Melalui twitter saya menyaksikan video seorang warga Yogya memprotes kebijakan satu arah yang dilakukan di Kota Yogyakarta yang konon akan termasuk 11 ruas jalan. Ijinkan saya selaku warga awam menampilkan komentar atas kebijakan yang kini sedang diujicobakan tersebut.
Setelah membaca hasil kajian yang saya terima kepada rencana penerapan kebijakan satu arah untuk mendukung kebijakan Malioboro menjadi bebas kendaraan bermotor, ijinkan saya menampilkan jawaban selaku berikut:
- Bila Jl Abubakar Ali dan Pasar Kembang satu arah ke barat, dan Jl Bhayangkara satu arah ke utara, lha orang-orang yang turun dari Stasiun Tugu akan pulang ke arah Gondomanan, Pojok Beteng, Gedong Kuning, dsb. mesti melalui mana?
- Sekadar mengingatkan saja, dahulu Jl. Pasar Kembang satu arah ke timur, kemudian masuk ke Malioboro. Bagi mereka yang akan ke arah utara sebelum Malioboro Mall ke kiri masuk ke Jl. Mataram. Sedangkan Jalan Abu Bakar Ali satu arah ke barat, masuk Malioboro.
- Pada tahun 2003 di saat mau pembenahan Malioboro yang kita dorong murni pedestrian, dengan konsultan UST/Pustral yang di saat itu dimotori oleh Dr. Heru Sutomo dan Dr. Danang Parikesit, diubah Jl Pasar Kembang maupun Abu Bakar Ali dibentuk dua arah dengan tujuan meminimalisir beban Malioboro. Karena mereka yang dari arah Pasar Kembang akan ke Bulaksumur misalnya, tidak perlu masuk Malioboro. Bila kini kedua jalan tersebut akan dibentuk satu arah lagi kea rah barat, dengan kebalikannya sebelum 2003 apa malah tidak mundur, alasannya yakni makin mempersulit saluran penduduk menjalankan mobilitas, seumpama sebelum tahun 2003 lalu.
- Di Surabaya Jl Dharmawangsa depan RSU Dr. Soetomo dahulu hingga dekade 1990-an di saat saya di Surabaya satu arah juga, dan atas rekomendasinya Bank Dunia melalui studinya dibentuk dua arah. Tapi ini Yogya justru malah mau buat satu arah lebih banyak. Justru kalau Malioboro dibentuk bebas kendaraan bermotor, maka jalan-jalan di kanan-kiri mesti dibentuk dua arah, bukan sebaliknya.
- Sepemahaman saya selaku orang awam, bukan yg tahu pemodelan, software Vissim 10 ini cuma alat bantu saja untuk menjalankan pemodelan, namun tingkat akurasinya amat diputuskan oleh bagaimana behavior penduduk sekitarnya. Saya kalut rekayasa lalin yang cuma mendasarkan pada alat bantu, tidak menyaksikan lapangannya, akan menyusahkan penduduk kesudahannya nanti dipisubi oleh penduduk dan dapat mematikan ekonomi kerakyatan alasannya yakni faktanya di lapangan (bukan teori) jalan-jalan yang dibentuk satu arah itu kegiatan ekonominya mati, utamanya segi kanannya.
Darmaningtyas, Ketua INSTRAN (Institut Studi Transprtasi) di Jakarta
0 Komentar untuk "Jalan Satu Arah Itu Menyusahkan Warga Dan Mematikan Bisnis"