Jika kau ingin hidup kau berubah gak datar kayak telor dadar, hadapin segala duduk kendala kegagalan dengan bijaksana, jangan takut melaksanakan hal-hal baru, persiapkan seluruhnya dengan sungguh-sungguh, asumsi duduk kendala yang hendak muncul, perkirakan juga penyelesaian untuk menhadapi duduk kendala tersebut, meskipun planning yang sudah kita buat dengan sungguh-sungguh terkadang sering meleset, dan memicu duduk kendala di luar asumsi kita, inilah yang namanya teka-teki hidup, percaya kan diri kau bahwa kau punya jawabannya . (Vibizlife-Achievements) Bakat terpendamnya selaku marketing sudah terpupuk dari kecil. Hal inilah yang membuat Hasim Halim, Director Consumer Corporate Marketing PT Asuransi Raksa Pratikara berhasil menekuni dunia marketing yang sebenarnya. Padahal impian masa mudanya ingin menjadi pengacara. Bagaimana Hasim bisa menegaskan berbelok arah?
Merintis karir di dunia marketing bukanlah hal yang mudah. Apalagi hal ini berkenaan dengan dunia asuransi. Ditambah lagi, ilmu tentang dunia asuransi tidak dikuasai sama sekali. Hal inilah yang terjadi pada Hasim Halim, yang dikala ini menjabat selaku Director Consumer Corporate Marketing PT Asuransi Raksa Pratikara.Asuransi Raksa Pratikara ialah kelanjutan dari Asuransi Artapala yang diresmikan sejak tahun 1975. Asuransi Raksa Pratikara ialah salah satu dari sepuluh perusahaan asuransi paling besar di Indonesia dalam hal penghasilan premi bruto dan ialah lima besar dalam perolehan premi bruto kendaraan bermotor.Hasim Halim melakukan pekerjaan di dunia asuransi dengan berbekal kemauan keras. Berkat kerja kerasnya, ia pun berhasil ikut mengharumkan nama PT Asuransi Raksa Pratikara. Beberapa penghargaan berhasil dicapai Hasim bareng perusahaannya. Tahun 2007, perusahaan ini pernah menjangkau Asuransi Umum Beraset 250 milyar-1 triliun dari Majalah Investor. Kemudian di tahun 2009 dalam program Media Asuransi Award menjangkau 2nd Winner Best Insurance untuk klasifikasi Peringkat Perusahaan Asuransi Umum dengan modal sendiri Rp 100-250 miliar.
Sarjana Hukum yang berbelok arah
Lulus SMU, Hasim terpesona untuk mendalami ilmu hukum, karena cita-citanya yang ingin menjadi seorang pengacara. Pada tahun 1988, ia kemudian mengambil kuliah jurusan aturan di Universitas Tarumanegara. " Makanya orang bilang, insan berencana, namun Tuhan yang menentukan. Itulah saya." Katanya sambil tertawa.Sebelum lulus kuliah, Hasim terpesona untuk magang di PT Asuransi Artapala. Motivasinya di saat itu hanyalah untuk mengendorkan beban keuangan orangtuanya. "Saya sudah dikuliahkan, karena itu saya ingin sedikit mengendorkan beban orangtua saya. " terangnya.Ketika itu, ia bertindak selaku part time operator telex. Hasim melakukan pekerjaan sejak jam 3 sore hingga malam. Disana , ia banyak bermitra dengan pihak luar negeri. Karena itulah, jam malam lebih sibuk dibandingkan dengan di saat siang hari, karena perbedaan waktu dengan negara di luar Indonesia. Hasim mengaku mulanya cuma main-main di dunia asuransi. Lama-kelamaan, ia merasa enjoy melakukan pekerjaan di dunia tersebut. "Asuransi itu memang general. Semua disiplin ilmu masuk. Dulu saya juga tidak pernah terpikir mesti ambil jurusan special insurance kalau di asuransi." Tuturnya.
Karena sudah enjoy di bidang tersebut, maka lulus kuliah, cita-citanya pun terlupakan. Hasim sudah merasa tenteram berada di lingkungan yang sudah membesarkan karirnya. Setelah menjadi part time operator telex, tahun 1988 ia menjadi Asisten Claim Manager di perusahaan tersebut.
Tahun 1994, ia menegaskan untuk mengambil kursus asuransi untuk memperkaya pengetahuannya. Maka Hasim ikut kursus Insurance Management GIO Reinsurance di Australia.
Karirnya pun terus berkembang. Ia kemudian menjabat selaku Marketing Manager tahun 1995-1997. Dan di tahun 1997-1998, ia menjabat selaku Senior Claim Manager. Tahun 1999, ia diandalkan menjadi Director Consumer Marketing. Dan di tahun 2010 ini, Hasim kembali diandalkan untuk menjadi Director Consumer Corporate Marketing. "Sebagai prajurit, kita kan mesti siap diposisikan dimana saja." Kata anak ketujuh dari 10 bersaudara ini.
Bersama Asuransi Raksa Pratikara, ia berkembang dan berkembang. Tahun kemarin, Hasim cukup bernapas lega, karena perusahaannya berhasil mengalami kemajuan sebanyak 10%. "Awal 2009, kita memasuki periode sulit. Karena tidak tahu apakah perusahaan ini tambah jatuh atau bisa bangkit. Ternyata kita bisa berkembang 10%." Ujarnya.
Jadi marketing sejak SD
Hasim berkembang dari keluarga sederhana. Kedua orangtuanya memiliki perjuangan tekstil. Keluarganya yang sederhana memiliki prinsip untuk menampilkan warisan dalam bentuk ilmu. "kata ayah ibu saya, ilmu itu tidak akan habis. Itulah yang saya ingat hingga sekarang." Kata lelaki yang kegemaran olahraga tersebut.
Sejak duduk di dingklik SD, ia pun bersungguh-sungguh menolong orangtuanya mempertahankan toko. Ketika piknik panjang datang, bukan wisata yang didapatnya, melainkan menolong ayah ibunya di toko tekstil.
Keharusan untuk berdagang membuat jiwa marketingnya mulai muncul. Hasim kecil mulai sudah biasa dengan sopan menyapa pelanggannya. Mengambilkan apa yang dikehendaki oleh pelanggan, mudah-mudahan mereka mau mendatangi tokonya kembali.
Di mata keluarga, Hasim tergolong orang biasa-biasa saja. Ia jarang bermain dengan teman-temannya. Hasim lebih menentukan untuk menjadi anak rumahan. Jujur dan mau belajar
Dua puluh empat tahun terjun di dunia asuransi bukanlah hal yang mudah. Hasim sudah melalui pahit getirnya menjadi karyawan.
Karena itu, di saat menjadi pemimpin, ia tetap menggemari pekerjaan dengan produktivitas kerja yang tinggi. Kepada anak buah, ia senantiasa memprioritaskan diskusi. Saling melengkapi, begitu ia biasa mengatakannya. "Yang kita jual dalam asuransi itu sebetulnya hanyalah trust. Bagaimana mudah-mudahan klien itu mau percaya pada produk kita. Karena itu, tidak dapat melakukan pekerjaan sendirian." Katanya. Sebagai seorang pimpinan, banyak orang lupa diri, bahkan menjadi sombong. Mengenai hal tersebut, Hasim beropini bahwa seorang pemimpin dihentikan sombong. "Kalau sombong, bagaimana nantinya bisa menampilkan apresiasi ke karyawannya." Terang lelaki kelahiran Jakarta, 7 April 1962 tersebut. Dan buat anda yang ingin terjun dalam dunia asuransi, kuncinya menurut Hasim hanyalah jujur, dan ada kemauan untuk belajar, karena dari berguru bisa menimbulkan kreasi baru. Ditanya arti sukses, Hasim memiliki pakem sendiri. Menurutnya keberhasilan akan timbul di saat dirinya sudah bisa menampilkan yang terbaik terhadap perusahaan dan keluarga. "Ketika saya sudah tua, kehendak saya, bawah umur nantinya gantian untuk menampilkan kontribusi." Harapnya.
Nah, buat anda yang masih bimbang dalam bekerja, banyaklah berguru menyerupai Hasim. Karena dari belajar, akan memperkaya pengalaman dan wawasan dalam bidang apapun yang anda geluti.
Semua orang niscaya pernah mengalami kegagalan. Baik itu kegagalan di dalam perdagangan, kegagalan dalam pernikahan, kegagalan dalam kuliah, kegagalan dalam pekerjaan dan lain sebagainya. Bahkan orang-orang besar yang terlihat bergelimang keberhasilan sekalipun niscaya pernah mengalami kegagalan di dalam hidup mereka.
Douglas McArthur mengatakan, "There is no security in this earth, there is only opportunity". Dari perkataan ini sanggup ditarik kesimpulan bahwa tidak ada sesuatu hal yang niscaya akan terjadi di dunia ini. Tidak ada jaminan bahwa pekerjaan kita akan sukses. Tidak ada jaminan bahwa kendaraan beroda empat kita tidak akan mogok di saat akan dipakai besok. Tidak ada jaminan bahwa sakit yang kita alami akan secepatnya sembuh. Bahkan tidak ada satu orang pun yang sanggup menjamin bahwa umur mereka akan lebih dari 1 jam lagi.
Thomas Alfa Edison, seorang penemu besar yang sudah mematenkan ribuan jenis hasil temuannya juga sering mengalami kegagalan. Pada dikala Edison menjajal untuk menerima lampu pijar, ia mengalami ribuan kali kegagalan dalam mencari materi dasar kawat pijar yang sanggup digunakan. Tetapi kegagalan-kegagalan ini tidak memupuskan semangatnya untuk terus menjajal menjangkau apa yang ia harapkan.
Oleh karena itu, kita cuma sanggup mempergunakan peluang-peluang yang tersebar luas di dunia ini. Apa pun peluang yang ingin kita ambil, kita mesti sanggup mempergunakan peluang tersebut dengan maksimal. Janganlah kita menyia-nyiakan potensi yang sudah kita pilih untuk dilaksanakan.
Tetapi ada beberapa potensi yang cuma tiba sekali menghampiri kita. Seperti potensi untuk membesarkan dan mendidik anak dengan baik. Dalam menghadapi potensi semacam ini, kita haruslah bertindak optimal dengan sarat perhitungan. Karena apabila kita gagal dalam menjalaninya, maka kita tidak akan pernah sanggup memperbaiki kegagalan tersebut. Kegagalan menyerupai inilah yang hendak membuahkan penyesalan diri berlarut-larut, karena tidak ada jalan keluar untuk memperbaiki kegagalan yang sudah kita perbuat. Sehingga kegagalan ini akan terus menghantui hidup kita dan kita akan terus mencicipi efek dari kegagalan ini.
Penyebab Kegagalan
Jika kita menelusuri penyebab kegagalan, maka kita sanggup mengelompokkan penyebab tersebut dalam dua kelompok besar, yakni kegagalan karena aspek internal dan kegagalan karena aspek eksternal.
Kegagalan karena aspek internal yakni kegagalan yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Banyak hal yang sanggup menjadi penyebab kegagalan ini, menyerupai kurang perkiraan pada dikala permulaan melangkah, kurang hati-hati dalam melaksanakan sesuatu, atau karena menilai remeh suatu pekerjaan tertentu. Tetapi penyebab internal yang paling kerap terjadi yakni rasa takut untuk menjajal atau mengawali sesuatu kesempatan. Dengan menyingkir dari peluang atau potensi bukan bermakna kita sudah terlepas dari kemungkinan kegagalan yang mungkin kita hadapi, akan namun kita justru sudah menegaskan kegagalan tersebut selaku opsi kita.
Kegagalan internal ini akan membuat seseorang mengalami penyesalan dan ketidakpuasan mendalam. Seseorang yang gagal dan mengenali bahwa kegagalan yang ia alami yakni buah dari kelalaian dirinya sendiri, akan merasa sungguh menyesal atas kegagalan yang ia hadapi. Sementara kegagalan yang diakibatkan oleh faktor-faktor luar, umpamanya gangguan orang lain, kesanggupan orang lain yang lebih baik dari kesanggupan kita, kecurangan orang lain, atau nasib yang sudah ditetapkan oleh Tuhan terhadap kita. Biasanya seseorang akan lebih bisa menghadapi kegagalan eksternal ini. Karena dengan introspeksi dan berjiwa besar maka kita akan sanggup menghadapi ketidakpuasan yang ada.
Sedikit saya berikan klarifikasi di sini mengenai "nasib gagal" yang diberikan Tuhan terhadap kita. Mungkin banyak orang yang berpikir mengapa Tuhan "menghukum" seseorang untuk mengalami kegagalan. Padahal orang tersebut sudah melaksanakan harapannya dengan maksimal, namun masih tetap mengalami kegagalan di simpulan usahanya. Terkadang insan tidak tahu mengenai efek yang hendak ia dapatkan dari suatu keberhasilan yang hendak ia peroleh. Padahal bisa jadi keberhasilan itu akan berakibat buruk bagi dirinya. Misalnya akan menghancurkan rumah tangganya, atau akan mengusik kesehatannya. Sehingga Tuhan menampilkan kegagalan selaku hasil terbaik untuk diri insan tersebut.
Kunci utama dalam menghadapi kegagalan yakni berjiwa besar. Seseorang haruslah berjiwa besar dalam menghadapi kegagalan internal ataupun eksternal. Khususnya kegagalan internal, seseorang haruslah berani untuk mengakui kesalahan atau kelalaian yang sudah ia perbuat. Tetapi pada biasanya orang biasanya lebih bahagia untuk mencari argumentasi atau kambing hitam atas kegagalan yang ia hadapi, sehingga orang menyerupai ini tidak akan pernah bisa berguru dari kegagalan yang ia alami.
Selain berjiwa besar, seseorang juga memiliki suatu kesanggupan untuk menghadapi permasalahan atau kegagalan yang ia alami. Kemampuan ini lebih dipahami selaku Adversity Quotient (AQ). Memang AQ ini lebih banyak meningkat di masa kecil seseorang, di masa orang bau tanah sungguh berperan dalam hal memupuk dan membuatkan kesanggupan AQ anak. Tetapi bukan bermakna seseorang yang memiliki kesanggupan AQ yang kurang baik tidak akan sanggup menghadapi kegagalan yang ia alami. Ada beberapa hal yang sanggup menolong seseorang untuk tegar dalam menghadapi kegagalan yang ia alami sekaligus mengembangkan kesanggupan AQ yang ia miliki.
Berikut ini yakni beberapa langkah sederhana yang sanggup kita kerjakan pada dikala kita menghadapi kegagalan:
1. Pasrah terhadap Tuhan
"Segala hasil dari perbuatan, langkah-langkah dan perjuangan yang kita lakukan, yakni ialah Hak dan Wewenang Tuhan untuk menentukannya. Kita selaku insan cuma bisa berupaya semaksimal mungkin." Jika kita sanggup mengerti dan mengamalkan kalimat di atas, maka kita akan lebih gampang dalam menghadapi suatu kegagalan. Kemampuan seseorang untuk berserah diri terhadap nasib ini juga akan sungguh menolong dalam menangani efek buruk yang mungkin timbul akhir kegagalan.
Suatu kegagalan yang tidak sanggup dilalui dengan baik akan membekas di dalam benak bawah sadar seseorang. Pikiran bawah sadar memiliki kesanggupan memikirkan setiap masukan gunjingan dari pikiran sadar, kemudian dicocokkan dengan arsip yang ada pada pikiran bawah sadar yang ada relevansinya dengan peristiwa yang serupa di masa lalu. Jika respon pikiran bawah sadar yakni negatif, maka pikiran bawah sadar akan mengantarkan reaksi negatif terhadap pikiran sadar, dan berikutnya pikiran sadar tanpa sanggup dikelola akan melaksanakan reaksi emosional, berupa marah, benci, takut, iri, kikir, sedih, dan lain-lain.
Apabila seseorang sanggup melepaskan atau release kegagalan yang ia alami terhadap nasib Tuhan, maka pikiran bawah sadar orang tersebut tidak akan menyimpannya selaku sesuatu yang negatif.
2. Ambil Hikmah
"Pengalaman yakni guru terbaik. Baik itu kegagalan ataupun kesuksesan." Hal ini mengandung arti bahwa dari semua kegagalan yang kita hadapi, kita mesti tetap berpikiran positif, dan mesti sanggup mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut. Kita mesti sadar bahwa risiko dari semua langkah-langkah yang kita kerjakan yakni berhasil atau gagal.
Walaupun banyak pelajaran yang sanggup diambil dari tiap kegagalan. Tetapi justru banyak orang yang tidak mau mengembalikan kegagalan yang ia alami ke diri mereka sendiri. Mereka justru mengalihkan atau mengambinghitamkan kegagalan tersebut terhadap orang lain. Hal inilah yang mesti sanggup kita hindari. Karena jika tetap mengambinghitamkan kegagalan terhadap orang lain, kita tidak akan pernah sanggup mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut.
3. Istirahat
Tiap kegagalan tentu akan memancing emosi seseorang. Seperti marah, sedih, iri dan lain sebagainya. Tentu saja efek emosional ini akan mengusik acara yang hendak kita lakukan. Oleh karena itu ada baiknya apabila kita mengambil istirahat sejenak di saat mengalami kegagalan. Istirahat ini akan menampilkan waktu pada diri kita untuk sanggup menyingkir dari efek emosional yang mungkin timbul.
Panjang waktu istirahat yang diharapkan tergantung pada intensitas beban dari kegagalan yang kita hadapi. Untuk kegagalan ringan, mungkin kita cuma cukup untuk berwudlu dan melaksanakan sholat (bagi orang Muslim). Tetapi jika suatu kegagalan besar, mungkin istirahat yang diharapkan berupa piknik dan rekreasi.
4. Bertanya dan Evaluasi
Apabila pikiran kita sudah kembali jernih, maka kita mesti sanggup mengidentifikasi penyebab dari kegagalan yang kita alami. Banyak cara yang sanggup kita lakukan, sanggup dengan merenung sendiri, atau mengajukan pertanyaan terhadap teman, orang tua, guru, atau bahkan terhadap rival kita. Setelah kita tahu apa penyebab dari kegagalan yang didahapi, maka kita sanggup menyusun suatu peta kekuatan gres mengenai kehabisan dan kekuatan yang dimiliki, guna mengawali suatu potensi baru.
5. Memulai aktivitas baru
Memulai suatu aktivitas baru, ialah salah satu penyelesaian mudah-mudahan seseorang tidak larut di dalam kegagalan. Pada dikala mengawali suatu potensi baru, kita haruslah betul-betul siap untuk melaksanakan hal-hal terbaik yang sanggup dilakukan. Tetapi kita juga mesti menyadari dari awal, seluruh aktivitas yang kita mulai sanggup selsai pada keberhasilan ataupun kegagalan. Dan janganlah lupa untuk menggunakan peta kekuatan gres yang kita miliki.
Ada dua potensi yang sanggup kita lakukan. Pertama yakni tujuan gres dengan cara usang atau tujuan usang dengan cara baru. Kedua, tujuan gres dengan cara yang baru.
Merintis karir di dunia marketing bukanlah hal yang mudah. Apalagi hal ini berkenaan dengan dunia asuransi. Ditambah lagi, ilmu tentang dunia asuransi tidak dikuasai sama sekali. Hal inilah yang terjadi pada Hasim Halim, yang dikala ini menjabat selaku Director Consumer Corporate Marketing PT Asuransi Raksa Pratikara.Asuransi Raksa Pratikara ialah kelanjutan dari Asuransi Artapala yang diresmikan sejak tahun 1975. Asuransi Raksa Pratikara ialah salah satu dari sepuluh perusahaan asuransi paling besar di Indonesia dalam hal penghasilan premi bruto dan ialah lima besar dalam perolehan premi bruto kendaraan bermotor.Hasim Halim melakukan pekerjaan di dunia asuransi dengan berbekal kemauan keras. Berkat kerja kerasnya, ia pun berhasil ikut mengharumkan nama PT Asuransi Raksa Pratikara. Beberapa penghargaan berhasil dicapai Hasim bareng perusahaannya. Tahun 2007, perusahaan ini pernah menjangkau Asuransi Umum Beraset 250 milyar-1 triliun dari Majalah Investor. Kemudian di tahun 2009 dalam program Media Asuransi Award menjangkau 2nd Winner Best Insurance untuk klasifikasi Peringkat Perusahaan Asuransi Umum dengan modal sendiri Rp 100-250 miliar.
Sarjana Hukum yang berbelok arah
Lulus SMU, Hasim terpesona untuk mendalami ilmu hukum, karena cita-citanya yang ingin menjadi seorang pengacara. Pada tahun 1988, ia kemudian mengambil kuliah jurusan aturan di Universitas Tarumanegara. " Makanya orang bilang, insan berencana, namun Tuhan yang menentukan. Itulah saya." Katanya sambil tertawa.Sebelum lulus kuliah, Hasim terpesona untuk magang di PT Asuransi Artapala. Motivasinya di saat itu hanyalah untuk mengendorkan beban keuangan orangtuanya. "Saya sudah dikuliahkan, karena itu saya ingin sedikit mengendorkan beban orangtua saya. " terangnya.Ketika itu, ia bertindak selaku part time operator telex. Hasim melakukan pekerjaan sejak jam 3 sore hingga malam. Disana , ia banyak bermitra dengan pihak luar negeri. Karena itulah, jam malam lebih sibuk dibandingkan dengan di saat siang hari, karena perbedaan waktu dengan negara di luar Indonesia. Hasim mengaku mulanya cuma main-main di dunia asuransi. Lama-kelamaan, ia merasa enjoy melakukan pekerjaan di dunia tersebut. "Asuransi itu memang general. Semua disiplin ilmu masuk. Dulu saya juga tidak pernah terpikir mesti ambil jurusan special insurance kalau di asuransi." Tuturnya.
Karena sudah enjoy di bidang tersebut, maka lulus kuliah, cita-citanya pun terlupakan. Hasim sudah merasa tenteram berada di lingkungan yang sudah membesarkan karirnya. Setelah menjadi part time operator telex, tahun 1988 ia menjadi Asisten Claim Manager di perusahaan tersebut.
Tahun 1994, ia menegaskan untuk mengambil kursus asuransi untuk memperkaya pengetahuannya. Maka Hasim ikut kursus Insurance Management GIO Reinsurance di Australia.
Karirnya pun terus berkembang. Ia kemudian menjabat selaku Marketing Manager tahun 1995-1997. Dan di tahun 1997-1998, ia menjabat selaku Senior Claim Manager. Tahun 1999, ia diandalkan menjadi Director Consumer Marketing. Dan di tahun 2010 ini, Hasim kembali diandalkan untuk menjadi Director Consumer Corporate Marketing. "Sebagai prajurit, kita kan mesti siap diposisikan dimana saja." Kata anak ketujuh dari 10 bersaudara ini.
Bersama Asuransi Raksa Pratikara, ia berkembang dan berkembang. Tahun kemarin, Hasim cukup bernapas lega, karena perusahaannya berhasil mengalami kemajuan sebanyak 10%. "Awal 2009, kita memasuki periode sulit. Karena tidak tahu apakah perusahaan ini tambah jatuh atau bisa bangkit. Ternyata kita bisa berkembang 10%." Ujarnya.
Jadi marketing sejak SD
Hasim berkembang dari keluarga sederhana. Kedua orangtuanya memiliki perjuangan tekstil. Keluarganya yang sederhana memiliki prinsip untuk menampilkan warisan dalam bentuk ilmu. "kata ayah ibu saya, ilmu itu tidak akan habis. Itulah yang saya ingat hingga sekarang." Kata lelaki yang kegemaran olahraga tersebut.
Sejak duduk di dingklik SD, ia pun bersungguh-sungguh menolong orangtuanya mempertahankan toko. Ketika piknik panjang datang, bukan wisata yang didapatnya, melainkan menolong ayah ibunya di toko tekstil.
Keharusan untuk berdagang membuat jiwa marketingnya mulai muncul. Hasim kecil mulai sudah biasa dengan sopan menyapa pelanggannya. Mengambilkan apa yang dikehendaki oleh pelanggan, mudah-mudahan mereka mau mendatangi tokonya kembali.
Di mata keluarga, Hasim tergolong orang biasa-biasa saja. Ia jarang bermain dengan teman-temannya. Hasim lebih menentukan untuk menjadi anak rumahan. Jujur dan mau belajar
Dua puluh empat tahun terjun di dunia asuransi bukanlah hal yang mudah. Hasim sudah melalui pahit getirnya menjadi karyawan.
Karena itu, di saat menjadi pemimpin, ia tetap menggemari pekerjaan dengan produktivitas kerja yang tinggi. Kepada anak buah, ia senantiasa memprioritaskan diskusi. Saling melengkapi, begitu ia biasa mengatakannya. "Yang kita jual dalam asuransi itu sebetulnya hanyalah trust. Bagaimana mudah-mudahan klien itu mau percaya pada produk kita. Karena itu, tidak dapat melakukan pekerjaan sendirian." Katanya. Sebagai seorang pimpinan, banyak orang lupa diri, bahkan menjadi sombong. Mengenai hal tersebut, Hasim beropini bahwa seorang pemimpin dihentikan sombong. "Kalau sombong, bagaimana nantinya bisa menampilkan apresiasi ke karyawannya." Terang lelaki kelahiran Jakarta, 7 April 1962 tersebut. Dan buat anda yang ingin terjun dalam dunia asuransi, kuncinya menurut Hasim hanyalah jujur, dan ada kemauan untuk belajar, karena dari berguru bisa menimbulkan kreasi baru. Ditanya arti sukses, Hasim memiliki pakem sendiri. Menurutnya keberhasilan akan timbul di saat dirinya sudah bisa menampilkan yang terbaik terhadap perusahaan dan keluarga. "Ketika saya sudah tua, kehendak saya, bawah umur nantinya gantian untuk menampilkan kontribusi." Harapnya.
Nah, buat anda yang masih bimbang dalam bekerja, banyaklah berguru menyerupai Hasim. Karena dari belajar, akan memperkaya pengalaman dan wawasan dalam bidang apapun yang anda geluti.
Semua orang niscaya pernah mengalami kegagalan. Baik itu kegagalan di dalam perdagangan, kegagalan dalam pernikahan, kegagalan dalam kuliah, kegagalan dalam pekerjaan dan lain sebagainya. Bahkan orang-orang besar yang terlihat bergelimang keberhasilan sekalipun niscaya pernah mengalami kegagalan di dalam hidup mereka.
Douglas McArthur mengatakan, "There is no security in this earth, there is only opportunity". Dari perkataan ini sanggup ditarik kesimpulan bahwa tidak ada sesuatu hal yang niscaya akan terjadi di dunia ini. Tidak ada jaminan bahwa pekerjaan kita akan sukses. Tidak ada jaminan bahwa kendaraan beroda empat kita tidak akan mogok di saat akan dipakai besok. Tidak ada jaminan bahwa sakit yang kita alami akan secepatnya sembuh. Bahkan tidak ada satu orang pun yang sanggup menjamin bahwa umur mereka akan lebih dari 1 jam lagi.
Thomas Alfa Edison, seorang penemu besar yang sudah mematenkan ribuan jenis hasil temuannya juga sering mengalami kegagalan. Pada dikala Edison menjajal untuk menerima lampu pijar, ia mengalami ribuan kali kegagalan dalam mencari materi dasar kawat pijar yang sanggup digunakan. Tetapi kegagalan-kegagalan ini tidak memupuskan semangatnya untuk terus menjajal menjangkau apa yang ia harapkan.
Oleh karena itu, kita cuma sanggup mempergunakan peluang-peluang yang tersebar luas di dunia ini. Apa pun peluang yang ingin kita ambil, kita mesti sanggup mempergunakan peluang tersebut dengan maksimal. Janganlah kita menyia-nyiakan potensi yang sudah kita pilih untuk dilaksanakan.
Tetapi ada beberapa potensi yang cuma tiba sekali menghampiri kita. Seperti potensi untuk membesarkan dan mendidik anak dengan baik. Dalam menghadapi potensi semacam ini, kita haruslah bertindak optimal dengan sarat perhitungan. Karena apabila kita gagal dalam menjalaninya, maka kita tidak akan pernah sanggup memperbaiki kegagalan tersebut. Kegagalan menyerupai inilah yang hendak membuahkan penyesalan diri berlarut-larut, karena tidak ada jalan keluar untuk memperbaiki kegagalan yang sudah kita perbuat. Sehingga kegagalan ini akan terus menghantui hidup kita dan kita akan terus mencicipi efek dari kegagalan ini.
Penyebab Kegagalan
Jika kita menelusuri penyebab kegagalan, maka kita sanggup mengelompokkan penyebab tersebut dalam dua kelompok besar, yakni kegagalan karena aspek internal dan kegagalan karena aspek eksternal.
Kegagalan karena aspek internal yakni kegagalan yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Banyak hal yang sanggup menjadi penyebab kegagalan ini, menyerupai kurang perkiraan pada dikala permulaan melangkah, kurang hati-hati dalam melaksanakan sesuatu, atau karena menilai remeh suatu pekerjaan tertentu. Tetapi penyebab internal yang paling kerap terjadi yakni rasa takut untuk menjajal atau mengawali sesuatu kesempatan. Dengan menyingkir dari peluang atau potensi bukan bermakna kita sudah terlepas dari kemungkinan kegagalan yang mungkin kita hadapi, akan namun kita justru sudah menegaskan kegagalan tersebut selaku opsi kita.
Kegagalan internal ini akan membuat seseorang mengalami penyesalan dan ketidakpuasan mendalam. Seseorang yang gagal dan mengenali bahwa kegagalan yang ia alami yakni buah dari kelalaian dirinya sendiri, akan merasa sungguh menyesal atas kegagalan yang ia hadapi. Sementara kegagalan yang diakibatkan oleh faktor-faktor luar, umpamanya gangguan orang lain, kesanggupan orang lain yang lebih baik dari kesanggupan kita, kecurangan orang lain, atau nasib yang sudah ditetapkan oleh Tuhan terhadap kita. Biasanya seseorang akan lebih bisa menghadapi kegagalan eksternal ini. Karena dengan introspeksi dan berjiwa besar maka kita akan sanggup menghadapi ketidakpuasan yang ada.
Sedikit saya berikan klarifikasi di sini mengenai "nasib gagal" yang diberikan Tuhan terhadap kita. Mungkin banyak orang yang berpikir mengapa Tuhan "menghukum" seseorang untuk mengalami kegagalan. Padahal orang tersebut sudah melaksanakan harapannya dengan maksimal, namun masih tetap mengalami kegagalan di simpulan usahanya. Terkadang insan tidak tahu mengenai efek yang hendak ia dapatkan dari suatu keberhasilan yang hendak ia peroleh. Padahal bisa jadi keberhasilan itu akan berakibat buruk bagi dirinya. Misalnya akan menghancurkan rumah tangganya, atau akan mengusik kesehatannya. Sehingga Tuhan menampilkan kegagalan selaku hasil terbaik untuk diri insan tersebut.
Kunci utama dalam menghadapi kegagalan yakni berjiwa besar. Seseorang haruslah berjiwa besar dalam menghadapi kegagalan internal ataupun eksternal. Khususnya kegagalan internal, seseorang haruslah berani untuk mengakui kesalahan atau kelalaian yang sudah ia perbuat. Tetapi pada biasanya orang biasanya lebih bahagia untuk mencari argumentasi atau kambing hitam atas kegagalan yang ia hadapi, sehingga orang menyerupai ini tidak akan pernah bisa berguru dari kegagalan yang ia alami.
Selain berjiwa besar, seseorang juga memiliki suatu kesanggupan untuk menghadapi permasalahan atau kegagalan yang ia alami. Kemampuan ini lebih dipahami selaku Adversity Quotient (AQ). Memang AQ ini lebih banyak meningkat di masa kecil seseorang, di masa orang bau tanah sungguh berperan dalam hal memupuk dan membuatkan kesanggupan AQ anak. Tetapi bukan bermakna seseorang yang memiliki kesanggupan AQ yang kurang baik tidak akan sanggup menghadapi kegagalan yang ia alami. Ada beberapa hal yang sanggup menolong seseorang untuk tegar dalam menghadapi kegagalan yang ia alami sekaligus mengembangkan kesanggupan AQ yang ia miliki.
Berikut ini yakni beberapa langkah sederhana yang sanggup kita kerjakan pada dikala kita menghadapi kegagalan:
1. Pasrah terhadap Tuhan
"Segala hasil dari perbuatan, langkah-langkah dan perjuangan yang kita lakukan, yakni ialah Hak dan Wewenang Tuhan untuk menentukannya. Kita selaku insan cuma bisa berupaya semaksimal mungkin." Jika kita sanggup mengerti dan mengamalkan kalimat di atas, maka kita akan lebih gampang dalam menghadapi suatu kegagalan. Kemampuan seseorang untuk berserah diri terhadap nasib ini juga akan sungguh menolong dalam menangani efek buruk yang mungkin timbul akhir kegagalan.
Suatu kegagalan yang tidak sanggup dilalui dengan baik akan membekas di dalam benak bawah sadar seseorang. Pikiran bawah sadar memiliki kesanggupan memikirkan setiap masukan gunjingan dari pikiran sadar, kemudian dicocokkan dengan arsip yang ada pada pikiran bawah sadar yang ada relevansinya dengan peristiwa yang serupa di masa lalu. Jika respon pikiran bawah sadar yakni negatif, maka pikiran bawah sadar akan mengantarkan reaksi negatif terhadap pikiran sadar, dan berikutnya pikiran sadar tanpa sanggup dikelola akan melaksanakan reaksi emosional, berupa marah, benci, takut, iri, kikir, sedih, dan lain-lain.
Apabila seseorang sanggup melepaskan atau release kegagalan yang ia alami terhadap nasib Tuhan, maka pikiran bawah sadar orang tersebut tidak akan menyimpannya selaku sesuatu yang negatif.
2. Ambil Hikmah
"Pengalaman yakni guru terbaik. Baik itu kegagalan ataupun kesuksesan." Hal ini mengandung arti bahwa dari semua kegagalan yang kita hadapi, kita mesti tetap berpikiran positif, dan mesti sanggup mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut. Kita mesti sadar bahwa risiko dari semua langkah-langkah yang kita kerjakan yakni berhasil atau gagal.
Walaupun banyak pelajaran yang sanggup diambil dari tiap kegagalan. Tetapi justru banyak orang yang tidak mau mengembalikan kegagalan yang ia alami ke diri mereka sendiri. Mereka justru mengalihkan atau mengambinghitamkan kegagalan tersebut terhadap orang lain. Hal inilah yang mesti sanggup kita hindari. Karena jika tetap mengambinghitamkan kegagalan terhadap orang lain, kita tidak akan pernah sanggup mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut.
3. Istirahat
Tiap kegagalan tentu akan memancing emosi seseorang. Seperti marah, sedih, iri dan lain sebagainya. Tentu saja efek emosional ini akan mengusik acara yang hendak kita lakukan. Oleh karena itu ada baiknya apabila kita mengambil istirahat sejenak di saat mengalami kegagalan. Istirahat ini akan menampilkan waktu pada diri kita untuk sanggup menyingkir dari efek emosional yang mungkin timbul.
Panjang waktu istirahat yang diharapkan tergantung pada intensitas beban dari kegagalan yang kita hadapi. Untuk kegagalan ringan, mungkin kita cuma cukup untuk berwudlu dan melaksanakan sholat (bagi orang Muslim). Tetapi jika suatu kegagalan besar, mungkin istirahat yang diharapkan berupa piknik dan rekreasi.
4. Bertanya dan Evaluasi
Apabila pikiran kita sudah kembali jernih, maka kita mesti sanggup mengidentifikasi penyebab dari kegagalan yang kita alami. Banyak cara yang sanggup kita lakukan, sanggup dengan merenung sendiri, atau mengajukan pertanyaan terhadap teman, orang tua, guru, atau bahkan terhadap rival kita. Setelah kita tahu apa penyebab dari kegagalan yang didahapi, maka kita sanggup menyusun suatu peta kekuatan gres mengenai kehabisan dan kekuatan yang dimiliki, guna mengawali suatu potensi baru.
5. Memulai aktivitas baru
Memulai suatu aktivitas baru, ialah salah satu penyelesaian mudah-mudahan seseorang tidak larut di dalam kegagalan. Pada dikala mengawali suatu potensi baru, kita haruslah betul-betul siap untuk melaksanakan hal-hal terbaik yang sanggup dilakukan. Tetapi kita juga mesti menyadari dari awal, seluruh aktivitas yang kita mulai sanggup selsai pada keberhasilan ataupun kegagalan. Dan janganlah lupa untuk menggunakan peta kekuatan gres yang kita miliki.
Ada dua potensi yang sanggup kita lakukan. Pertama yakni tujuan gres dengan cara usang atau tujuan usang dengan cara baru. Kedua, tujuan gres dengan cara yang baru.
0 Komentar untuk "Jadikan Kegagalan Jalan Menuju Sukses"