ORGANIZATION COMMUNICATION
A. Pengertian Organisasi (organization)
Organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi acara dan meraih tujuan bareng satu tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu metode lantaran organisasi itu berisikan banyak sekali kepingan yang saling tergantung satu sama lain. Bila satu kepingan terusik maka akan ikut kokoh pada kepingan lain (Muhammad, 2005, hlm. 24).
Menurut DeVito (1996, hlm. 337) suatu organisasi juga bisa didefenisikan selaku suatu kalangan individu yang diorganisasi untuk meraih tujuan tertentu. Jumlah individu sungguh beraneka ragam dari satu organisasi ke organisasi lainnya. Ada yang beranggotakan tiga atau empat orang melakukan pekerjaan dengan kontak yang sungguh dekat. Yang yang lain memiliki seribu karyawan tersebar di seluruh dunia. Apa yang terpenting dalam hal ini yakni mereka ini melakukan pekerjaan di dalam struktur tertentu.
Di dalam setiap organisasi terdapat struktur formal maupun informal. Sebagai contoh, di organisasi perguruan tinggi terdapat struktur akademik formal, dengan rektor selaku pemimpin tertingginya, para dekan pada tingkat hirarki berikutnya, kedua departemen selanjutnya dan para dosen pada tingkat hirarki berikutnya. Melalui struktur demikian semua aktivitas universitas sanggup dilaksanakan. Tetapi, ada juga struktur informal di dalam organisasi perguruan tinggi hirarki itu, dan dalam banyak kendala strukturnya menyilang garis hirarki (DeVito, 1996, hlm. 337).
Secara umum, organisasi memiliki ciri-ciri (Dewi, 2007, hlm. 22) selaku berikut:
1. adanya pembagian kiprah dan tanggung jawab,
2. adanya sentra kekuasaan,
3. adanya subsitusi sumber daya manusia,
4. adanya ketergangtungan antar anggota,
5. adanya kerjasama antarkomponen,
6. adanya interaksi yang berulang-ulang.
B. Konsep Dasar Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi diartikan selaku proses penyampaian dan penerimaan keterangan yang menjadi salah satu sumber daya untuk menjaga, memelihara, meningkatkan dan mengembangkan organisasi secara dinamis sesuai dengan maksudnya (Hermana dan Barlian, 2004).
Komunikasi yakni proses menghasilkan, menyalurkan dan menemukan pesan-pesan dalam keseluruhan proses organisasi (Soetopo, 2016, hlm. 189). Menurut O’Donnell dan Weihrich dalam (Kadarman dan Udaya, 1996, hlm. 121), komunikasi yakni penyampaian keterangan dari pengirim terhadap peserta dan keterangan itu sanggup dipahami oleh si penerima. Komunikasi melibatkan minimal 2 orang yakni pemberi dan peserta informasi. Informasi diberikan lewat saluran (Channel) dan media. Dalam proses penyampaian bisa saja terjadi kemungkinan saluran ini diusik oleh “Noise”. Pesan dituangkan dalam ide. Ide transformasi menjadi pesan (Message). Pesan ini diantarkan lewat Channel kepada peserta pesan itu dimasukkan selaku ide, dan seterusnya, hingga pada peserta pesan dan karenanya akan mempengaruhi tindakan/action) (Harahap, 1996, hlm. 220).
Ruben (1988), mengemukakan bahwa komunikasi insan yang lebih komprehensif selaku berikut: Komunikasi insan yakni suatu proses lewat mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam penduduk menciptakan, mengirimkan, dan memakai keterangan untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
Pada definisi inipun komunikasi dikatakan selaku suatu proses acara yang memiliki beberapa tahapan yang satu dengan yang yang lain saling berhubungan. Beberapa piawai mengemukakan beberapa pengertian ihwal komunikasi dan pada prinsipnya komunikasi digambarkan selaku suatu hubungan dua arah antara pemberi pesan yang peserta pesan. Secara garis besar sanggup digambarkan model komunikasi yang banyak dikemukakan oleh para piawai selaku berikut:
Gambar 1. Model Komunikasi Lasswell (Ruben, 1988)
Dengan model komunikasi yang dikemukakan oleh Lasswell pada gambar 2 berikut sanggup dilihat perbedaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Shannon.
Gambar 2 Model Komunikasi Shannon (Forsdale, 1981)
Dari dua model yang digambarkan di atas ternyata yang banyak dipakai yakni model komunikasi dari Shannon, oleh lantaran dalam model kedua tersebut menampilkan citra terhadap setiap orang bahwa dalam komunikasi pasti akan senantiasa ada sumber gangguan.
Dari pemyatan-pernyataan ihwal komunikasi yang dikemukakan oleh para piawai di atas, sanggup ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam komunikasi adanya suatu penyampaian informasi. Salah satu respon yang penting dalam penyampaian keterangan yakni kesediaan bekerjaan atau pemberian santunan dari peserta keterangan sesuai dengan impian sumber keterangan dalam melakukan suatu pekerjaan atau menyelesaikan suatu problem di lingkungan suatu organisasi. Untuk itu komunikasi sungguh penting artinya dalam bikin dan mengembangkan jaringan kerja (network) baik internal maupun eksternal yang kokoh pada kinerja organisasi dalam merealisasikan keberadaan organisasi tersebut.
2. Prinsip Komunikasi
Menurut Seiler (dalam Muhammad, 2005, hlm. 17) ada 4 prinsip dasar komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi yakni suatu proses. Komunikasi yakni suatu proses lantaran merupakan suatu seri aktivitas yang terus menerus, yang tidak punya permulaan atau selesai dan senantiasa berubah-ubah. Komunikasi juga bukanlah suatu barang yang sanggup ditangkap dengan tangan untuk diteliti. Komunikasi menurut Seiler lebih merupakan cuaca yang terjadi dari majemuk variable yang kompleks dan terus berubah. Kadang-kadang cuaca hangat, matahari bersinar, pada waktu yang lain cuaca hambar dan lembab. Keadaan cuaca merefleksikan satu kombinasi saling berafiliasi yang kompleks yang tidak pernah ada duplikatnya. Kaprikornus komunikasi bersifat berubah-ubah dan sanggup memunculkan perubahan.
2. Komunikasi yakni sistem. Komunikasi berisikan beberapa komponen dan masing-masing komponen memiliki kiprah masing-masing. Tugas dari masing-masing komponen tersebut berafiliasi satu sama lain untuk menciptakan suatu komunikasi. Apabila salah satu komponen tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka hal tersebut akan mempengaruhi proses komunikasi secara keseluruhan, lantaran satu komponen akan kokoh terhadap komponen yang lain yang terintegrasi dalam suatu sistem.
3. Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi. Istilah interaksi dimaksudkan selaku saling bertukar komunikasi.
4. Komunikasi sanggup terjadi disengaja maupun tidak disengaja. Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang memiliki maksud tertentu diantarkan terhadap peserta yang dimakasudkan. Sedangkan kalau pesan yang tidak sengaja diantarkan atau tidak dimaksudkan untuk orang tertentu, maka hal tersebut dinamakan komunikasi yang tidak disengaja. Komunikasi yang ideal terjadi apabila seseorang mengirim pesan tertentu terhadap orang lain yang dikehendaki untuk menerimanya. Tetapi hal tersebut bukanlah jaminan bahwa pesan itu akan efektif. Kadang-kadang ada juga pesan yang sengaja diantarkan terhadap orang yang dimaksudkan tetapi sengaja tidak diterima oleh orang itu. Jadi, dari beberapa klarifikasi diatas, terang bahwa komunikasi sanggup disengaja maupun tidak disengaja.
3. Tujuan Komunikasi dan Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu yang sungguh pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu juga dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi pastinya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan usulan Ukas (1999) mengemukakan tujuan komunikasi selaku berikut :
a. Menetapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha.
b. Mengembangkan rencana-rencana untuk meraih tujuan.
c. Mengorganisasikan sumber-sumber daya insan dan sumber daya yang lain menyerupai efektif dan efisien.
d. Memilih, mengembangkan, menganggap anggota organisasi.
e. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan bikin suatu iklim kerja di mana setiap orang mau menampilkan kontribusi.
Selanjutnya Sutisna (1983) mengemukakan bahwa dalam proses komunikasi pastinya memerlukan unsur-unsur komunikasi, yaitu:
a. Harus ada suatu sumber, yakni seorang komunikator yang memiliki sejumlah kebutuhan, ilham atau infromasi untuk diberikan.
b. Harus ada suatu maksud yang mau dicapai, yang biasanya bisa dinyatakan dalam kata-kata permbuatan yang oleh komunikasi diharapkan akan dicapai.
c. Suatu gunjingan dalam suatu bentuk diperlukan untuk menyatakan fakta, perasaan, atau ilham yang dimaksud untuk menghidupkan respon dipihak orang-orang terhadap siapa gunjingan itu ditujukan.
d. Harus ada suatu saluran yang menghubungkan sumber gunjingan dengan peserta berita.
e. Harus ada peserta berita. Akhirnya mesti ada umpan balik atau respon dipihak peserta berita. Umpan balik memungkinkan sumber gunjingan untuk mengenali apakah gunjingan itu sudah diterima dan dinterprestasikan dengan betul atau tidak.
Berdasarkan dari unsur-unsur tersebut, jelaslah bahwa dalam aktivitas komunikasi itu di dalamnya terdapat unsur-unsur yang ada dalam komunikasi, baik itu unsur sumber yang merupakan selaku komunikator yang memiliki keterangan atau gunjingan yang akan disapaikan terhadap peserta keterangan dengan lewat atau memakai saluran atau media komunikasi, antar unsur yang satu dengan yang yang lain terang sekali adanya suatu keterkaitan, dan apabila salah satu unsur itu tidak ada kemungkinan proses komunikasi akan mengalami hambatan.
C. Konsep kunci komunikasi organisasi
Secara sederhana disebut, kalau ada dua orang atau lebih dalam organisasi dengan sendirinya akan berjalan komunikasi. Organisasi merupakan “wadah kegiatan” orang-orang yang melakukan banyak sekali kiprah untuk meraih tujuan bareng (common goals). Mereka melakukan pekerjaan dalam struktur hubungan yang dibatasi oleh kiprah tugasnya. Daryanto (1996, hlm. 3), mengungkapkan bahwa: “Organisasi yakni metode kerjasama antara dua orang atau lebih yang secara sadar dimaksudkan untuk meraih tujuan”.
Goldhaber (1986) menyatakan definisi komunikasi organisasi: “organizational communication is the process of creating and exchanging messages within a network of independent relationship to cope with environmental uncertainty”. Dengan kata lain komunikasi organisasi yakni proses bikin dan saling tukar menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk menanggulangi lingkungan yang tidak pasti.
Komunikasi organisasi yakni pengantaran dan penerimaan banyak sekali pesan organisasi didalam kalangan formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiriyanto, 2004). Kaprikornus komunikasi organisasi yakni proses penyampaian dan penerimaan keterangan banyak sekali pesan dalam organisasi kalangan formal maupun informal.
Dari definisi tersebut terdapat 7 rancangan kunci, yakni proses, pesan, jaringan, ketergantungan satu sama lain, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian. Berikut ini merupakan rancangan kunci komunikasi organisasi (Muhammad, 2005)
1. Proses
Suatu organisasi yakni suatu metode terbuka yang dinamis yang bikin dan saling menukar pesan diantara anggotanya. Karena tanda-tanda bikin dan menukar keterangan ini berjalan terus menerus dan tidak ada hentinya, maka dikatakan selaku suatu proses.
2. Pesan
Yang dimaksudkan dengan pesan yakni susunan simbol yang sarat arti ihwal objek, peristiwa yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Untuk berkomunikasi, seseorang mesti sanggup menyusun suatu citra mental, memberi nama pada citra tersebut dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif kalau pesan yang diantarkan itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.
3. Jaringan
Organisasi berisikan satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya terjadi melalui suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin meliputi cuma 2 orang, beberapa orang atau bahkan seluruh organisasi. Hakikat dan luas jaringan ini dipengaruhi banyak faktor, antara lain: hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dan arus pesan, dan isi dari pesan.
4. Ketergantungan
Keadaan saling tergantung satu kepingan dengan kepingan yang lain dalam satu organisasi sudah menjadi sifat suatu organisasi yang merupakan suatu metode terbuka. Bila suatu kepingan dari organisasi mengalami gangguan maka akan kokoh pada kepingan yang yang lain dan mungkin juga pada seluruh metode organisasi. Begitu pula halnya dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi perlu santunan untuk saling melengkapi biar organisasi sanggup berjalan dengan baik.
5. Hubungan
Karena organisasi merupakan suatu system terbuka, system kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Dengan kata lain jaringan lewat mana jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh lantaran itu hubungan insan dalam organisasi yang memfokuskan terhadap tingkah laris komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari. Hubungan insan dalam organisasi berkisar mulai dari yang sederhana yakni hubungan diantara dua orang atau dyadic hingga pada hubungan yang kompleks, yakni hubungan dalam kelompok-kelompok kecil, maupun besar, dalam organisasi.
6. Lingkungan
Lingkungan yakni semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang dipertimbangkan dalam pembauatan keputusan perihal individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini sanggup dibedakan menjadi lingkungan internal (karyawan, staf, golongan fungsional dari organisasi dan komponen organisasi yang lain menyerupai tujuan, produk, dsb) dan lingkungan eksternal (pelanggan, pesaing dan teknologi).
7. Ketidakpastian
Ketidakpastian merupakan perbedaan keterangan yang tersedia dengan keterangan yang diharapkan. Untuk meminimalisir faktor ketidakpastian ini organisasi bikin dan menukar pesan diantara anggota, melakukan suatu observasi serta pengembangan organisasi. Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan terlampau banyak keterangan yang diterima ketimbang sesungguhnya yang diperlukan untuk menghadapi lingkungan mereka. Oleh lantaran itu salah satu kiprah utama komunikasi organisasi yakni menyeleksi dengan sempurna banyaknya keterangan yang diperlukan untuk meminimalisir ketidakpastian tanpa keterangan yang berlebihan.
D. Komunikasi dalam Organisasi Sekolah
1. Proses Komunikasi dalam Sistem Organisasi di Sekolah
Terdapat dua proses komunikasi dalam organisasi sekolah, yakni proses komunikasi internal dan eksternal (Azhari, 2013).
a. Komunikasi Internal
Merupakan pertukaran ide secara horisontal dan vertikal di dalam sekolah, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan manajemen). Adapun Empat Dimensi Komunikasi dalam organisasi, yaitu:
1) Downward communication
Yaitu komunikasi yang berjalan dikala orang-orang yang berada pada tataran administrasi mengantarkan pesan terhadap bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
(1) Pemberian atau penyimpanan isyarat kerja (job instruction).
(2) Penjelasan dari kepala sekolah ihwal mengapa suatu kiprah perlu untuk dilaksanakan (job rationale).
(3) Penyampaian keterangan perihal peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices).
(4) Pemberian motivasi terhadap karyawan untuk melakukan pekerjaan lebih baik.
2) Upward communication
Yaitu komunikasi yang terjadi dikala bawahan mengirim pesan terhadap atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
(1) Penyampaian keterangan ihwal pekerjaan-pekerjaan ataupun kiprah yang sudah dilaksanakan.
(2) Penyampaian keterangan ihwal persoalan-persoalan pekerjaan ataupun kiprah yang tidak sanggup dituntaskan oleh bawahan.
(3) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
(4) Penyampaian ganjalan dari bawahan ihwal dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3) Horizontal communication
Yaitu komunikasi yang berjalan di antara para karyawan ataupun kepingan yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
(1) Memperbaiki kerjasama tugas.
(2) Upaya pemecahan masalah.
(3) Saling menyebarkan informasi.
(4) Upaya pemecahan konflik.
(5) Membina hubungan lewat aktivitas bersama.
4) Interline communication
Yaitu tindak komunikasi untuk menyebarkan keterangan melalui batasan fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini lantaran biasanya tanggung jawab mereka berafiliasi dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang dilaksanakan seorang piawai staf dan orang-orang yang lain yang perlu berafiliasi dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.
b. Komunikasi Eksternal
Adalah komunikasi antara kepala sekolah dengan khalayak audience di luar sekolah. Contoh dari komunikasi eksternal, yakni :
1) Komunikasi dari sekolah terhadap khalayak yang bersifat informatif. Contohnya yakni majalah, press release, postingan surat kabar atau majalah, pidato, brosur, poster, pertemuan pers, dll.
2) Komunikasi dari khalayak terhadap sekolah.
2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Sekolah
Berikut ini yakni fungsi komunikasi dalam organisasi sekolah (Cahyani, (2014).
a. Fungsi informatif
Komunikasi selaku fungsi informatif maksudnya bahwa lewat komunikasi yang bagus diharapkan semua pihak di sekolah memperoleh keterangan yang bagus dan akurat serta sempurna waktu, sehingga sanggup melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Kepala sekolah selaku menejer sanggup meningkatkan kesanggupan menejerialnya untuk memimpin sekolah. Guru selaku ujung tombak pencapaian tujuan sekolah sanggup memperbesar wawasannya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Pegawai sekolah selaku tatausaha sekolah lebih mudah melakukan tugasnya tanpa mesti dihantui keraguan. Demikian juga dengan siswa akan lebih mudah mengerti pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.
b. Fungsi Regulatif
Komunikasi selaku fungsi regulatif di sekolah meliputi peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah. Fungsi Regulatif ini dipengaruhi dua hal, yaitu:
1) Atasan, dalam hal ini Kepala Sekolah yang berwenang mengendalikan semua keterangan yang disampaikan, dan menampilkan isyarat atau perintah.
2) Message atau pesan Regulatif berorientasi pada kerja, artinya guru maupun pegawai memerlukan kepastian peraturan-peraturan ihwal pekerjaan yang boleh dan dihentikan untuk dilaksanakan.
c. Fungsi integratif
Komunikasi selaku fungsi integratif merupakan suatu jerih payah yang dilaksanakan oleh sekolah untuk menawarkan saluran yang memungkinkan kepala sekolah, guru, siswa dan pegawai melakukan kiprah dengan sebaik-baiknya. Saluran komunikasi ini sanggup dibentuk menyerupai buletin, televisi, OHP, infocus maupun hal lain yang sanggup menolong efektifitas kinerja sekolah.
d. Fungsi persuasif
Kekuasaan dan kewenangan tidak senantiasa menjinjing hasil yang optimal sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian maka kepala sekolah sanggup melakukan cara persuasi terhadap bawahannya. Hal ini akan memunculkan kepedulian yang lebih tinggi terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga guru maupun karyawan yang lain akan melakukan pekerjaan secara sukarela. Sukarela dalam hal ini bukan mempunyai arti tidak digaji tetapi merupakan loyalitas kerja.
e. Fungsi emosi
Komunikasi selaku fungsi emosi artinya dengan komunikasi yang bagus seluruh komponen yang ada pada sekolah tersebut sanggup mengontrol emosi, ataupun mengendalikan stress.
f. Fungsi motivasi
Komunikasi selaku fungsi motivasi artinya bahwa kepala sekolah mesti bisa mempergunakan komunikasi dalam memberi motivasi terhadap bawahannya.
g. Fungsi control
Komunikasi juga berfungsi selaku kendali terhadap kinerja sekolah. Melalui komunikasi kepala sekolah sanggup mengontrol kerja para guru dan pegawai, sehingga mengenali sebatas mana hasil kinerja sekolah. Contoh Laporan Kerja.
Jika fungsi komunikasi di atas sanggup berjalan dengan baik maka kinerja sekolah akan lebih optimal sehingga tujuan sekolah akan lebih singkat tercapai. Untuk mengefektifkan semua fungsi komunikasi ini maka semestinya seorang kepala sekolah membuka komunikasi yang bersifat terbuka. Komunikasi yang bersifat terbuka akan memperlancar proses penyampaian pesan baik dari atasan maupun dari bawahan.
3. Gaya Komunikasi dalam Organisasi Sekolah
Enam gaya komunikasi menurut Tubbs dan Sylvia Moss (1996):
a. The Controlling Style
Controlling style communication ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengendalikan perilaku, pikiran dan respon orang lain. Orang-orang yang memakai gaya komunikasi ini dipahami dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian terhadap pengantaran pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak punya rasa ketertarikan dan perhatian untuk menyebarkan pesan. Mereka tidak punya rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali kalau umpan balik atau feedback tersebut dipakai untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak kalut dengan persepsi negatif orang lain, tetapi justru berupaya memakai kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berupaya ‘menjual’ ide biar dibicarakan bareng tetapi lebih pada jerih payah menerangkan terhadap orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain agar melakukan pekerjaan dan bertindak secara efektif, dan kebanyakan dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga mengakibatkan orang lain memberi respons atau respon yang negatif pula.
b. The Equalitarian Style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilaksanakan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organnisasi The Equalitarian Style sanggup mengungkapkan ide ataupun usulan dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi meraih kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini merupakan adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara verbal maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication). Orang-orang yang memakai gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, yakni orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kesanggupan membina hubungan yang bagus dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak menyebarkan keterangan di antara para anggota dalam suatu organisasi.
c. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, mempergunakan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun verbal guna memantapkan perintah yang mesti dilaksanakan, penjadwalan kiprah dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian terhadap prospek untuk memengaruhi orang lain dengan jalan menyebarkan keterangan ihwal tujuan organisasi, agenda kerja, hukum dan mekanisme yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien yakni orang-orang yang dapat menyiapkan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan menampilkan respon atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
d. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini menjurus agresif, lantaran pengirim pesan atau sender mengerti bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada langkah-langkah (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang menjinjing para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
e. The Relinquishing Style
Gaya komunikasi ini lebih merefleksikan kesediaan untuk menemukan saran, usulan ataupun ide orang lain, ketimbang prospek untuk memberi perintah, walaupun pengirim pesan (sender) memiliki hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
f. The Withdrawal Style
Akibat yang timbul kalau gaya ini dipakai yakni melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada prospek dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, lantaran ada beberapa problem ataupun kesusahan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
4. Aspek Komunikasi dalam Organisasi Sekolah
Komunikasi di sekolah bisa dilihat dari 5 faktor utama hubungan:
(1) Sekolah - masyarakat/ Orangtua.
(2) Kepala Sekolah - guru/ staf
(3) Guru-murid
(4) Guru-guru
(5) Murid-murid
5. Hambatan Komunikasi dalam Organisasi Sekolah
Berikut merupakan hambatan-hambatan yang terjadi dalam organisasi sekolah yang ternyata bisa berpangaruh ke semua lini kehidupan.
Hambatan Komunikasi pada Organisasi Sekolah:
Hambatan dari Proses Komunikasi yakni halangan yang timbul dari ketidak jelasan keterangan yang akan disampaikan. Misalnya : guru menampilkan kiprah terhadap siswa, tetapi pesan yang disampaikan guru tersebut bersifat ambigu, sehingga mengakibatkan salah persepsi antara guru dan siswa.
Hambatan Fisik yakni halangan yang terjadi akhir ada gangguan cuaca, gangguan sinyal, dsb. Misalnya: ekspresi dominan hujan menyebabkan terjangkitnya penyakit, menyerupai flu, guru menerangkan materi dikala guru dalam kondisi sakit flu, guru tersebut tidak dapat menyodorkan pesan secara efektif sehingga mengakibatkan siswa tidak paham dengan pesan yang disampaikan guru tersebut. Atau kondisi siswa selaku komunikan yang kurang baik sehingga tidak dapat menemukan pesan dengan baik.
Hambatan Manusiawi yakni halangan yang terjadi akhir tingkat emosi insan yang tidak menentu dalam merespon keterangan atau pesan. Misalnya guru mengajar siswa dalam kondisi emosi atau sedang ada problem pribadi tentu emosi itu terbawa dikala guru tersebut mengajar, sehingga guru tersebut seringt marah-marah dalam menyodorkan materi.
Hambatan Organisasional yakni tingkat hirarkhi, wewenang manajerial dan keutamaan yakni halangan yang timbul akhir komunikasi dengan atasan atau bawahan mengalami halangan menyerupai tingkat pengertian terhadap suatu keterangan yang berlainan yang mengakibatkan suatu hambatan. Contohnya siswa merasa aib dikala ingin menyodorkan pesan terhadap kepala sekolah, siswa tersebut merasa tidak percaya diri sedikit canggung sehingga tidak dapat menyodorkan pesan secara leluasa dan pesan tersebut tidak efektif.
Hambatan-hambatan Antar Pribadi yakni halangan yang timbul antar pribadi didalam suatu organisasi, biasanya halangan ini timbul lantaran adanya salah paham antar pribadi yang menyangkut problem kiprah dan wewenang dari orang yang ada dalam organisasi. Misalnya seorang guru akan melakukan aktivitas dengan guru lain, antara kedua guru tersebut sebelumnya terjadi problem pribadi sehingga komunikasi antara kedua guru tersebut tidak efektif.
Selain dari hambatan-hambatan yang tertera diatas, komunikasi kalau dilihat menurut Inventaris Iklim Komunikasi oleh Pace dan Faules (2002) iklim komunikasi organisasi dipengaruhi oleh enam faktor indikator, berikut:
a. Kepercayaan
Siswa, guru, kepala sekolah dan komite sekolah mesti berupaya keras mengembangkan dan menjaga hubungan yang di dalamnya kepercayaan, kepercayaan dan dapat diandalkan disokong oleh pernyataan dan tindakan.
b. Pembuatan keputusan bareng
Para anggota organisasi sekolah di semua tingkat mesti diajak berkomunikasi dan berkonsultasi perihal semua problem dalam semua kawasan kebijakan organisasi, yang berkaitan dengan kedudukan masing-masing anggota organisasi. Anggota organisasi juga mesti diberi peluang berkomunikasi dan berkonsultasi dengan administrasi di atas merea biar berperan dalam proses pengerjaan keputusan dan penentuan tujuan.
c. Kejujuran
Suasana biasa yang diliputi kejujuran dan keterusterangan haru mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para anggota organisasi bisa menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran mereka tanpa mengindahkan status mereka di struktur organisasi.
d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
Para pengambil kebijakan, kepala sekolah misalnya, mesti relatif mudah menampilkan keterangan yang berafiliasi pribadi dengan keorganisasian terhadap anggota yang lain. Sebuah keterangan yang condong ditutupi akan bikin suasana tidak aman dan mereduksi tingkat kepercayaan antar anggota organisasi.Informasi yang terang dan efektif akan membuat lebih mudah kenaikan kinerja anggota organisasi.
e. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
Anggota di setiap tingkat struktur dalam organisasi mesti menyimak rekomendasi dan laporan problem yang dikemukakan anggota di tingkat bawahnya secara berkelanjutan dan dengan pikiran terbuka.
f. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Setiap anggota di setiap tingkat organisasi mesti menampilkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi.
6. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi Sekolah
a. Gunakan umpan-balik
Beri peluang pada orang orang lain untuk menyodorkan ilham atau gagasannya, sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua arah.
b. Kenali si peserta berita
- Bagaimana latar belakang pendidikannya,
- Bagaimana pengetahuan ihwal subyek pembicaraan,
- Sejauh mana minat dan perasaan.
c. Rencanakan secara teliti
Pertimbangkan baik-baik, misalnya: apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan.
7. Peran Komunikasi dalam Organisasi Sekolah
Komunikasi dalam suatu organisasi sungguh penting biar tidak terjadinya salah penyampaian keterangan antar anggota dalam organisasi sekolah dan biar tercapainya tujuan tertentu. Sebuah interaksi yang berencana untuk menyatukan dan mensinkronkan seluruh faktor untuk kepentingan bareng sungguh diperlukan dalam suatu tujuan berorganisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya suatu interaksi yang bagus tentu suatu organisasi tidak akan meraih tujuannya. Interaksi disini yakni mutlak meliputi seluruh anggota organisasi yang sanggup berupa penyampaian-penyampaian informasi, isyarat kiprah kerja atau mungkin pembagian kiprah kerja. Interaksi gotong royong yakni proses hubungan komunikasi antara 2 orang atau lebih dimana orang yang satu bertindak selaku pemberi keterangan dan orang yang lain berperan selaku peserta informasi. Intinya, korelasinya mesti melibatkan dan terkonsentrasi terhadap orang-orang itu sendiri dalam suatu organisasi. Dengan kata lain, sanggup ditarik kesimpulan komunikasi sanggup dikatakan juga selaku proses penyampaian keterangan yang mempunyai fungsi untuk mengkoordinasikan lingkungan dan orang lain demi meraih suatu tujuan.
Sebuah bentuk organisasi tentu mengedepankan suatu komunikasi biar tercipta hasil yang selaras. Biasanya proses komunikasi dalam suatu organisasi meliputi atasan dan bawahan dengan penyampaian yang terarah dari suatu atasan ke bawahannya yang semata-mata semua berorientasi menurut organisasi.
Tujuan komunikasi dalam suatu organisasi sungguh menampilkan banyak faedah secara pribadi yakni membuat lebih mudah para anggota melakukan pekerjaan dari instruksi-instruksi yang diberikan dari atasan dan untuk meminimalisir kesalahpahaman yang biasa terjadi dan memang sudah menempel pada suatu organisasi. Apabila semua bawahan dan atasan sanggup berinteraksi dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang riskan mungkin akan berkurang, lantaran tiap insan memiliki cara penyampaian komunikasi yang berbeda-beda secara verbal. Dengan demikian semua pelaku organisasi mesti berbicara, bertindak satu sama lain guna untuk membangun suatu lingkungan aman dan mengenali situasi-situasi yang akan terjadi diluar praduga lantaran kesalahan komunikasi sekecil apapun pasti akan berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, Hugh J. dan Danield C. Feldman. (1986). Individual in Organizations. New York: McGraw Hill.
Azhari, Denny Imam. (2013). Peran Komunikasi dalam Organisasi. Diakses dari: https://dennyimamazhari.wordpress.com/2013/05/27/52-peran-komunikasi-dalam-organisasi/
Cahyani, Hayan Ayu Nur. (2014). Komunikasi dalam Sistem Organisasi di Sekolah. Diakses dari: https://loker.paperplane-tm.site/search?q=27/52-peran-komunikasi-dalam-organisasi/">https://dennyimamazhari.wordpress.com/2013/05/27/52-peran-komunikasi-dalam-organisasi/
Daryanto. (1998). Administrasi Pendidikan. Solo: Rineka Cipta.
Dewi, Sutrisna. (2007). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: CV Andi Offset.
DeVito, Joseph. (1996). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Books.
Forsdale. (1981). Perpective on Communication. New York: Random House.
Goldhaber, Gerald M. (1986). Organizational Communication. Jakarta: Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri. (1996). Manajemen Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hermawan, Dody dan Ujang Cepi Barlian. (2004). Komunikasi Dalam Organisasi. Diakses dari: http://ejournal.upi.edu/index.php/JAPSPs/article/ download/6071/4091
Kadarman, A. M. dan Jusuf Udaya. (1996). Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Muhammad, Arni. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. (2002). Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT Indeks Gramedia.
Ruben, Brent D. (1988). Comminication and Human Behavior. New York: Macmilland Publishing Company.
Soetopo, Hidayat. (2016). Perilaku Organisasi: Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutisna, Oteng. (1983). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.
Tubs, L. Steward, dan Syilvia Moss. (1996). Human communication; konteks-konteks komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ukas, Maman. (1999). Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung: Ossa Promo.
Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.
0 Komentar untuk "Komunikasi Dalam Organisasi"