan kondisi pengajarannya.
BAB I
POKOK BAHASAN
Motivasi, Persiapan dan Persyaratan Menjadi Guru
A. MEMILIH KARIR SEBAGAI GURU
Jalan menjadi guru dimulai ketika anda menentukan mengajar selaku karir. Pada penggalan ini kita akan meninjau beberapa motivasi untuk menentukan karir mengajar dan tantangan yang menyertai opsi ini. Kami juga akan menyidik kegalauan bahwa terlalu sedikit siswa yang berkuliah untuk menjadi seorang guru.
Motivasi untuk menentukan menjadi guru
Banyak sekali motif seseorang menentukan karir mengajar. Seringkali argumentasi itu timbul lantaran latar belakang pendidikannya. Mungkin motivasi anda tergolong pada beberapa argumentasi seumpama (1)cinta anak-anak, (2) harapan untuk memberi pengetahuan, (3)minat dan senang menjadi guru, (4) harapan untuk menyampaikan pelayanan bagi masyarakat. Mungkin anda berharap jaminan keselamatan kerja seumpama mendapatkan pensiun, dan relatif gampang dalam menyiapkan pengajaran dibandingkan dengan training yang diperlukan oleh profesi lainnya.
Ada satu studi yang dijalankan untuk mengenali beberapa motiv / argumentasi seseorang menentukan karirnya menjadi seorang pengajar atau guru. Diambil sampel yang respresentatif dari 76 sekolah dan perguruan tinggi, hasilnya merupakan 90% dari responden menyatakan alasannya merupakan “ menolong belum dewasa berkembang dan belajar, argumentasi tertinggi selanjutnya yakni 63% meyatakan “ sepertinya menjadi bidang yang menantang”, 54% “ kondisi kerja”, 53% “terinspirasi oleh guru favoritnya”, 52% “rasa panggilan dan kehormatan mengajar”. Alasan-alasan ini juga dikutip dalam beberapa studi modern lainnya.
Tantangan Mengajar Semua Siswa
Ketika menentukan karir menjadi seorang guru anda akan menghadapi beberapa kesusahan ketika dalam proses berguru mengajar. Kesulitan yang dihadapi seumpama mengajar siswa yang tinggal dalam kondisi sulit, siswa yang belum bisa berbahasa inggris, dan siswa yang berasal dari aneka macam ras / etnis yang mungkin gres anda temui. Kesulitan yang lain merupakan ketika anda sudah menyiapkan materi bimbing dengan baik, tetapi ketika di lapangan masih ada beberapa siswa yang kesusahan mengerti materi yang anda ajarkan dan anda mesti sanggup membantunya untuk meningkatkan pemahamannya. Meskipun banyak kesusahan yang hendak anda hadapi , anda diinginkan sanggup menolong menegaskan semua kesanggupan siswa sesuai persyaratan nasional.
Keanekaragaman Tenaga Pendidik : Tumbuh Kekhawatiran
Meskipun populasi sekolah US kian beragam, tidak demikian dengan tenaga pengajar. Misalnya, orang Afrika Amerika, Asia Amerika dan murid-murid di Amerika hampir 40 % merupakan populasi dari siswa sekolah umum, tetapi proporsi guru bagi ras minoritas di SD dan Sekolah Menengah Pertama diperkirakan 15 % atau kurang. Di kabupaten/ kota besar terdapat jumlah siswa minoritas sekitar 90% pendaftar tetapi tidak diimbangi dengan tenaga pengajar yang sesuai. Saat ini cuma ada 10 % guru untuk ras Afrika Amerika, guru Asia Amerika pun mengalami kekurangan dan ini merupakan problem yang sungguh penting lantaran hampir 5 % dari siswa Asia Amerika mesti mengikuti wajib berguru 12 tahun.
Meningkatkan keanekaragaman tenaga pengajar untuk lebih merefleksikan populasi siswa merupakan tujuan yang penting. Guru dari etnis tertentu akan lebih baik menghadapi etnis yang serupa lantaran mereka mempunyai pengertian yang lebih baik dalam menghadapi dalam gaya berguru siswanya. Pejabat dari American Association of Colleges for Teacher Education ( AACTE) sudah mengajukan legalisasi untuk beberapa aktivitas gres dalam upaya meningkatkan jumlah guru minoritas : meningkatkan tunjangan keuangan untuk kandidat guru minoritas, meningkatkan perekrutan kandidat minoritas, dan mengawali aktivitas praperguruan tinggi untuk memukau siswa minoritas.
B. PERSEDIAAN/KEBUTUHAN DAN GAJI GURU
Anda akan memperoleh pekerjaan selaku guru? Berapa banyak duit yang hendak anda peroleh? Kedua pertanyaan itu saling berkaitan, mengutip prinsip ekonomi penawaran dan permintaan. Ketika persediaan guru melampaui permintaan, honor condong menurun. Sebaliknya, seruan tinggi dan ketersediaan rendah condong untuk meningkatkan gaji. Seperti yang dibahas dalam penggalan ihwal profesi pengajar. Penawaran dan seruan juga menghipnotis status sosial dan gengsi yang diberikan pada suatu pekerjaan tertentu.
Kesempatan Kerja
Pada tahun 1960 dan 70-an, angka kelahiran menciptakan surplus guru. Mahasiswa dan andal pendidikan mengakui kelebihan ketersediaan guru yang cukup besar. Pendaftaran di pendidikan aktivitas guru mengalami penurunan. Persentasi mahasiswa perguruan tinggi yang berkeinginan menjadi seorang guru menurun dari 23 % pada tahun 1968 menjadi 5 % di tahun 1982. Sejak itu tren sudah terbalik. Persentasi mahasiswa yang berkeinginan dalam dunia mengajar mengalami kenaikan hamper 100 % selama tahun 1980 –an dan 1990-an dan tetap relative tinggi sejak ketika itu. Selain itu kini banyak perguruan tinggi yang ikut serta dalam persiapan guru, dan resesi ekonomi sepertinya akan mendorong lebih bayak orang untuk mengajukan permohonan untuk masuk dalam aktivitas persiapan untuk mengajar. Analis memprediksi banyak calon-calon di tahun mendatang, tetapi juga banyak pekerjaan mengajar. Beberapa juta guru gres akan diperlukan dalam dekade selanjutnya, berikut alasannya :
1. Ketika perang dunia ke II generasi baby boom dimulai. Sebagian anak mengikuti wajib berguru 12 tahun. Selain itu banyak keluarga imigran yang sudah memasuki Inggris dalam bertahun-tahun terakhir. Akibatnya registrasi sekolah meningkat.
2. Tenaga pengajar ketika ini akan meraih usia pensiun
3. Reformasi pendidikan sedang berupaya untuk meminimalkan ukuran kelas, mengembangkan pendidikan prasekolah, menempatkan pemfokusan lebih besar pada ilmu wawasan dan matematika, dan memperkenalkan pergeseran lain yang memerlukan lebih banyak guru
4. Standar yang lebih tinggi untuk menjadi seorang guru yang menangkal permintaan
5. Menyewa sekolah gres di beberapa lokasi
6. Memperkerjakan guru secara berkelanjutan
Pendidikan lainnya, kelemahan guru tersebar luas utamanya di kabupaten kota besar dan bidang-bidang khusus seumpama matematika dan ilmu pengetahuan. Banyak kabupaten sudah melaporkan kelemahan guru yang potensial. Peningkatan registrasi mahasiswa gres diinginkan sanggup menutupi kelemahan guru tersebut, disamping itu kenaikan honor juga diinginkan sanggup menenteng manta guru untuk kembali ke sekolah dan memukau orang-orang yang dilatih selaku guru.
Mengingat argument dari problem ini, sulit untuk menentukan apakah kelemahan guru besar dan masih akan meluas di dekade berikutnya. Namun, kelemahan guru niscaya akan terus ada , terurama keperluan di bidang khusus seumpama pendidikan bagi siswa penyandang cacat, perbaikan pendidikan, pendidika dua bahasa, ilmu wawasan dan matematika, dan bahasa asing. Selain itu, ketersediaan guru di desa dan kota-kota pinggiran juga masih kekurangan.
Kesempatan di Sekolah Swasta. Kita sanggup memperoleh banyak peluang kerja di sekolah swasta lantaran sekolah swasta biasanya lebih banyak memperkerjakan guru yang mengkhususkan dirinya dalam bidang-bidang seumpama ilmu pengetahuan, matematika, computer, mendidik anak cacat, dan pendidikan dua bahasa. Terlepas dari apakah kelemahan guru data tahun kedepannya kian besar, kandidat guru yang terpelajar akan mengambil tindakan tertentu untuk meningkatkan peluang mereka untuk lebih bermanfaat.
Skala Gaji dan Tren
Secara tradisional guru sudah mendapatkan honor yang relative rendah. Pada tahun 1963, misalnya rata-rata honor guru dalam dolar ketika ini merupakan kurang dari $36,000. Pada tahun 2005, angka ini sudah meningkat menjadi lebih dari $52,000. Hari ini guru di sekolah kabupaten maju / kaya mendapatkan $80,000 hingga $ 100.000. disamping itu guru mempunyai peluang untuk memperbesar penghasilan mereka dengan memantau beberapa aktivitas ekstrakulikuler di sekolah. Selain itu guru yang maju ke bidang tata kelola mendapatkan honor tahunan lebih dari $ 100.000. perlu dikenang bahwa guru yang melakukan pekerjaan di sekolah negeri mendapatkan laba lain, yakni berupa pensiun atau asuransi kesehatan yang sungguh bagus dibanding dengan pekerjaan lainnya.
Bayaran / honor seorang guru berlainan dalam suatu Negara. Gambar 1.1 menandakan aneka macam kombinasi gaji. Gaji di tiga Negara (Connecticut, California, dan New Jersey) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tiga Negara ini ( Montana, Dakota Utara, dan Dakota Selatan ) tentunya kita mesti memperhitungkan ongkos hidup selaku perbandinganya. Biaya hidup di New York jauh lebih mahal dibandingkan dengan ongkos hidup di Negara dataran utara.
Variasi paling besar dalam honor bermitra dengan lamanya mengajar dan pendidikannya. Guru yang lebih terlatih dan berpendidikan akan mendapatkan honor yang lebih dibandingkan dengan mereka yang pengalaman mengajarnya masih baru. Meskipun guru di atas mendapatkan honor yang menarik, tetap saja masih condong rendah dibanding dengan pekerjaan di beberapa bidang lainnya. Menyadari problem ini, para politikus dan andal pendidikan sudah bersusah payah untuk meningkatkan honor guru dalam rangka untuk menjaga staff guru yang berkualitas. Gambar 1.2 menandakan hasil upaya tersebut.
C. PERSIAPAN PENGAJAR
Pada masa penjajahan AS dan juga permulaan kala 19, siapapun yang ingin menjadi guru biasanya memperoleh kontrak dari menteri setempat atau dewan pengawas yang terkait dengan keagamaan. Sebuah perguruan tinggi diploma tidak dianggap perlu. Jika anda dapat membaca, menulis dan mengeja juga mempunyai karakter moral yang bagus anda dapat mengajar di sekolah. Tahun 1820-an seseorang yang ingin menjadi guru mulai memasuki sekolah, walaupun tidak memerlukan sertifikat resmi. Akhirnya sekolah-sekolah pada biasanya menjadi perguruan tinggi dan sebagian besar kini menjadi perguruan tinggi atau universitas yang tersertifikasi. Sekarang semua guru mesti mempunyai sertifikasi mengajar kecuali sertifikasi alternatif atau sementara, dan di semua negara kini ini jikalau ingin menjadi guru mesti mempunyai gelar sarjana atau sedang berkuliah untuk memasuki dunia mengajar.
Sertifikasi
Calon guru yang ingin mengajar di AS mesti disertifikasi oleh negara apalagi dahulu di bidang studi yang mereka pilih atau pada tingkatan kelas tertentu. Pada ketika itu pada biasanya negara menyampaikan sertifikasi menurut dokumentasi kandidat yang mempunyai kesesuaian profesional dan karakter moral yang baik. Namun terjadi ketidak puasan penduduk yang menyebabkan terjadinya perubahan. Dalam dekade terakhir sertifikasi dikeluarkan untuk seumur hidup. Saat ini, beberapa negara cuma memberlakukan sertifikasi tiga hingga lima tahun dan mesti dijalankan pembaharuan sertifikasi sesuai dengan hasil evaluasi.
Variasi dalam persyaratan sertifikasi. Persyaratan sertifikasi bervariasi di setiap negara. Variasi ini menentukan seberapa baik persiapan yang dijalankan untuk menjadi seorang guru yang sebenarnya. Jam mengajar dalam satu semester salah satu persyaratan, sekitar 30 – 35 jam mengajar yang diinginkan selaku pesyaratan bagi guru seni dan ilmu pengetahuan. Jumlah jam mengajar diubahsuaikan dengan negara masing-masing.
Timbal balik dari sertifikasi guru. Perbedaan persyaratan sertifikasi antar negara secara lazim menghalangi pergerakan guru di seluruh negara. Misalnya jikalau anda sudah disertifikasi di New York untuk mengajar anda tidak mungkin menyanggupi persyaratan mengajar di Illinois. Sebuah organisasi yang bersangkutan mengkritik kurangnya timbal balik sertifikasi guru. Banyak pendidik beropini bahwa pelonggaran gerakan antar guru akan menolong (1) keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan, (2) meningkatkan peluang bagi guru, (3) meminimalkan perkembangan dan metode lokalisasi sekolah, dan (4) meningkatkan moral dikalangan guru. Dalam bertahun-tahun terakhir, diadakan perjanjian regional. Beberapa negara sudah menandatangani kontrak antar negara dimana mereka oke untuk mengeluarkan sertifikat sepadan atau lisensi terhadap guru yang sudah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan forum yang terakreditasi oleh daerah. Selain itu, aneka macam organisasi sedang mengembangkan pendekatan nasional untuk meningkatkan mobilitas guru.
Sertifikasi Alternatif. Kebanyakan negara sudah memperkenalkan sertifikasi alternative, sebagian untuk memukau kandidat yang lebih berkomptensi untuk mengajar dan sebagian merupakan reaksi dari kelemahan guru atau persiapan di bidang pengajaran seumpama ilmu wawasan dan matematika. Program ini menolong guru memburu sertifikasi tanpa mengikuti jalur persiapan tradisional di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi pendidikan.
Program sertifikasi alternatif mengiklankan pengawasan intens dan mengkompersi aktivitas kerja formal dari permulaan tahun mengajar. Seperti aktivitas lainnya, aktivitas ini pun memerlukan aktivitas pengembangan professional dan kursus berguru mengajar. Namun aktivitas ini juga mempunyai kelemahan seumpama data pada beberapa aktivitas sertifikasi alternative cuma sedikit mendapatkan pelatihan, banyak dari peserta sudah mengeluarkan ongkos besar dan pada hasilnya tidak memperoleh pekerjaan mengajar sesudahnya, disamping itu aktivitas ini juga sanggup menempatkan beban pada sekolah di kabupaten.
Program sertifikasi alternative yang paling kondang merupakan upaya nasional disebut Teach For America (TFA). Dirancang untuk memukau lulusan gres dari puluhan perguruan tinggi yang berprestasi tinggi, TFA sudah menghabiskan jutaan dolar untuk merekrut guru potensial melatih mereka secara intensif selama delapan minggu, dan menempatkan mereka di sekolah kabupaten dengan problem perkotaan yang parah, beberapa laporan permulaan menjanjikan. Sebagai pola dalam bertahun-tahun lebih dari seperempat peserta mempunyai kemampuan yang sungguh diperlukan dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan. Puluhan ribu guru sudah dilatih dan banyak yang masih mengajar atau mempunyai pekerjaan di sekolah kabupaten. Beberapa studi sudah melaporkan hasil yang prospektif mengenai bantuan peserta TFA. Tapi observasi lain menandakan banyak guru yang potensial ini justru putus asa oleh kondisi kesusahan sekolah dan / atau bahkan mengunduurkan diri sebellum menyelesaikan kiprah mengajar mereka. Meskipun kian popular aktivitas sertifikasi alternative , sebagian besar guru mengikuti aktivitas pendidikan guru yang lebih tradisional.
Guru diperkotaan. Pendekatan guru perkotaan terletak di suatu tempat antara rute tradisional untuk sertifikasi dan sertifikasi alternatif. Program ini sanggup menolong kabupaten mendapatkan guru gres yang dapat menghadapi suasana sulit. Selanjutnya aktivitas ini sanggup menolong universitas atau perguruan tinggi menyanggupi keharusan mereka untuk menyiapkan dan menempatkan guru yang hebat di sekolah perkotaan. Tiga negara yang pertama kali menerapkan aktivitas ini merupakan Boston, Chicago, dan Denver. Penelitian permulaan menandakan bahwa lulusan tampil ditingkat tinggi dan tingkat kenangan mengajar yang hebat kuat.
Kecenderungan dalam pra layanan pendidikan
Dalam bertahun-tahun terakhir, perkembangan utama dalam pra layanan pendidikan guru sudah mencantumkan: pengenalan kelima tahun dan aktivitas lima tahun; penekanan meningkat dalam menciptakan "reflektif" guru; meningkatnya penggunaan komputer dan teknologi lainnya; persyaratan bahwa guru masa depan berguru ihwal metode untuk mengajar siswa penyandang cacat dan populasi khusus lainnya; dan aktivitas untuk menyiapkan kandidat pengajar bagi budaya yang beragam dan hukum etnis yang kekinian dari sekolah AS.
Kelima Tahun dan Program Lima Tahun. Selama tahun 1980, beberapa negara dan aneka macam sekolah dan perguruan tinggi pendidikan yang baik memperkenalkan aktivitas lima tahun atau memperluas pendidikan guru sempurna lima tahun persiapan. Program lima tahun tergolong sedikit atau tidak ada komponen profesional-studi selama empat tahun di mana guru yang hendak tiba mendapatkan gelar sarjana; persiapan profesional terfokus di tahun kelima. Sebaliknya, aktivitas lima tahun mengembangkan persiapan profesional sempurna di tahun-tahun sarjana dan kian fokus dalam pengalaman klinis dan pelatihan.
Pengajaran yang reflektif. Sesuai dengan tekanan gres dalam mengembangkan pemikiran siswa dan kesanggupan pemahaman, banyak institusi menekankan pengajaran yang reflektif selaku tema pusat dalam pendidikan guru. Guru yang reflektif sering mengamati dan berpikir ihwal hasil pengajaran mereka dan beradaptasi sesuai dengan metode mereka. Istilah yang terkait erat seumpama pengusutan yang berorientasi pada pendidikan guru, andal pengambilan keputusan, dan golongan tertinggi refleksi diri juga menggambarkan konsep ini. Ratusan sekolah pendidikan sudah direorganisasi aktivitas mereka untuk menyiapkan guru yang reflektif, namun aktivitas yang bermacam-macam dan menampilkan sedikit kontrak mengenai apakah pengajaran reflektif semestinya berarti.
Penggunaan komputer dan teknologi. Kemungkinan besar, aktivitas pendidikan guru menampilkan beberapa training dan jalan masuk ke laboratorium komputer. Survei nasional aktivitas Perguruan Tinggi Pendidikan Guru menampilkan bahwa lebih dari 90 persen sudah menentukan komputer atau teknologi laboratorium. Laboratorium ini meliputi aneka macam macam aktivitas dan tujuan, seumpama orientasi guru masa depan dalam menggunakan komputer, memperkenalkan perangkat keras dan perangkat lunak yang dikembangkan untuk sekolah dasar dan menengah, dan memperkuat minat dan kesanggupan dalam teknologi untuk desain pelajaran atau pengiriman. Banyak forum sudah mulai menekankan penggunaan teknologi dan media elektronik untuk menolong guru mengembangkan pemikiran kritis siswa mereka, pembangunan sosial dan kemasyarakatan, dan buta aksara digital dan visual. Biasanya, salah satu tujuan dari faktor pendidikan guru merupakan untuk meminimalkan kemungkinan bahwa guru masa depan akan menjadi kerumitan ketika menghadapi siswa yang mengenal dan bahkan piawai terhadap teknologi terbaru.
Persyaratan Pengajaran untuk Siswa Penyandang Cacat. Banyak negara dan lembaga-lembaga training guru kini mewajibkan semua guru masa depan mendapatkan beberapa persiapan dalam melakukan pekerjaan dengan siswa yang mempunyai cacat yang signifikan. Sebagai guru, Anda akan mempunyai siswa berkebutuhan khusus di kelas Anda. Hukum menuntut bahwa siswa penyandang cacat diharus prioritaskan dalam kelas reguler sebanyak mungkin dan layak, dan tren yang meningkat merupakan menuju inklusi sarat terhadap siswa cacat tidak menghiraukan seberapa luas keperluan khusus mereka. (Lihat penggalan ihwal Providing Equal Educational Opportunity untuk pemberitahuan ihwal pengarusutamaan, inklusi, dan topik yang terkait). Akibatnya, sebagian besar guru sanggup menginginkan tanggung jawab tertentu untuk melakukan pekerjaan bareng siswa dengan keperluan khusus. Khususnya persyaratan training guru melibatkan berikut:
■ Bekerjasama, upaya antar cabang ilmu wawasan di mana kedua fakultas pendidikan tinggi dan pendidik bidang berpengetahuan menolong guru masa depan berguru pendekatan untuk melakukan pekerjaan dengan siswa penyandang cacat.
■ Persyaratan di beberapa negara bahwa semua guru masa depan melengkapi satu atau lebih aktivitas pendidikan bagi siswa dengan keperluan khusus dan / atau bahwa ada penggalan yang tergabung dalam jumlah banyak terhadap materi pada mata pelajaran.
Persiapan pengajaran dalam Aturan yang Beragam. Meningkatkan registrasi diantara ras dan etnis minoritas siswa di sekolah AS yang mendorong aktivitas untuk menyiapkan guru masa depan dengan menyertakan komponen untuk menolong kandidat yang berfungsi secara berhasil dalam hukum yang beragam. Upaya serupa dijalankan dalam pemberian izin guru. Sebagai contoh, Praxis III pendekatan penilaian kinerja guru, yang dikembangkan oleh Educational Testing Service (ETS), menentukan bahwa kandidat untuk surat izin mengajar mesti bisa menampilkan "pemahaman yang komprehensif" dari mengapa pentingnya menjadi dekat dengan siswa latar belakang wawasan dan pengalaman.
D. CALON GURU: KEMAMPUAN DAN PENGUJIAN
Dalam bertahun-tahun terakhir, banyak pendiskusi sudah berpusat pada kenaikan mutu tenaga pendidikan, utamanya pada kenaikan kesanggupan kandidat guru dan pada pengujian kompetensi mereka untuk mengajar.
Kemampuan guru
Diskusi dari mutu angkatan kerja mengajar sering fokus pada skor kesanggupan berasal dari tes persyaratan seumpama Scholastic Assessment Test (SAT) dan American College Test (ACT). Di antara guru yang berpotensial, skor tes tersebut menurun pada tahun 1970-an, seumpama yang mereka kerjakan untuk mahasiswa jurusan bisnis dan aneka macam mata pelajaran lainnya. Misalnya, antara tahun 1973 dan 1981, rata-rata SAT skor verbal mahasiswa yang berniat untuk mengajar turun dari 418 ke 397. Sejak tahun 1982, namun, nilai cobaan mahasiswa yang menyampaikan bahwa mereka berencana untuk menjadi guru sudah tidak mengecewakan meningkat dan biasanya seumpama dengan mahasiswa jurusan bisnis, psikologi, dan profesi kesehatan. Selain itu, beberapa peneliti modern memperoleh bahwa skor tes rata-rata guru merupakan tentang sama dengan orang sampaumur berpendidikan tinggi lainnya.
Pengujian Guru
Beberapa upaya untuk meningkatkan tenaga pengajar fokus pada kemampuan dasar pengujian guru dari pra layanan, guru baru, dan kadangkala guru yang berpengalaman. Menggambar pada argumen bahwa guru yang nilainya rendah dalam membaca, matematika, komunikasi, dan / atau wawasan profesional mungkin tidak efektif dalam mereka mengajar, banyak negara sudah memperkenalkan persyaratan bahwa kandidat guru melalui beberapa bentuk tes kemampuan minimum dalam membaca dan bahasa, matematika, khususnya mata pelajaran daerah, dan / atau wawasan profesional. Lebih dari empat puluh negara kini menggunakan tes Praxis dikembangkan oleh Educational Testing Service untuk tujuan ini. Untuk menjadi seorang guru bersertifikat, Anda mungkin akan perlu melalui serangkaian cobaan Praxis.
Pengujian kandidat guru dan ketika ini tetap menjadi topik yang kontroversial. Banyak pemimpin politik menyaksikan pengujian selaku salah satu dari beberapa langkah yang patut mereka sanggup ambil untuk meningkatkan keyakinan publik terhadap tenaga pengajar.
Kontroversi mengenai pengujian kandidat guru menjadi nasional ternama di tahun 1998 sesudah Massachusetts diberikan pertama kalinya tes di seluruh negara penggalan untuk tujuan ini. Tiga puluh persen dari kandidat gagal dalam tes membaca dan menulis, dan 63 persen dari kandidat sertifikasi matematika gagal tes materi mata pelajaran di bidang mereka. Selanjutnya, anggota legislatif dan pendidik di Massachusetts dan di tempat lain mengawali perdebatan yang sedang berjalan dan argumen mengenai uji yang tepat-tingkat kinerja untuk yang masuk dan keluar aktivitas persiapan guru dan untuk memperoleh dan menjaga sertifikat mengajar.
E. KEPUASAN KERJA DAN KETIDAKPUASAN
Apakah orang-orang yang menjadi guru biasanya puas dengan pekerjaan mereka? kondisi kerja sungguh menghipnotis kepuasan, dan seumpama yang hendak kita lihat di penggalan ini, kondisi pekerjaan berganti dalam merespon banyaknya panggilan untuk reformasi pendidikan. Beberapa dari pergeseran ini sepertinya condong meningkatkan kepuasan kerja guru.
Kepuasan Guru
Dalam pengusutan saran yang dijalankan untuk Metropolitan Life Insurance Company, guru sudah diminta, "Semua dalam semua, seberapa puas Anda akan menyampaikan bahwa Anda dengan mengajar selaku karier?" Sebagian besar responden menjawab baik "sangat puas" atau "cukup puas." Sekitar setengah sudah melaporkan bahwa mereka lebih bersemangat mengajar dibandingkan dengan ketika mereka mengawali karir mereka. Selanjutnya, persentase guru yang merasa puas sudah meningkat dari 40 persen pada tahun 1984 untuk 62 persen pada tahun 2008. Hasil serupa sudah didokumentasikan dalam beberapa pengusutan saran modern lainnya. Informasi lain ihwal kepuasan guru diberikan dalam penggalan ihwal Profesi Mengajar.
Banyak yang guru lakukan, bagaimanapun, melaporkan kekecewaan terhadap pekerjaan mereka. Peninjauan diseluruh bangsa menampilkan bahwa persentase yang signifikan yakin bahwa mereka mempunyai cukup waktu untuk siswa konseling, pelajaran perencanaan, dan fungsi bahan-bahan pelajaran lainnya. Keluhan lain yang tergolong ambiguitas dalam harapan pengawas; direktur tidak responsif; Fasilitas lama; keharusan untuk ikut serta dalam pengembangan staf dianggap selaku tidak berhubungan atau tidak efektif; honor yang tidak memadai; kurangnya persediaan dan peralatan; fokus yang dipaksa pada pengajaran kemampuan tingkat rendah; dokumen yang luas dan pencatatan; dan pemasukan yang cukup pada keputusan organisasi. Dirasakan berlebihan pada arahan pejalan kaki serta tes tingkat rendah selaku penggalan dari respon ke No Child Left Behind undang-undang (lihat penggalan ihwal Providing Equal Educational Opportunity dalam buku ini) sudah menjadi faktor penting dari kekecewaan guru dalam bertahun-tahun terakhir.
F. MEREFORMASI SEKOLAH DENGAN MENINGKATKAN KUALIFIKASI GURU DAN FUNGSINYA
Seperti yang Anda lihat, sebagian besar guru termotivasi dari harapan untuk bekerja dengan orang-orang muda dan memasuki bidang yang menantang dan terhormat. Kebanyakan puas dengan sebagian besar faktor pekerjaan mereka. Beberapa kekecewaan muncul, bagaimanapun, sebagian besar dengan aneka macam pertimbangan pengajaran dan dengan tuntutan yang dikenakan oleh gerakan kekinian untuk meningkatkan persyaratan kinerja. Seperti yang hendak kita lihat berikutnya, upaya nasional berada di bawah cara untuk menangani beberapa kondisi bahwa guru memperoleh kesusahan dan untuk mereformasi sekolah dengan meningkatkan kualifikasi guru dan fungsinya.
Laporan Nasional
Di antara banyaknya panggilan untuk reformasi pendidikan selama dua dekade terakhir, yang paling banyak dimengerti berasal dari serangkaian laporan nasional ihwal kondisi pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu upaya reformasi yang paling menonjol adalah pemerintah pusat yang bertindak No Child Left Behind. Ini dan yang lain upaya reformasi bahwa disini kita jelaskan sudah berubah, dan akan terus berubah, kondisi kerja bagi guru dengan cara yang mendasar.
Sejak pertengahan 1980-an, banyak laporan sudah difokuskan pada problem pendidikan di Amerika Serikat. Sebuah Bangsa ketika Mengambil Resiko (1983), yang paling dimengerti dan paling kokoh dari laporan nasional, disiapkan oleh Komisi Nasional terhadap Keunggulan dalam Pendidikan disponsori oleh Departemen Pendidikan AS. Dengan argumentasi bahwa Amerika Serikat merupakan "berisiko" dalam arti bahwa "sekali kelebihan tak tertandingi dalam perdagangan, industri, jasa, dan inovasi teknologi sedang dikalahkan oleh pesaing di seluruh dunia," komisi menyimpulkan bahwa salah satu faktor utama dari penurunan sudah “pasang naik terhadap mediokritas" di sekolah-sekolah.
The No Child Left Behind Act
Pada tahun 2001, aktivitas perbaikan guru yang bermutu menjadi penggalan penting dari gerakan reformasi sekolah nasional dengan lewat tindak No Child Left Behind (NCLB). Kami akan membahas komponen utama dari NCLB bermasalah dengan prestasi siswa di tempat lain, utamanya di penggalan ihwal Providing Equal Educational Opportunity. Di sini kita meninjau penggalan utama yang bermasalah dengan persyaratan bahwa guru di kabupaten sekolah yang mendapatkan dana dari pemerintah pusat mesti "sangat berkualitas."
Di bawah NCLB, suatu "guru yang sungguh berkualitas" mesti mempunyai (1) gelar sarjana, (2) sertifikasi negara sarat dan surat izin sebagaimana yang ditetapkan oleh negara, dan (3) "kompetensi yang ditunjukkan sebagaimana yang ditetapkan oleh negara dalam setiap mata pelajaran inti akademis yang ia atau ia ajarkan."
Perkembangan dengan korelasi pelaksanaan bagi guru NCLB tujuan yang berkualitas ditambahkan selaku berikut.
■ Pemerintah pusat sudah mendistribusikan jutaan dolar untuk aktivitas seumpama mendesain dan melaksanakan aktivitas sertifikasi alternatif untuk guru dan administrator, membangun guru aktivitas jasa-bayar, menawarkan pembayaran bonus untuk mengajar dalam mata pelajaran yang berkebutuhan tinggi dan sekolah-kemiskinan yang tinggi, pengujian guru dalam mata pelajaran mereka, dan membentuk tunjangan Korps Guru untuk menolong negara-negara mengangkat mutu dengan meningkatkan inisiatif mereka.
■ Pada tahun 2006 Menteri Pendidikan Margaret Spellings mengeluarkan Laporan Tahun Kelima mengenai Mutu Guru, di mana ia menyampaikan data ihwal upaya negara untuk mematuhi NCLB. Dia mengakui bahwa negara sudah mendekati namun belum bisa menyanggupi tujuan untuk menawarkan guru yang bermutu di setiap kelas, dan dari itu minimnya nilai dengan melalui tes untuk mendapatkan sertifikat guru di pada biasanya negara yang rendah.
■ Banyak kontroversi sudah timbul mengenai pertumbuhan negara untuk menegaskan guru yang bermutu di semua kelas. Sebagai contoh, walaupun banyak negara sudah melaporkan bahwa lebih dari 90 persen dari pelajaran yang sudah diajarkan oleh guru yang berkualitas, beberapa peninjau sudah menyebutkan aneka macam data yang menampilkan bahwa banyak ilmu staf pengajar, matematika, dan mata pelajaran khusus yang lain melakukan pekerjaan "out-of-field, "atau mengajar di tempat di mana mereka tidak menampilkan kompetensinya, utamanya di sekolah-kemiskinan yang tinggi.
G. PANDANGAN BAGI PENGAJARAN
Sejak gerakan reformasi sekolah dari tahun 1980-an, mahasiswa jurusan pendidikan dihadapkan pada langganan penjualan bagi guru, dan banyak mempertanyakan kebijaksanaan memasuki lapangan ternyata menurun pada honor dan harga diri masyarakat. Sejak itu, perhatian kian berkonsentrasi pada pendidikan, dan sudah ada isu baik mengenai harapan guru. Pola kelebihan pasokan guru sudah dikurangi, dan pemerintah di semua tingkatan bertindak untuk meningkatkan perekrutan guru dan persiapan, kondisi kerja, dan tanggung jawab secara profesional. Individu yang diperuntukkan untuk menolong orang-orang muda pelajar dan perkembangan di sekolah mesti mempunyai peluang yang cukup besar untuk merealisasikan ambisi mereka. Dalam tahun-tahun mendatang, profesi guru mesti terus mengalami suatu suasana yang gres dan rasa yang lebih besar bahwa pekerjaan merupakan sungguh penting untuk penduduk Amerika.
BAB II
PEMBAHASAN
Motivasi untuk menjadi guru di Amerika dan Indonesia
Pada penggalan pembahasan ini kami menjajal membandingkan isi buku dengan kondisi di Indonesia ketika ini. Diawali dengan mengajar diseleksi selaku karir oleh sebagian penduduk Indonesia. Berdasarkan laporan modern Education Public Expenditure Review dari Bank Dunia (World Bank) di bawah pola pembiayaan pendidikan di Indonesia ketika ini, takaran budget yang cukup besar dialokasikan untuk mengeluarkan duit honor guru serta membiayai aktivitas sertifikasi guru. Dengan fakta di atas, tidak heran pula jikalau kini ini profesi guru tidak lagi dipandang sebelah mata dan kian diminati. Apakah kian banyak, kian diminati, dan kian makmur mempunyai arti kian baik? Tunggu dulu. Jawabannya tidaklah sesederhana itu. Kita memang tidak tinggal dalam dunia yang ideal. Seringkali apa yang kita damba jauh dari apa yang nyata. Namun, ada satu hal penting yang sanggup mendorong dan menghipnotis segala tindakan yang dijalankan oleh manusia. Itulah yang kita sebut dengan motivasi. Motivasi memainkan kiprah penting dalam membangun integritas dan kapabilitas profesi seseorang. Hal ini juga terkait dengan kondisi dan kiprah para guru. Motivasi yang sempurna akan membuat seorang guru inspirator bagi murid-muridnya. Menurut Abraham Maslow dengan teori Heararkhi kebutuhan, ada lima hal atau lima lapisan yang menjadi dasar motivasi bagi setiap orang. Dasar motivasi tersebut juga sanggup menjadi dasar motivasi para guru yang menghipnotis integeritas dalam profesinya.
· Lapis pertama merupakan motivasi fisiologis. Biasanya motivasi ini cuma bermaksud untuk menyanggupi keperluan fisiologis seumpama makan, minum, istirahat, bersenang-senang. Guru yang berada pada lapis ini merupakan guru yang cuma ingin menyanggupi kebutuhan-kebutuhan dasarnya saja. Ia cuma berharap memperoleh honor untuk makan dan minum. Ia cuma berharap sanggup melakukan pekerjaan dengan cukup santai.
· Lapis kedua merupakan motivasi rasa aman. Motivasi ini bermaksud untuk mendapatkan rasa kondusif baik secara fisik maupun secara emosional. Contoh guru yang masuk kedalam klasifikasi ini merupakan mereka yang cuma berharap menjadi PNS mudah-mudahan memperoleh rasa kondusif di masa-masa selanjutnya dengan bergantung pada dana pensiun.
· Lapis ketiga merupakan motivasi sosial. Motivasi ini bermaksud untuk memperoleh penerimaan, status dan relasi. Tak sedikit orang yang menjadi guru cuma lantaran ingin memperoleh status dan relasi. Terdapat beberapa kendala dimana seseorang terpaksa menjadi guru, cuma lantaran gagal atau tidak diterima dalam bidang lain. Istilah yang sering diberikan untuk kendala ini merupakan ‘terpeleset’, lantaran kondisi tersebut menciptakan orang jatuh terpeleset sehingga guru menjadi opsi terakhir.
· Lapis keempat merupakan motivasi penghargaan. Motivasi ini bermaksud untuk mendapatkan penghargaan baik secara internal maupun eksternal. Bisa dikatakan guru yang ada dilapis ini merupakan guru yang sarat semangat dan kontribusinya dalam dunia pendidikan merupakan nyata. Motivasi ini juga sedang bermekaran di Indonesia lantaran pemerintah sedang memberi pupuk stimulus yang disebut dengan sertifikasi. Kesejahteraan guru terus pun terus ditingkatkan lewat tunjangan sertifikasi
· Lapis kelima merupakan motivasi aktualisasi diri. Motivasi ini bermaksud untuk mengekspresikan diri dan menggali potensi. Guru pada lapis ini bisa dikatakan akan menyampaikan segala yang terbaik dalam rangka menandakan dirinya. Baginya menjadi guru merupakan impian dan tujuan hidupnya. Ini merupakan motivasi yang menciptakan guru menjadi handal dalam menghadapi segala rintangan ditengah arus zaman maupun metode pendidikan yang cukup membingungkan.
( Dikutip dari : Guru dengan 6 Motivasi. http://www.kompasiana.com/tiuruli_sitorus/guru-dengan-6-motivasi_552b7b6a6ea834c16a8b4584).
( Dikutip dari : Guru dengan 6 Motivasi. http://www.kompasiana.com/tiuruli_sitorus/guru-dengan-6-motivasi_552b7b6a6ea834c16a8b4584).
Motivasi / argumentasi yang dikutip dari kompasnia tersebut tolong-menolong nyaris sama dengan motivasi yang ada di dalam buku, dan pada kenyataannya pun motivasi-motivasi tersebut merupakan yang melatarbelakangi seseorang menentukan karir menjadi seorang guru. Lalu bagaimanakah guru masa sekarang mesti sanggup menghadapi tantangan dalam mengajar, tantangan di zaman yang serba mutakhir ini seorang guru mesti sanggup menyesuaikan dengan kondisi anak pada ketika ini. Apabila mencermati fenomena guru pada kini tentu terang berlainan dengan guru pada masa zaman penjajahan. Sebagai penjelasannya, guru pada masa sekarang atau guru kala 21 ditantang untuk melaksanakan akselerasi terhadap perkembangan teknologi pemberitahuan dan komunikasi. Pembelajaran di kelas dan pengelolaan kelas, pada kala ini mesti diubahsuaikan dengan persyaratan pertumbuhan teknologi pemberitahuan dan komunikasi tersebut.
Menurut Susanto (2010), terdapat tujuh tantangan guru di kala 21, yaitu: (1) Teaching in multicultural society (mengajar di penduduk yang mempunyai bermacam-macam budaya dengan kompetensi multibahasa); (2) Teaching for the construction of meaning (mengajar untuk mengonstruksi makna/konsep); (3) Teaching for active learning (mengajar untuk pembelajaran aktif); (4) Teaching and technology (mengajar dan teknologi); (5) Teaching with new view about abilities (mengajar dengan persepsi gres mengenai kemampuan; (6) Teaching and choice (mengajar dan pilihan), dan; (7) Teaching and accountability (mengajar dan akuntabilitas). Guru yang dapat menghadapi tantangan tersebut merupakan guru yang profesional yang mempunyai kualifikasi akademik yang bagus dan mempunyai kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang berkualitas.
( Dikutip dari : Guru Profesional dan Tantangan Global. http://aceh.tribunnews.com/2016/11/24/guru-profesional-dan-tantangan-global).
Guru selaku tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat selaku tenaga pendidik. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 mendefinisikan bahwa profesional merupakan pekerjaan atau aktivitas yang dijalankan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang menyanggupi persyaratan mutu atau norma tertentu serta pendidikan profesi. Diharapkan guru selaku tenaga profesional sanggup berfungsi meningkatkan martabat dan kiprah guru selaku distributor pendidikan dan pengajaran serta meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan kemakmuran guru, serta berfungsi untuk meningkatkan martabat dan kiprah guru selaku distributor pembelajaran. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diinginkan akan mempunyai efek pada kenaikan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dijalankan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Pelaksanaan sertifikasi bagi guru dalam jabatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007 Yo. Peraturan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 ihwal Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, yakni dijalankan dalam bentuk portofolio.
Akan tetapi dalam kenyataannya, dalam pelaksanaan sertifikasi guru terdapat banyak permasalahan mulai dari proses pendataan, pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), hingga pembayaran tunjangan profesi. Permasalahan tersebut belum tergolong kritik ihwal belum adanya pergeseran dan kenaikan mutu guru dalam proses aktivitas berguru mengajar di kelas.
Di beberapa negara, sertifikasi guru sudah diberlakukan secara ketat, misalnya di Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Sementara itu, di Denmark gres mulai dirintis dengan benar-benar sejak 2003. Di samping itu, ada beberapa negara yang tidak melaksanakan sertifikasi guru, tetapi melaksanakan kontrol mutu dengan mengendalikan secara ketat terhadap proses pendidikan dan kelulusan di forum penghasil guru, misalnya di Korea Selatan dan Singapura. Namun semua itu mengarah pada tujuan yang sama, yakni berupaya mudah-mudahan dihasilkan guru yang bermutu.
( Dikutip dari : Implementasi Suatu Kebijakan Pemerintah Dalam Sertifikasi Guru di Indonesia. https://isomudin63.wordpress.com/2015/02/24/implementasi-suatu-kebijakan-pemerintah-dalam-sertifikasi-guru-di-indonesia/ ).
Seperti yang sudah kita ketahui, mutu pendidikan di Indonesia masih menjadi perhatian. Hal ini terlihat dari banyaknya halangan yang menghipnotis kenaikan mutu pendidikan di Indonesia. Sehingga perlu diteliti dan dicermati mudah-mudahan kelak bangsa Indonesia sanggup meningkatkan mutu pendidikan dengan tanpa hambatan dan sanggup berkompetisi di Era Globalisasi. Para andal pendidikan beropini tentang halangan kenaikan mutu pendidikan di Indonesia, Menurut Soedijarto (1991: 56), bahwa rendahnya mutu atau mutu pendidikan di samping disebabkan oleh lantaran pemberian peranan yang kurang proporsional terhadap sekolah, kurang memadainya perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan metode kurikulum, dan penggunaan prestasi hasil berguru secara kognitif selaku satu-satunya indikator kesuksesan pendidikan, juga disebabkan lantaran metode penilaian tidak secara berencana didudukkan selaku alat pendidikan dan penggalan terpadu dari system kurikulum.
Adapun salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, yaitu: rendahnya mutu guru. Keadaan guru di Indonesia masih menjadi perhatian. Kebanyakan guru belum mempunyai profesionalisme yang mencukupi untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yakni merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menganggap hasil pembelajaran, melaksanakan pembimbingan, melaksanakan pelatihan, melaksanakan observasi dan melaksanakan pengabdian masyarakat.
( Dikutip dari : Kualitas Pendidikan di Indonesia. https://pramithasari27.wordpress.com/pendidikan/kualitas-pendidikan-di-indonesia/).
Menurut Mandaru (2005 : 119), “ menyampaikan mutu seorang mesti menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan suatu pola pendidikan yang efektif ”. Kualitas seorang guru ditandai dengan tingkat kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta nrimo dalam mengembangkan pendidikan mencerdaskan anak didik. Kualitas tenaga pengajar guru merupakan penggalan penting dari proses belajar-mengajar yang merupakan tujuan dari suatu organisasi pendidikan. Kualitas seorang guru terhadap mutu pendidikan yakni kesanggupan yang dimiliki oleh seorang guru yang diberikan terhadap anak didiknya yang diharapakan bisa meningkatkan mutu kelulusan, baik dalam mutu pribadi, moral, wawasan bisa kompetensi kerja. Guru mesti bermutu menurut persyaratan tertentu. Bukti mutu menurut persyaratan tertentu yang menjamin seseorang sanggup dikatakan selaku guru profesional merupakan selembar sertifikat. Pemerolehan sertifikat selaku guru profesional mesti lewat dan lulus uji kompetensi guru. Kualitas tenaga pengajar guru yang efektif merupakan guru yang dapat menenteng siswanya dengan berhasil meraih tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Kemampuan Profesional. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 ihwal Guru dan Dosen, kompetensi profesional merupakan “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”.
Penurunan mutu guru memang disebabkan oleh sejumlah faktor-faktor, dan memang faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan pada penurunan mutu dan kinerja guru. Dalam problem ini faktor-faktor yang menyebabkan pada penurunan mutu guru yakni :
1. Kurang pedulinya pemerintah akan nasib para guru. Kurang pedulinya pemerintah akan nasib guru memang sungguh menghipnotis mutu dan kinerja guru. Ini di karenakan bilamana pemerintah tidak menghiraukan akan nasib kehidupan para guru, maka kondisi ekonomi para gurupun juga akan tidak stabil. Dan ini juga akan mempunyai efek pada mutu guru itu sendiri.
2. Banyaknya guru yang kurang mengenal ihwal teknologi. Banyaknya guru yang kurang mengenal teknologi, ini memungkinkan para guru untuk sulit berpikir lebih maju, pasalnya teknologi ini sungguh penting dalam menunjang karir seorang guru.
3. Gaji yang rendah. Gaji yang rendah, ini kelihatannya juga akan menghalangi kenaikan mutu pada guru, lantaran penghasilan atau honor yang rendah, itu akan menghipnotis dan mengusik fokus para guru ketika mengajar.
4. Banyaknya problem pribadi yang mendera para guru.
( Dikutip dari : Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Guru di Indonesia. https://oioey.wordpress.com/2016/07/19/upaya-pemerintah-dalam-meningkatkan-kualitas-guru-di-indonesia/).
BAB III
KESIMPULAN
1. Meskipun kita menyaksikan banyak argumentasi untuk memasuki profesi guru, observasi menampilkan bahwa sebagian besar guru melakukannya untuk menolong belum dewasa dan untuk menyampaikan layanan terhadap masyarakat.
2. Banyak pendidik berkonsentrasi pada cara-cara untuk meningkatkan keanekaragaman dalam tenaga kependidikan untuk lebih merefleksikan populasi siswa.
3. Permintaan bagi guru yang gres kemungkinan akan terus berjalan.
4. Gaji guru sudah meningkat dalam bertahun-tahun terakhir.
5. Persyaratan untuk sertifikasi guru bervariasi dari negara ke negara dan di antara lembaga-lembaga pendidikan tinggi.
6. Tren dalam pendidikan guru meliputi pengenalan lima tahun dan aktivitas lima tahun dan suatu pemfokusan pada pengembangan guru reflektif. Guru juga kian siap untuk menggunakan teknologi up-to-date, untuk melakukan pekerjaan dengan siswa yang mempunyai keperluan khusus, dan untuk mengajar dalam susunan yang bermacam-macam secara luas.
7. Meskipun pengakuan itu tidak mungkin untuk generalisasi ihwal berjuta aktivitas persiapan guru, beberapa laporan utama sudah menyimpulkan bahwa banyak aktivitas tidak melaksanakan pekerjaan yang mencukupi dalam training guru dimasa depan.
8. Kebanyakan guru puas dengan sebagian besar faktor bagi pekerjaan mereka, walaupun beberapa kekecewaan dengan honor permulaan dan faktor lain tertentu terhadap profesi.
9. Kekhawatiran tetap meluas atas mutu angkatan kerja mengajar. Besarnya laporan nasional pada pendidikan dan No Child Left Behind Act sudah menyebabkan persyaratan yang lebih tinggi untuk pemberian izin dan untuk pembentukan jabatan yang dibayar lebih tinggi dari guru yang memimpin.
10. Banyak kabupaten sekolah yang melakukan pekerjaan di luar pendekatan untuk mempekerjakan guru mudah-mudahan sekolah lebih efektif.
11. Meningkatkan kepedulian penduduk pada pendidikan, pergeseran yang terjadi di sekolah-sekolah, dan perbaikan dalam harapan bagi guru yang menenteng suasana gres dan pentingnya bagi kiprah guru.
DAFTAR PUSTAKA
· Omstein. Levin. Gutek. 2011 Foundations of Educatio. Canada : Cengange Learning
· Guru dengan 6 Motivasi. http://www.kompasiana.com/tiuruli_sitorus/guru-dengan-6-motivasi_552b7b6a6ea834c16a8b4584) diakses : Sabtu 11 Februari 2017 Pukul 23.00
· Guru Profesional dan Tantangan Global. http://aceh.tribunnews.com/2016/11/24/guru-profesional-dan-tantangan-global
Diakses : Sabtu 11 Februari 2017 Pukul 24.00
· IMPLEMENTASI SUATU KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM SERTIFIKASI GURU DI INDONESIA. https://isomudin63.wordpress.com/2015/02/24/implementasi-suatu-kebijakan-pemerintah-dalam-sertifikasi-guru-di-indonesia/ ) diakses: Minggu 12 Februari 2017 Pukul: 07.30
· Kualitas Pendidikan di Indonesia. https://pramithasari27.wordpress.com/pendidikan/kualitas-pendidikan-di-indonesia/) diakses: Jumat 03 Maret 2017 Pukul: 12:40
0 Komentar untuk "Motivasi Menjadi Guru"