Sebagai orang yang menganut ajaran agama Islam hendaknya kita mengenali sejauh mana pendidikan Islam itu sendiri. Tidak sedikit orang yang mengaku beragama Islam akan tetapi wawasan mengenai pendidikan Islam sungguh rendah yang berakibat langkah-langkah dan tingkah lakunya tidak layak disebut selaku orang Islam.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di tampang bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan kepercayaan sajalah kiprah kekhalifahan sanggup ditunaikan menjadi keberkahan dan faedah bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa kepercayaan nalar akan berlangsung sendirian sehingga akan timbul kerusakan di tampang bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya kepercayaan tanpa didasari dengan ilmu akan gampang terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan faedah bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak mengherankan orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di segi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)
Bahkan syaithan kerumitan terhadap orang muslim yang berilmu, lantaran dengan ilmunya, ia tidak gampang terpedaya oleh tipu budi bulus syaithan.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di tampang bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan kepercayaan sajalah kiprah kekhalifahan sanggup ditunaikan menjadi keberkahan dan faedah bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa kepercayaan nalar akan berlangsung sendirian sehingga akan timbul kerusakan di tampang bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya kepercayaan tanpa didasari dengan ilmu akan gampang terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan faedah bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak mengherankan orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di segi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)
Bahkan syaithan kerumitan terhadap orang muslim yang berilmu, lantaran dengan ilmunya, ia tidak gampang terpedaya oleh tipu budi bulus syaithan.
Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu memiliki dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka alhasil ia condong masih sanggup selamat dari dosa tersebut tetapi sebaliknya, andaikata orang terbelakang itu memiliki kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka alhasil ia condong tidak sanggup mempertahankannya sekalipun cuma seberat biji sawi.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu sanggup terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya bila orang cerdas itu tergelincir, maka ia secepatnya menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan nalar yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang terbelakang itu mirip orang yang membangun dan eksklusif merobohkannya lantaran kebodohannya ia terlalu gampang mengerjakan apa yang sanggup menghancurkan amal shalihnya.”
Kebodohan yakni salah satu aspek yang membatasi masuknya cahaya Islam. Oleh lantaran itu, insan butuh terapi mudah-mudahan menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan insan terletak pada nalar yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan sistem pendidikan untuk memperbaiki manusia, lantaran dengan pendidikanlah insan memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
Pentingnya Pendidikan Islam
Pendidikan ialah keyword untuk setiap insan mudah-mudahan ia mendapat ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila sekarang pemerintah mengharuskan acara berguru 9 tahun mudah-mudahan penduduk menjadi cerdas dan beradab. Pendidikan juga ialah sistem pendekatan yang cocok dengan fitrah insan yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan sanggup mengganti penduduk jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan memiliki kelebihan. Pendidikan memiliki ciri pembentukan pengertian Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang sudah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan mudah-mudahan tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, nalar yang cerdas dan fisik yang besar lengan berkuasa serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu memerlukan tahpan-tahapan berikutnya dikembangkan terhadap pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan terhadap pengaktualan potensi dengan memasuki banyak sekali bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT lewat Rasul-Nya bersumber terhadap Al Qur’an selaku referensi dan pendekatan mudah-mudahan dengan tarbiyah akan membentuk penduduk yang sadar dan memicu Allah selaku Ilah saja.
Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya yakni kenikmatan yang besar, yakni berbentuk pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam yakni mudah-mudahan insan memiliki citra mengenai Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh terhadap penampilan, sikap, tingkah laris dan amalnya sehingga menciptakan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan mesti dilatih lewat latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berafiliasi terhadap keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia mengerjakan latihan, maka kian banyak amalnya dan kian gampang ia mengerjakan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang alhasil menjadi pola hidup sehari-hari.
Kesinambungan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah ialah hak dan keharusan dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga final hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri mengerti Islam tidak ada ungkapan berhenti, semaki banyak ilmu yang kita dapatkan maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan terhadap orang lain untuk mendapat kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan.
Selain ialah kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik yakni sebuah jerih payah mudah-mudahan sanggup memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di segi Allah SWT yakni sudah dijalankan jerih payah optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW.
Untuk menciptakan Pendidikan Islam yang berkelanjutan maka dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:
1. IstiqomahSetiap kita mesti istiqomah terus berguru dan menggali ilmu Allah, tak ada kata bau tanah dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 282. Disiplin dalam tanggung jawabDalam berguru pasti kita memerlukan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengusik proses belajar. Apabila kita sering mangkir sekolah, apakah kita akan mendapat ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos pasti anak didiknya tidak akan maju lantaran pelajaran tidak bertambah.3. Menyuruh memainkan kiprah dalam pendidikanSetiap kita dituntut untuk memerankan diri selaku seorang guru pada momentum tertentu, memerankan fungsi mengayomi, dikala yang yang lain berperan selaku teman. Demikiannya semua kiprah digunakan untuk memaksimalkan kegiatan pendidikan.
0 Komentar untuk "Pendiikan Islam"