THE SCHOOL AS A SOCIAL SYSTEM
(SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL)
A. Pengertian Sekolah
Sekolah merupakan suatu wilayah kesibukan di waktu luang untuk belum dewasa dan remaja. Kegiatan yang dijalankan pada waktu luang tersebut dimanfaatkan untuk berguru berhitung, membaca dan menulis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Padil, M (2007, hlm.145) bahwa “sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan formal selaku wilayah berguru siswa atau disebut gedung wilayah belajar”.
Menurut Gorton, 1976 (dalam Sagala, 2010, hlm. 71) mengemukakan bahwa “sekolah merupakan suatu tata cara organisasi, dimana terdapat sejumlah orang yang berafiliasi dalam rangka meraih tujuan sekolah”. Selanjutnya Frank, M dan Sydey, M (1986, hlm. 303) mengemukakan bahwa orang-orang yang terlibat di dalam organisasi menjadi lebih tergantung satu terhadap yang yang lain maka struktur itu sedang menuju kejurusaan suatu organisasi atau sudah menjadi suatu organisasi yang formal. Sekolah merupakan lembaga formal tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses penanaman dan pengembangan potensi-potensi peserta didik, sehingga akan membentuk manusia yang berakhlak mulia. Selanjutnya Wahjosumidjo (2011, hlm. 81) mengemukakan bahwa: “Sekolah merupakan forum yang bersifat kompleks dan unik”. Bersifat kompleks, menampilkan bahwa sekolah selaku suatu sistem sosial di dalamnya terdapat banyak sekali dimensi yang saling berhubungan satu sama lain. Sedangkan bersifat unik, menampilkan bahwa sekolah selaku suatu organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi – organisasi lain menyerupai wilayah terjadinya proses pembelajaran dan pembudayaan kehidupan manusia.
Sehingga sanggup ditarik kesimpulan bahwa sekolah merupakan suatu gedung atau forum pendidikan formal yang dimanfaatkan selaku wilayah berguru siswa, yang didalamnya ada suatu kegiatan-kegiatan untuk berbagi potensi akseptor didik untuk menjadi insan yang berakhlak mulia.
B. Pengertian Sistem Sosial
Menurut Arifin, A (2011, hlm. 27) tata cara merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung dan kait berkait antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan pemahaman dari sosial merupakan insan yang berhubungan dengan penduduk dan para anggotanya. Di dalam tata cara sosial terdapat suatu sturktur. Sebagimana yang diungkapkan oleh Nasution (2016, hlm. 83) bahwa struktur memungkinkan sekolah mengerjakan fungsinya selaku forum edukatif dengan baik yang masing-masing memiliki kedudukan tertentu di dalam mengerjakan peranan menyerupai yang diperlukan dan menjamin kelangsungan di dalam segala kerja keras pendidikan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem sosial merupakan suatu kesatuan orang-orang dalam penduduk yang disusun oleh karakteristik dari suatu contoh hubungan dan dikoordinasikan secara berkesinambungan untuk meraih suatu tujuan.
Di dalam meraih tujuan, tata cara sosial di penduduk memerlukan suatu kesibukan interaksi sosial. Menurut Gerungan, W. A (1978, hlm. 61) “Interaksi sosial merupakan suatu hubungan anatar dua atau lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu sanggup mempengaruhi, merubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”. Dapat dibilang bahwa suasana ini merupakan suasana di dalam kelompok, dimana golongan sosial wilayah orang-orang tersebut berinteraksi merupakan suatu keseluruhan tertentu misalnya dalam bentuk suatu kumpulan, suatu organisasi dan anggota-anggotanya yang sudah memiliki hubungan yang mendalam antara satu dengan yang lainnya. Dalam suatu kumpulan organisasi terdapat hubungan yang strukturil, merupakan antara orang-orang ada yang menjadi pemimpin dan staf golongan serta anggota-anggotanya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Gerungan, W. A (1978, hlm. 78) bahwa hubungan interaksi sosial ini memiliki hubungan menurut pembagian kiprah antara anggota-anggotanya yang menuju ke suatu tujuan bersama.
C. Sekolah Sebagai Sistem Sosial
Sekolah merupakan suatu tata cara sosial yang unik dengan banyak sekali budaya individu yang berlainan menyatu ke dalam satu tata cara sekolah. Oleh lantaran itu, sekolah tidak sanggup lepas dari kepercayaan dan nilai-nilai dari penduduk sekitarnya. Persimpangan terbuka antara suatu sekolah dan lingkungan eksternal, nilai-nilai komunitas dan kepercayaan memiliki efek pada bagaimana budaya sekolah berkembang. Sistem penggabungan budaya tata cara sosial sungguh penting, lantaran mempengaruhi banyak sekali reaksi, kegiatan, dan perilaku.
Sekolah berisikan orang-orang yang memiliki hubungan satu sama lain. Setiap orang yang berada di sekolah memiliki kiprah yang mesti dijalankan supaya tata cara interksi tersebut tetap terjaga. Peran yang sanggup diidentifikasi di sekolah merupakan guru, siswa, kepala sekolah, staf TU, laboran, pustakawan, penjaga sekolah, satpam sekolah.
Pendidikan tidak sanggup dipisahkan dari tata cara sosial, lantaran ia merupakan produk yang lahir dan berkembang dalam penduduk pembangunannya. Pendidikan merupakan citra perkembangan dari suatu masyarakat. Pendidikan yang maju, cuma hidup dan dimiliki oleh penduduk yang berpikiran maju, dan cuma penduduk yang berpikiran maju yang menghargai pendidikan. Pendidikan dan penduduk merupakan satu kesatuan yang saling menetukan status.
Sebagai tata cara sosial, sekolah merupakan akumulasi dari komponen – komponen sosial integral yang saling berinteraksi dan memiliki kiprah yang bergantung antara satu sama lain.
Sekolah memiliki dua faktor penting yakni faktor individu dan faktor sosial. Di satu pihak, pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan bikin keadaan yang memungkinkan perkembangan secara optimal. Sekolah selaku pendidikan formal dituntut untuk sanggup merekam segala fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya sekolah menampilkan keterangan dan klarifikasi terhadap akseptor didik terhadap ontologis suatu peristiwa.
Gunawan dalam Muhyi Batubara mengatakan, insan selaku pribadi tidak sanggup hidup dan menghayati eksistensinya secara masuk akal kecuali hidup bareng dengan sesamanya. Mereka satu sama lain saling membutuhkan, lantaran pada hakekatnya insan merupakan mahluk sosial (Gunawan, 2004) .
Masyarakat terbangun dari individu – individu yang saling berinteraksi. Hubungan interaksi antara individu melahirkan banyak sekali acara untuk menyanggupi keperluan masyarakat, salah satu diantaranya merupakan keperluan akan pendidikan.
Selama ini dinikmati adanya kesenjangan antara pengalaman sekolah dengan yang ada di masyarakat. Kesenjangan ini merupakan tantangan bagi sekolah selaku forum pendidikan foramal, sejauh mana sekolah menanggapi tantangan kesenjangan ini, merupakan merupakan patokan mutu suatu forum pendidikan. Ada dua cara dalam menyeleksi mutu sekolah.
1. Sejauh mana sekolah sanggup menyanggupi keperluan pasar dan permintaan masyarakat.
2. Standar formal berupa undang-udang, yakni UU no 19 tahun 2003 tentang kenaikan mutu pendidikan nasional
Menurut Ibrahim sebagaimana dikutip oleh Muhyi Batubara bahwa ukuran kesuksesan pendidikan adalah:
a. Perlu menyadari bahwa proses pendidikan itu memerlukan deadline tenggang (load time) yang cukup lama
b. Dalam proses pendidikan itu berlaku prinsip irrevisibility, dimana terhadap setiap kesalahan dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan yang kita kerjakan tidak sanggup kita ulangi kembali.
c. Tantangan yang kita hadapi di masa depan condong meningkat kian kompleks dengan ditandai kian cepatnya perkembangan ilmu wawasan yang kian terbuka.
d. Kita dituntut untuk cerdik menyusun penyusunan rencana pembangunan pendidikan secara akurat, sehingga mempu mengantisipasi tantangan dan permasalahan yang terjadi di masa yang hendak datang.
Organisasi sekolah merupakan tata cara terbuka yang merupakan suatu kesatuan yang utuh (open system: an integration) dalam hal ini Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (2008:18) menyatakan “competition, resources, and political pressures from the environment affect the internal workings of organizations. The open – systems versi views organizations as not only influenced by environments, but also dependent on them. At general level, organizations are easily pictured as open system. Organization take inputs from the environment, transform them and produce outputs.
|
Gambar 1
Organisasi Sistem Terbuka
Sumber: Wayne K Hoy dan Cecil G. Miskel (2008:18)
Tampak terperinci pada gambar di atas, bahwa kompetisi, sumber – sumber, dan tekanan politik dari lingkungan kokoh pada pekerjaan internal organisasi. Model tata cara terbuka menatap organisasi tidak cuma dipengaruhi oleh lingkungan tapi juga bergantung terhadap dirinya sendiri. Artinya bahwa organisasi sekolah mengambil sumber – sumber dari lingkungan tapi dari potensi – potensi yang dimiliki organsisasi, menyerupai sumber daya insan yang dimiliki oleh organisasi, pendanaan yang dimiliki oleh organisasi, kepraktisan dan perangkat – perangkat yang dimiliki oleh organisasi, lalu dari sumber – sumber tersebut ditransformasikan oleh proses, lalu menciptakan suatu produktifitas yang diperlukan oleh lingkungan dan hasil dari pelayanan yang diberikan dari organisasi terhadap lingkungan, dan dari output yang dihasilkan tersebut ada timbal balik terhadap proses pelaksanaan (feedback).
KESIMPULAN
Sekolah merupakan suatu wilayah atau forum pendidikan formal yang dimanfaatkan selaku wilayah berguru siswa, yang didalamnya ada suatu kegiatan-kegiatan untuk berbagi potensi akseptor didik untuk menjadi insan yang berakhlak mulia. Di dalam kegiatan-kegiatan sekolah terdapat suatu tata cara sosial guna untuk meraih tujuan organisasi sekolah. Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bareng untuk membuat lebih mudah aliran informasi, bahan atau energi.
Sedangkan pemahaman dari sosial merupakan insan yang berhubungan dengan penduduk dan para anggotanya. Dengan demikian tata cara sosial merupakan suatu kesatuan orang-orang dalam penduduk yang disusun oleh karakteristik dari suatu contoh hubungan dan dikoordinasikan secara berkesinambungan untuk meraih suatu tujuan. Pendekatan microcosmos menyaksikan sekolah selaku suatu dunia sendiri, yang didalamnya memiliki unsur – unsur untuk sanggup disebut suatu masyarakat, menyerupai pemimpin, pemerintahan, warga penduduk atau hukum dan norma – norma serta golongan – golongan sosialnya.
REFERENSI
Arifin. (2011). Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatam Media.
Didin Nurdin dan Imam Sibaweh. (2015). Pengelolaan Pendidkan Dari Teori Menuju Implemetasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Frank J Miflen dan Sydney C Mifflen. (1986). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Tarsito.
Gerungan, W. A. (1978). Psychologi Social. Jakarta: PT. Eresco.
Gunawan. (2004). In M. Batubara, Sosiologi Pendidikan (p. 78). Jakarta: Ciputat Press.
Nasution. (2016). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Padil, M. (2007). Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: UIN-Maliki Press.
Sagala. (2010). Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah. Bandung: Alfabeta.
Wahjosumidjo. (2011). Kepemimpinan kepala sekolah: tinjauan teoritik dan permasalahannya . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel. (2015). In D. Nurdin, & I. Sibaweh, Pengelolaan Pendidkan (p. 53). Jakarta: Rajawali Pers.
0 Komentar untuk "Sekolah Selaku Metode Sosial"